06

7K 543 25
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Pagi menyapa bumi, mentari bersinar memberi kehangatan. Burung-burung turut berkicau meramaikan suasana. Tapi pagi ini rumah kecil Alaina terdengar jauh lebih sunyi dari biasanya.

"Je bangun! Kamu gak sekolah?" Tanya Alaina di ambang pintu kamar sang putra.

Jeftha bangkit perlahan dari tidurnya. Wajah manis itu terlihat pucat dan tidak bertenaga.

"Jeje izin gak ke sekolah boleh Bunda? Badan Jeje gaenak" Izinnya.

Alaina mendengus lantas mendekat pada Jeftha, ia tempelkan punggung tangannya pada dahi sang anak.

"Yaudah kalau gitu tidur aja Bunda mau berangkat kerja, kalau mau makan tuh ambil sendiri diatas meja" Ujar Alaina setelah merasa jika anak itu benar-benar sakit.

"Iya Bunda" Sahut Jeftha lantas kembali merebahkan diri dan menarik selimut tipisnya.

Sesekali anak itu terbatuk kecil dalam pejamnya, ia berharap tidur lebih lama akan membuat tubuhnya kembali membaik nanti. Terkadang jika sakit begini Jeftha selalu merasa ingin di perhatikan lebih oleh Alaina, berharap sang ibu merawatnya dengan penuh kasih sayang. Tapi apa daya itu tak akan pernah ia dapatkan, masih disekolahkan dan di beri makan saja sudah sangat Jeftha syukuri.

•••

Waktu berlalu dengan cepat kini hari hampir menjelang malam. Alaina pun sudah mulai berkemas untuk pulang, ia kembali izin pulang lebih cepat dengan alasan putranya tengah sakit, kali ini ia tak berbohong dengan alasan itu, karena memang benar adanya.

Namun langkah Alaina yang meninggalkan restoran iga bakar itu tertahan, saat netra tajam itu mendapati sosok yang seharusnya tak ingin ia lihat lagi dihidupnya.

Alaina mengambil nafas dalam dan menghembuskannya dengan kesal. Lantas melewati sosok Sergio yang berdiri di depan sana dengan wajah datarnya.

Lagi-lagi usaha Alaina untuk mengabaikan gagal, Sergio lebih dulu menghadang dirinya.

"Ada yang perlu kita bicarakan" Seru Sergio.

"Saya rasa tidak ada lagi Tuan Sergio" Balas Alaina menatap tajam mata Sergio.

Alaina kembali hendak meninggalkan Sergio, namun tanganya dicekal erat.

"Jeftha Lucian! Dia anak ku kan?" Tanya Sergio membuat detak jantung Alaina berdetak lebih kuat.

Wanita dewasa itu berbalik menatap tajam pada sosok Sergio, ia hempaskan cekalan Sergio pada tangannya.

JEJE [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang