JEJE [END]✔

12

¤¤¤

"Abang-abang kemana?" Tanya Jeftha begitu ia dibawa kembali ke ruang makan oleh Yiana, namun sayang sesampai di sana hanya ada Sergio.

Namun Jeftha langsung dapat menangkap lewat raut wajah sang ayah yang menyendu.

"Abang-abang gak suka sama Jeje ya?" Tanya Jeftha pelan.

"Hei gak gitu nak, abang-abang mungkin butuh waktu dulu" Ujar Yiana menenangkan. Sergio pun turut mengangguk agar sang anak tidak merasa sedih, meski dirinya sendiri pun tidak begitu yakin.

"Udah itu dipikirin nanti, sekarang kita makan dulu yuk. Tadi cuman sempat nyemilin buah kan belum makan nasi" Tutur Yiana.

Jeftha akhirnya mengangguk meskipun di hatinya masih sedikit resah dengan penolakan dari kedua abang tirinya.

"Adek mau makan pakai apa?" Tanya Yiana.

"Yang mana aja boleh Mama" Jawab Jeftha pelan. Lantas Yiana mengambilkan berbagai macam lauk untuk anak itu, Jeftha hanya bisa menerima apa pun yang Yiana berikan.

•••

"Nah ini kamar Adek, udah Mama beresin semoga betah ya. Di lemari sana udah ada beberapa pasang baju buat Adek pakai selama nginap disini, sekarang istirahat kalau butuh apa-apa cari Mama atau yang lain oke sayang" Ujar Yiana lantas mengusak surai Jeftha.

"Makasih banyak Mama" Balas Jeftha.

"Sama-sama sayang kalau gitu Mama tinggal ya" Ucap Yiana lalu beranjak pergi. Meninggalkan Jeftha yang memutuskan untuk rebahan sambil mengagumi kamar yang luas itu.

Yiana berjalan menuju kamar anak keduanya Dean, lantas ia ketuk pelan pintu itu.

"Dean, Mama masuk ya" Seru Yiana pelan lantas membuka daun pintu itu.

"Mama kalau cuman dateng buat bahas anak itu mending gak usah dulu deh" Ujar Dean sedikit sarkas.

"Tega banget ngusir Mama" Ucap Yiana mencoba membujuk dan mencairkan suasana hati sang anak.

"Adek sini dong" Panggil Yiana sambil menepuk bagian tempat tidur di sebelahnya. Membujuk putranya itu dengan panggilan yang biasanya ia pakai untuk menggoda sang anak.

Dean pasrah anak itu pun bangkit dari kursi gamers-nya. Lantas mengambil posisi di sebelah sang ibu.

"Coba sini madep Mama" Ujar Yiana karena putranya itu memilih membuang muka.