Branches Growing on the Earth as One - SEMBILAN

64 18 5
                                    

Branches Growing on the Earth as One - SEMBILAN

"Teman macam apa yang gak cerita-cerita udah nikah?" Teriak sahabatnya dari ujung suara. Ia bergegas menjauhkan ponselnya dari telinganya, Rio bisa menjadi sangat berisik kita ia mau.

"Berisik banget lu mas bro." Balasnya santai. Rio, sahabatnya sejak SMA ini merupakan satu-satunya yang bertahan disisinya sebagai teman cerita meskipun mereka jarang sekali bertemu. Rio sekarang tinggal dengan istrinya di Jakarta.

"Gue hari ini di Batam, siang ini ketemu di kafe biasa. Titik." Putus Rio. Meskipun mereka jarang sekali bertemu, keduanya selalu memiliki quality time bersama.

"Nia lo ajak gak?"

"Maunya sih gitu, tapi apa daya, istri gue yang satu itu lagi sibuk sama teman-temannya. Gak mau diganggu gugat katanya, udah janji lama." Jawabnya lagi yang membuat Harumi mengangguk.

Bicara tentang hubungan, Rio dan Nia sudah berteman sejak masa kuliah sebelum akhirnya menikah. Hubungan mereka sangat seru, terkadang romantis, lebih sering jadi teman. Nia bahkan tidak pernah cemburu terhadapnya, sebenarnya sih karena katanya "Tipe kualifikasi kayak kamu gak bakalan mau sama Rio." Ucapnya sambil bercanda kali itu. Intinya, persahabatan mereka membuktikan bahwa laki-laki dan perempuan bisa berteman.

"Okay, 20 menit lagi." Jawab Harumi memutuskan. Ia melihat kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 3 sore. Sejujurnya ia pulang lebih cepat karena perjalanan kerumahnya membutuhkan waktu lebih dari 45 menit. Memang sih pemandangannya sangat indah dan tenang, namun tinggal di pinggiran kota membuatnya merasa pergi liburan setiap hari. Untung saja sesekali lelaki itu menjemputnya.

Sekarang ia akan bertemu Rio, sudah pasti ia akan menghabiskan waktu seharian.

Dalam sekejap, Harumi tiba di tempat makan yang mereka sering kunjungi.

"Jadi lo ketemu dia dimana? Bukannya lo bilang gak mau nikah karena usia, dijodohin, atau mendadak tanpa kenal satu sama lain. Wait, is that wedding ring?" Perhatian Rio beralih ke cincin yang ada di jari manis Harumi.

"Bingung nih gue jelasinnya mulai dari mana." Jawab Harumi tidak percaya diri. Selama mereka berteman, Rio tahu persis banyak hal yang terjadi di hidupnya. Mereka saling mendukung di kehidupan pribadi maupun dalam bisnis. A partner in crime, kata banyak orang.

"Gue siap dengerin. Toh istri gue bakalan pulang malam juga." Balas Rio santai.

Harumi menghela napas, "Intinya ini bukan pernikahan karena jodoh, atau karena gue kepalang usia. Lo kan tahu gue selalu mikir bakalan menghabiskan hidup sendiri." Ucap Harumi.

Dulu sekali, ia berpikir selama ia bisa bangkit dari kesulitan, mengantarkan adik-adiknya sukses dan membuat ibunya bahagia sudah cukup untuknya. Is hanya ingin menjalani hidupnya dengan tenang.

Ia takut akan banyak hal.

"Teman lama. Ya kita temenan waktu itu sekitar setahunan lebih. Emang gak pacaran sih, cuma gue tiba-tiba pengen aja nikah sama dia."

"Terus kemana prinsip hidup lo?"

"Ya kan bukan berarti kita gak kenal. Pas gue muda, gue ingin madly in love dengan someone. Tapi sebenarnya madly in love kan gak harus pacaran. Menjalani waktu sehari-hari bersama juga bentuk love, kan?" Hanami menjawab pertanyaan Rio.

"Gue gak melanggar prinsip gue kok. Gue juga gak menurunkan standar gue. For me, he is someone who fits all of my list." Tambah Hanami. Ia pernah bercerita tentang list must have, nice to have dan don't ever have nya ke Rio. Baginya, Arka memenuhi semua yang ia inginkan dalam seorang pasangan. Melakukan semua yang ia harapkan dalam hubungan. Orang yang tepat untuknya. Walaupun semua itu berawal dari ajakan impulsif nya karena kehangatan yang diberikan lelaki itu.

Branches Growing on the Earth as One [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang