Branches Growing on the Earth as One - DELAPAN BELAS

61 17 1
                                    

Branches Growing on the Earth as One - DELAPAN BELAS

"Tatapan penuh kasih dari jiwa yang terluka lebih indah dari senyum lugu anak kemarin sore"

Seumur hidup, Harumi tidak pernah menangis untuk orang lain, terlebih sekeras yang ia lakukan sekarang. Melihat tatapan tanpa jiwa di hadapannya, ia tidak bisa menahan rasa sesak di dadanya. Ia ingin menangis untuk lelaki itu.

Cuaca di Galang sangat mendung, meskipun kemarin matahari bersinar terang, hari ini langit seperti menunjukkan perasaan sedih bagi yang sedang berduka. Pagi ini ketika Arka mengunjungi Tati kembali, wanita itu mengalami komplikasi dan dalam satu dua jam, ia telah tiada. Dokter tidak bisa membantu apapun.

Setelah memandikan jenazah dan membawanya kembali ke rumah untuk berdoa, Tati langsung dimakamkan sore ini. Ia melihat begitu khusyuk doa yang Arka panjatkan, mata yang memerah, dan tatapan kosong. Lelaki itu tidak menangis.

"Kalian pulang dulu, istirahat. Besok kita akan mendoa lagi." Kata Rian kepada dirinya dan Arka. Hari sudah tengah malam, malam ini Tati membantu beberapa keluarga untuk memasak bagi tamu yang datang untuk mendoa. Seluruh saudara Rian dan beberapa saudara di Panti datang sore hari setelah mendapatkan tiket pesawat.

Harumi mengangguk, "Aku ajak Arka balik dulu."

Ia segera mengambil mobilnya dan menarik lelaki itu pergi. Arka tertegun, berusaha memproses apa yang terjadi dalam beberapa jam ini.

"Ka, makan dulu."

"Kamu aja makan dulu."

"Aku udah makan tadi." Jawab Harumi lagi.

Ia berhadap-hadapan dengan Arka, berusaha memilih kata yang tepat, hal yang jarang ia lakukan sebelumnya.

"Ka, please talk."

Melihat Arka yang tidak memberikan reaksi memberikan perasaan yang aneh di dalam hatinya. Ia mengeluarkan air mata dan menangis keras seperti anak kecil. Ia memeluk Arka erat, "I am so sorry." Ia merasa sedih melihat Arka dan pertama kalinya menghadapi sesuatu yang tidak bisa diselesaikan.

Pelukan Harumi, raut khawatir yang diberikan oleh Harumi dan tangisan keras tersebut membuat air mata Arka ikut jatuh. Ia berduka. Terbesit dalam pikirannya bahwa keras kepala dan angkuh yang ia miliki membuatnya pergi jauh dan tidak mengunjungi Mama Tati untuk waktu yang lama. Di dunia ini, Mama Tati adalah sosok ibu dan keluarga yang memberikannya kepercayaan diri untuk menjalani hidup. Ia melewatkannya begitu saja.

Rasa penyesalan tidak akan menggantikan kepahitan yang dirasakan Arka. Karena jika waktu diputar, Arka akan tetap meninggalkan Panti dan mencari jalannya jauh dari Panti Asuhan Kasih. Ia sendiri yang menyadari ia adalah sebatang kara di dunia ini. Hingga Harumi ada di hidupnya dan mengisi kartu keluarganya menjadi satu-satunya keluarga yang ia miliki.

***

Arka menghabiskan waktu tiga hari ini duduk di kamarnya. Harumi tidak mengizinkan lelaki itu diluar berpanasan sementara suhu tubuhnya tidak membaik. Di hari pertama, Harumi dibuatnya khawatir dengan demam tinggi, keringat dingin dan mimpi buruk yang dialami Arka. Ia tahu ada banyak hal yang tidak bisa diungkapkan lelaki itu dengan kata, sehingga tubuhnya merespon dengan cara lain.

Harumi mengerjakan seluruh pekerjaannya dari rumah, bahkan mengamati Rido ketika mengurus kebun yang luas itu dan saat packing. Juga menemani beberapa warga yang sering membantu Arka, kerja part-time lebih tepatnya.

Yang ia lakukan sekarang membuatnya kembali tersadar bahwa hubungan mereka nyata, kata pasangan suami dan istri bukan hanya kiasan, tapi memiliki tanggungjawab. They are supposed to support each other in sickness and health. Ia juga harus memberi, tidak hanya menerima.

"Demamku udah turun kok." Ucap Arka ketika Harumi memaksanya untuk istirahat setelah membaca buku seharian. Ia terlihat lebih baik, tapi Harumi masih teringat wajah kesakitan Arka dalam tidur dan perasaan bersalah yang tergambar di wajahnya. Mulanya ia berpikir, kehilangan membuat Arka merasa sedih. Tapi ia menyadari bahwa lebih dari sedih, yang ia rasakan adalah bersalah.

"Iya, tapi kebanyakan membaca bikin kepala panas. Istirahat deh."

Arka menghela napas, melihat wajah lucu yang diberikan oleh Harumi ketika melarangnya membuatnya menurut. Ia meletakkan buku di hadapannya dan memilih duduk diam.

"Siang ini kamu mau makan apa?" Tanya Harumi lagi. Sudah beberapa hari ini ia menyiapkan makan tiga kali sehari. Hal yang tidak pernah ia lakukan untuk orang lain. Awalnya, Harumi berpikir mau menggunakan Gojek, seperti ketika ia membujuk adik-adiknya setiap weekend ia tidak bisa dirumah. Namun apa yang diharapkan dari rumah yang jaraknya hampir 40 km dari tempat pizza terdekat? Mencari rumah makan yang decent menjadi lebih sulit lagi. Tidak ada delivery dan tidak ada Gojek di sekitar ini. Ia terpaksa masak dan menggunakan bahan yang ada di sekitarnya.

"Kayaknya aku sakit aja deh terus, jadi bisa makan enak tiap hari." Bercandaan Arka membuatnya merengut kesal.

"Sembarangan. Hush. Serius nih."

"Sup ikan? Resep yang kamu buat beda dari yang lain."

Tentu saja berbeda, resep yang ia selalu gunakan adalah resep yang biasanya nenek masak setiap kali ia malas makan. Beda dari resep sup ikan ala Teochew yang ia pelajari sendiri. Resep neneknya sederhana, tapi terasa seperti rumah.

"Okay, aku minta Rido beli ayam dibawah deh." Harumi merasa kehidupannya disini membuatnya semakin "merakyat". Jika biasanya dia menggunakan aplikasi untuk membeli bahan masakan, disini ia akan meminta Rido untuk membeli ayam utuh dari si penyewa lahan mereka untuk ternak ayam dan dipotong langsung sebelum diberikan ke Harumi.

Menghabiskan malam hari yang terasa panjang, Harumi membaringkan tubuhnya di samping Arka yang kini sudah lebih baik dari sebelumnya. Awalnya ia tidak mengerti apa arti sebuah hubungan selain komitmen, hingga momen-momen seperti ini mengajarkannya tentang hubungan yang tidak bisa dianggap ringan. Jika dulu Harumi pernah menjauhi orang yang mendekatinya hanya karena diminta dibuatkan sesuatu, kini ia bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari Arka. Sesuatu yang tidak bisa dibayar dengan uang.

Taking care of him takes a lot of her. Ia mengkhawatirkan Arka sepanjang malam, memikirkan masakan, mulai masuk di kehidupan Arka yang awalnya hanya ia lihat dari batas tertentu menjadi sesuatu yang ia pahami. Domestic stuff. Proof that they are family.

"It's nice to have a family." Kata Arka dengan nada ceria ketika Harumi mengingatkannya dengan obat dan membalurkan tubuhnya dengan minyak. Pretty domestic stuff, but it is new for him. Rasanya sudah lama sekali ada seseorang yang berada disampingnya ketika ia sakit dan memastikan ia minum obat. Bukannya ia ingin manja, tapi dimanja ternyata adalah hal yang menyenangkan.

"Makanya kamu harus cepat sembuh. Ini istri kamu tiap hari kerja dari rumah sampai orang di kantor nyariin nih." Balas Harumi dengan nada membujuknya sambil mengusap tangan Arka.

"Arigatou." Satu kata yang tanpa perlu dijelaskan bisa ia mengerti. Tatapan mata Arka yang tersenyum penuh arti dan genggaman tangannya. Ia belajar ketika memberi dengan ikhlas dan tanpa embel-embel itu tidak sesulit yang ia pikirkan. She fell for him and was willing to do things for him naturally. As he has told her the last time, in a relationship, you shouldn't feel like there should be balance in love. Not everything should be reciprocal.

**

NOTES:

Maaf teman-teman aku belum update beberapa waktu ini. But here we go!

Perasaan berduka itu menurutku sesuatu yang tidak bisa dideskripsikan dengan kata. 


Branches Growing on the Earth as One [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang