Branches Growing on Earth as One - Tiga Puluh Sembilan

41 5 2
                                    

Branches Growing on Earth as One - Tiga Puluh Sembilan

Keluarga terdekatnya selalu bilang bahwa Emi menyeramkan setiap kali perempuan itu marah, terutama ketika ia mengungkapkan kekesalannya dengan ibu dan ayah tirinya dulu sekali saat mereka masih remaja. Tapi Emi selalu bilang sebenarnya di keluarga mereka, yang paling menyeramkan ketika marah adalah dirinya. Harumi juga menerima pendapat tersebut, karena jika Emi bisa mengungkapkan perasaannya secara lantang, ia harus menguburnya dalam dan membiarkan perasaannya mengakar hingga kemudian ia meledak. Amarah yang ia miliki biasanya lebih menyeramkan. Ia selalu menyimpan dendam.

Ada satu hari dimana Ena berpacaran dengan salah satu mokondo, karena pria itu pengangguran dan berhasil membuat hubungan keduanya penuh konflik. Harumi mengutuk pria itu, untuk setiap perak uang yang ia hasilkan dan digunakan oleh laki-laki itu, maka akan membawa kerugian bagi ia, keluarganya, dan keturunannya. Emi bahkan merinding mendengarnya.

Tentu saja setelah dewasa, ia belajar untuk tidak melakukannya. Seperti bagaimana ia memperlakukan adik-adiknya, berkomunikasi dan berkata jujur dengan mereka, dan memberikan dukungan untuk apapun yang mereka lakukan. Ia selalu mengungkapkan perasaannya. Dan ia tahu menyimpan dendam hanya akan membawa petaka untuknya.

Ia tidak ingin melakukannya pada Arka. Tidak ingin menahan perasaannya dan membiarkannya mengendap, membahayakan hubungan mereka. Karena lebih dari apapun, untuk pertama kalinya di hidupnya ia merasa dicintai. Dan pria itu adalah Arka.

Ia tidak ingin membiarkan harga dirinya dan keras kepala yang ia miliki menjauhkan mereka. Arka berdiri di sudut jendela, menatap kearah langit yang cerah sementara ia berdiri di ruangan menutup pintu dan mengisolasi cahaya. Sada yang berada di dalam pelukannya menangis, seperti tahu perasaan ibunya.

Beberapa waktu yang lalu, Arka yang akhirnya terbangun menyadari Harumi menunggunya selama ia tertidur. Ekspresi Harumi yang rumit membuatnya menyadari, perempuan ini mendengar sedikit atau banyaknya dengan apa yang terjadi.

"Udah makan?" Tanya Arka. Ia bahkan melupakan bahwa Harumi seharusnya berada di tempat kerja saat ini.

"Arka, aku mau nanya."

Arka memaksa sebuah senyum, menyadari ketegangan yang ada di udara. "Masalahnya sudah selesai semua, kamu gak perlu khawatir." Ucapnya dengan nada optimis. Keletihan dan energi yang ia keluarkan beberapa hari belakangan ini sudah berganti menjadi ketenangan, karena masalahnya sudah selesai. Arka menyadari betapa sensitifnya ia minggu lalu. Ia merasa bersalah karena merasa kecewa pada istrinya berkali-kali dalam diam.

Namun, ia tidak menerima ekspresi lega yang diharapkan muncul di wajah Harumi. Kebalikannya, perempuan itu tampak frustasi.

"Arka, aku gak mengerti." Bentaknya dengan emosi. "Kenapa kamu gak membagikan beban kamu ke aku? Aku bahkan gak dengar apapun dari kami sejak awal masalah ini."

Senyum di wajah Arka memudar, digantikan dengan ekspresi terluka dari perkataan Harumi. Tentu saja ia tahu secara teori, itu adalah hal yang harus ia lakukan.

"A-aku tahu kamu sibuk. Kamu baru aja kembali ke dunia kerja." Jawabnya dengan nada tenang, berusaha untuk mengembalikan senyum di wajah Harumi. Yang sayangnya hanya memperburuk keadaan.

"Jadi kamu menyalahkan aku karena kesibukan aku? Gitu?"

"Kamu mempermainkan kalimat aku, Harumi. Aku gak bilang begitu. Ini adalah urusan aku dan aku bisa handle sendiri. Aku bukan orang bodoh. Aku ini kepala keluarga, Harumi." Balasan keras dari Arka yang keras kepala memberikan ekspresi kecewa di mata Harumi yang terbaca dengan mudah.

Perempuan itu melangkah mundur secara perlahan mendengar jawaban yang berhasil mengambil alih perhatiannya. Sementara pria yang mengucapkan kalimat menyakitkan itu semakin dirundung emosinya.

Branches Growing on the Earth as One [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang