Branches Growing on Earth as One - DUA PULUH TUJUH
Dalam sepanjang kehidupan Arka, baru pertama kali ia memikirkan kembali keputusan-keputusan yang ia ambil dalam hidup. The fact that he isn't strong enough for Harumi. Tatapan sayu dari mata Harumi, bagaimana perempuan itu masih mengerjakan seluruh pekerjaannya di atas ranjang rumah sakit dan wajah pucatnya yang tetap terlihat cantik baginya. Ia merasa bersalah karena tidak memilih jalan hidup yang bisa mendukung Harumi.
Ketika ia membangun kehidupan baru di Batam, ia hanya berpikir untuk melakukan hal yang ia sukai, menikmati angin sepoi di pagi hari dan bekerja keras hingga kelelahan sehingga ia tidak akan kesulitan untuk tertidur. Ia tidak menyesali mengikuti kata hatinya, namun ia tidak menyangka bahwa di dalam kehidupannya yang membosankan akan ada Harumi di dalamnya.
"Can you do it later?" Tanyanya mendengar suara ketikan dari keyboard Harumi yang tidak berhenti.
"Duh, aku bosan. Ini juga penting banget. Lagian kamu gak lihat aku udah beberapa hari ini diam disini gak ada kerjaan?" Balasnya buru-buru, tidak menjauhkan pandangannya dari layar laptopnya.
"Tapi aku gak bisa lihat kamu kayak gini."
"Ya, terus gimana? This is my job, okay?" Ucap Harumi lagi sembari menaikkan kacamata untuk radiasi laptop yang sudah dipakainya dalam satu jam kebelakang.
Tubuhnya sudah jauh lebih baik dan dengan infus yang diberikan, ia tidak lagi merasa mual seperti hari-hari sebelumnya. It's amazing how a woman's body can be vulnerable and strong at the same time. Ia merasakan bahwa dirinya merasa jauh lebih baik.
Ia berdecak melihat Arka yang terus-menerus memberikan tatapan khawatir.
"Kamu tuh kenapa sih?"
Arka menahan nafasnya yang terasa sesak karena frustasi.
"Kamu gak ngerasa aku useless? Aku gak bisa lakuin apa-apa untuk kamu."
Perempuan yang sudah menginjak usia tiga puluh tahun itu menutup laptopnya dan melepas kacamatanya mendengar perkataan dari suaminya itu.
"Kok kamu bisa ngomong gitu?"
"Ya, aku bahkan gak bisa bantu kamu kerja."
Harumi tertawa kecil, "Pertama, laki-laki gak memiliki rahim jadi kamu juga gak bisa ngerasain hamil kayak aku. Terus kerjaan aku ya kerjaan aku. Kalau aku kerja sama orang, aku juga tetap harus kerjain ini, kan?"
Lelaki itu duduk disamping Harumi, "Tapi kamu gak perlu kerja sesusah ini."
"Maksudnya? Ini pekerjaanku dari dulu dan jujur, aku sudah melewati hari-hari yang lebih sulit dari ini, Ka. Maksud kamu apa sih?"
Arka terdiam, tidak dapat membalas pertanyaan Harumi yang memberikan sentilan di hatinya. Ia merasa tidak nyaman dengan situasi yang terus-menerus ia alami dan bagaimana sebagai seorang laki-laki, ia tidak bisa menyelesaikan kesulitan yang Harumi alami.
Harumi mengulurkan tangannya dan membiarkan Arka memegangnya erat.
"Ka, gak ada siapapun yang bisa gantiin tugas aku secara biologis sebagai perempuan. Sementara menjadi seorang pembisnis itu adalah pekerjaan yang aku sudah lakukan bertahun-tahun. Bahkan jika kamu CEO luar biasa, seperti di drama pun, aku tetap akan mengerjakan pekerjaanku dengan tanganku sendiri."
Arka tahu bahwa semua ini datang dari dirinya sendiri yang merasa rendah harga diri. Ia tidak memiliki value. Ia tidak bisa mengalihkan rasa sakit yang Harumi rasakan, tidak bisa menyelesaikan masalahnya seperti teman-teman di sekitar perempuan ini, tidak bisa memberikannya keluarga disaat masa-masa penting.
"Ka, dengar ya. Aku gak mau kamu ngerasa gak ada value seperti itu. You meant a lot to me."
Harumi melihat wajah Arka yang menunduk, menyadari bahwa diantara mereka berdua, ia lebih menggunakan logika dalam kehidupan sehari-sehari sementara lelaki itu menggunakan perasaannya dalam banyak hal. He is insecure.
Yang lelaki ini tidak tahu adalah meskipun orang lain ada di rumah mereka sekarang, memberikannya kehangatan yang sama, dan menawarkan makan malam yang sama. Ia tidak akan pernah menawarkan pernikahan sebagai balasannya. Karena ketika Arka berjalan kearahnya saat itu, hatinya sudah menentukan dan mengenali Arka sebagai seseorang yang ia inginkan. Bisa jadi, saat itu ia sudah jatuh hati.
Orang-orang yang mengenalnya mungkin berkata ia sudah gila karena jatuh cinta, karena ia selalu menutup rapat-rapat hatinya yang berkali-kali terluka oleh bagaimana sedih ibunya yang dilukai berkali-kali juga, meskipun telah memberikan segalanya.
"Ka, kalau gak ada kamu, aku gak mungkin berani punya anak ini. Aku gak berani untuk terus jalanin hidup disini. Aku pernah merasa hidupku harusnya berakhir saat seluruh keluargaku sudah happy. Kamu adalah orang yang membuat aku punya keberanian untuk bahagia."
Arka menaikkan kepalanya dan melihat tatapan tulus dari Harumi, yang perlahan berkaca-kaca ketika mengungkapkan perasaannya.
"Dulu aku berpikir untuk tidak merasakan apapun untuk siapa-siapa. Tapi aku percaya kamu dan jatuh hati sama kamu. Dan bahkan ngajak kamu untuk nikah duluan. Perasaan aku lebih dalam dari yang kamu pikir. Ka, aku gak butuh seseorang yang memberikan semuanya untuk aku. Aku butuh orang yang benar-benar akan selalu mendampingi aku. Ngerti?"
"Kamu gak takut suatu hari kamu merasa muak dengan aku?"
Harumi mendengus mendengarkan pertanyaan Arka, "Aku lebih takut lagi susah payah ngelahirin anak ini terus ternyata kamu jadi super jerk. That's when I will kill you." Ia mengatakannya dengan nada setengah bercanda, setengah serius.
"Ka, aku pengen kita hidup kayak satu pepatah dari Cina, burung terbang di langit sebagai satu, ranting tumbuh di bumi menjadi satu. I just want a calm and loving relationship, we will grow up together and build our life. Aku sekarang ngerti kata mami bahwa suatu hari akan ada hari dimana aku mau hidup untuk diriku sendiri."
Harumi merasakan dekapan hangat tubuh keras Arka setelah mendengar jawabannya dan tersenyum tulus. Ia bersyukur dengan keterbukaan diantara mereka. Arka selalu berusaha menjadi seseorang yang mengerjakan semuanya dalam diam, memberikan kenyamanan, membuatnya menjadi pribadi yang manja dan tanpa sadar, ia bergantung padanya.
"Aishiteru."
愛してる
Jawaban singkat dari Arka yang membuat hatinya tersentuh. Karena ia tahu makna dari sebuah kata Aishiteru yang berarti pernyataan cinta yang dalam.
"Sekarang, bisa aku fokus kerja?"
***
NOTES:
Hi, I am back!
I think writing Harumi made me learn a lot about motherhood and feeling of becoming a mom. Kalau dulu aku nulis cerita pas masih immature dan mikir punya anak sekedar stress aja, sekarang ada rasa yang jauh lebih complicated dari itu.
Btw, aku sedang menulis cerita baru tentang Emi.
Tapi lucunya aku postingnya malah sebuah cerita yang aku baru tulis satu chapter, like literally what I post is everything I have written. Judulnya "Zoe".
Kisahnya si Harumi saat sebelum bertemu Arka. It's going to be boring. It's not a love story, it's a story of how she grows and reflecting through her life. Jadi kalau mau tahu kisahnya Harumi sebelum ini, boleh di intip disana. Hehe.
Maaciw!
KAMU SEDANG MEMBACA
Branches Growing on the Earth as One [completed]
ChickLit愛は小出しにせよ - Ai wa kodashi ni seyo Love in small amounts. Harumi belum pernah merasakan tergila-gila dengan cinta, tapi ia pernah mendengar cara menjaga cinta agar bertahan lama adalah dengan sedikit demi sedikit mencintai. Katakan ia impulsive, tapi...