01

596 62 10
                                    

"Mana manager saya?" pekiknya seorang model yang sudah menunggu selama dua menit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mana manager saya?" pekiknya seorang model yang sudah menunggu selama dua menit. Padahal ia hanya menyuruh managernya membawakan kopi namun, sampai saat ini belum juga hadir.

Berdecak dengan kedua tangan terlipat di depan dada. "Manager?!" teriaknya yang sontak membuat beberapa staf modeling tersentak terkejut.

"Iya, maaf agak lama," balasnya manager berlari kecil dengan membawa segelas kopi di tangannya kemudian, berhenti tepat di depan bosnya dengan mengatur napas.

"Lima menit! Kamu telat! Saya nggak suka telat," serunya dengan mengecek jam tangan yang melingkar di lengannya.

Manager baru itu menunduk dengan meletakkan kopi di atas meja. "Maaf, kopi yang anda minta ada di lobi, jadi saya harus tu—"

"Saya nggak mau tau!" selak nya dengan membentak.

Manager baru itu memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. "Sabar," ucapnya dalam hati. Hanya itu yang bisa terucap.

Wanita model itu mengambil kopi yang diletakkan manager kemudian, menyesapnya perlahan namun....

Byur!

"Akhh!" Meringis sang manager baru setelah bosnya itu menumpahkan kopi pada pakaiannya.

"Saya nggak suka rasa kopi ini?! Apa kamu nggak tau kopi kesukaan saya, hah?!" tanyanya kembali membentak.

Mengusap lengannya yang terasa panas akibat kopi kemudian, menatap bosnya. "Maaf, saya sudah mencari tahu kalau anda suka caramel macchiato. Jadi saya pesankan minuman itu," jawabnya.

Terdiam sejenak. "Itu dulu, tapi sekarang saya nggak suka. Saya sekarang sukanya—cappuccino!"

Manager baru itu mengangguk saja. Membela pun percuma, pasti akan dapat bentakan lagi. "Baik, akan saya ingat," ucapnya.

Modeling itu berdiri dan melewati sang manager.

Bruk!

Bahu manager itu ditabrak membuatnya sedikit terhuyung.

Manager itu hanya bisa menghela napas lelah.

Seorang staf mendekati manager itu dan memberikan tisu. "Yang sabar, dia memang seperti itu. Kalau bukan karena kinerja dan wajah cantiknya, dia nggak bakal laku di dunia entertainment," ucapnya menenangkan.

Manager itu mengangguk. "Terima kasih."

"Lo ada baju ganti?" tanyanya merasa iba. Lihat, pakaiannya sudah kotor akibat noda kopi, ditambah aroma caramel bercampur kopi tercium begitu pekat.

"Nggak ada. Gue nggak bakal nyangka kalau akan seperti ini kejadiannya," jawabnya dengan tersenyum miris.

"Ya udah, ikut gue. Gue ada baju ganti, lumayan buat beberapa jam kedepannya. Masih ada dua pemotretan lagi."

PUNISHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang