18

227 24 0
                                    

Hari telah berganti. Leta terbangun dari tidurnya. Kedua mata Leta terlihat sedikit bengkak habis menangis. Leta menatap sekitar dan menemukan keberadaan Kenzo. Ternyata pria itu masih menemaninya.

"Sudah bangun?" Kenzo bersuara dengan senyuman tipis dan tangannya terulur untuk merapikan surai hitam Leta yang berantakan.

Leta menatap lekat Kenzo, tidak ada senyuman atau respon darinya. Leta seperti mimpi melihat kehadiran pria itu. Apalagi saat mengingat semalam. Dikhawatirkan, diperlakukan dengan hati-hati dan lembut.

Kenzo menggenggam tangan Leta. "Lupakan kejadian semalam. Aku mau ajak kamu ke suatu tempat," ucapnya agar suasana hati Leta membaik.

Leta menggeleng dan melepaskan genggaman tangan Kenzo. "Mau ke mana?" tanya Kenzo melihat Leta turun dari ranjang.

"Kamar mandi."

Kenzo menahan lengan Leta.

Leta menatapnya datar. "Kenapa?" tanyanya pelan.

"Janji sama aku, tidak akan melakukan apapun yang membahayakan di dalam kamar mandi," ucap Kenzo berpesan.

Leta terdiam kemudian, menghela napas. "Hmm," singkatnya dan berlalu.

Kenzo menatap kepergian Leta. Tatapan itu, tatapan yang sangat Kenzo benci. Kenzo sangat tidak suka akan tatapan rapuh dari wanita yang dicintainya.

Beberapa menit berlalu, Kenzo merasa khawatir. Apa yang dilakukan Leta di dalam sana?

"Leta, ka—" Pintu terbuka, Leta keluar dengan wajah yang sudah cerah dan rambut yang sudah dikuncir.

Kenzo menghela napas lega. "Kenapa?" tanya Leta heran.

Kenzo langsung memeluk Leta tanpa persetujuan wanita itu.

Leta tersentak namun, setelahnya membiarkan.

"Jangan pernah membahayakan dirimu lagi, ya. Aku sakit lihat keadaanmu," ujar Kenzo lembut.

Leta membalas pelukan Kenzo.

Kenzo merenggangkan pelukan dan menatap Leta lekat. "Kenapa nggak dijawab?"

Leta mengalihkan tatapannya. "Nggak janji, tapi akan ku usahakan," balasnya cuek kemudian, melepaskan pelukan Kenzo.

Kenzo menghela napas dan mengikuti kemana Leta pergi.

"Aku sudah buat sarapan. Kamu mau makan sekarang?" tanya Kenzo tiba-tiba.

Leta menoleh. "Kenapa repot-repot? Aku bisa buat sarapan sendiri. Aku nggak mau—"

"Tolong, mulai sekarang libatkan aku dalam apapun, termasuk masalah kamu. Aku senang kalau kamu tergantung padaku," selak Kenzo serius.

Leta mengigit bibirnya, kedua matanya kembali berkaca-kaca. Entah, saat ini perasaan Leta sedang rapuh. Perlakuan kecil yang Kenzo berikan sangat berarti dan menyentuh bagi Leta. Tapi, Leta tidak ingin dipatahkan kembali seperti lima tahun yang lalu. Leta tidak ingin terlalu cepat luluh.

"Ada apa, hm?" Kenzo langsung menangkup wajah Leta dan mengelus kedua pipi itu.

Leta menggeleng dan memeluk Kenzo tiba-tiba.

Kenzo sempat terkejut namun, setelahnya membalas pelukan Leta dengan erat. "Jangan merasa sendiri lagi, ya. Ada aku di sini."

Awalnya Leta ragu namun, setelahnya mengangguk kecil. Leta berusaha untuk membuang pikiran negatifnya. Tolong untuk kali ini saja, Leta ingin merasakan bahagia.

Gedung mewah dengan ornamen Eropa sangat terlihat jelas di mata Leta saat ini. Hari sudah berubah malam, kini Leta melangkah dengan anggun di sebuah restoran mewah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PUNISHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang