Semua telah berubah. Tidak ada yang sama seperti beberapa tahun yang lalu. Bahkan sosok yang Kenzo cari selama ini, benar-benar telah berubah. Kenzo tidak menemukan apapun yang sama dari beberapa tahun yang lalu. Kenzo seperti bertemu dengan orang b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Masalah yang Leta alami sangatlah berat," ucap Vina bercerita pada Farah. Hanya mereka berdua, sedangkan Leta pulang lebih dulu karena masih ada pekerjaan.
Farah menghela napas. "Lakukan yang terbaik, buat Leta sembuh. Saya akan bayar berapapun asalkan Leta sembuh dari rasa traumanya," pintanya memohon.
Vina mengangguk. "Kamu tenang saja Farah, saya akan lakukan dengan semampu saya. Saya akan berusaha menyembuhkan Leta. Dia, persis seperti adik saya, cantik dan kuat."
"Ya, terima kasih. Kapan ada jadwal konseling lagi?"
"Minggu depan, biarkan Leta tenang dulu. Saya masih belum bisa menggali lebih dalam masalahnya."
"Perlahan, asalkan Leta bisa sembuh."
.
Leta menatap layar ponselnya. Menatap sebuah foto yang ditampilkan pada layar ponsel. Foto lama yang sudah disimpan oleh Leta.
"Rasanya mau mengulang," ucap Leta dalam hati kemudian, menghela napas dan menatap depan. Fokusnya tertuju pada Carana yang sedang melakukan pemotretan.
Jam tangan melingkar di lengan Leta, jam menunjukkan pukul lima sore. Perutnya tiba-tiba terasa lapar.
"Kak, aku izin beli cemilan. Kalau Ibu cari aku, bilang lagi ke mini market lobi," izin Leta pada seorang wanita yang selalu merias wajah Carana setiap kali ada pemotretan.
"Ya, kamu tenang aja."
"Mau nitip?"
"Nggak usah."
Leta mengangguk dan keluar ruangan dan menuju mini market yang berada di lobi perusahaan.
Melangkah tenang, tatapan Leta langsung tertuju pada seseorang yang berada di ruang tunggu. Seseorang itu sibuk dengan laptop dipangkuannya, sedangkan di sebelahnya ada seorang wanita yang terlihat muda. Mereka terlihat begitu dekat dan sibuk.
Leta menggeleng. "Lupakan, Leta," gumamnya pelan dan berlalu. Sebisa mungkin mengabaikan seseorang yang menjadi fokusnya tadi.
Leta sudah berada di mini market. Leta mengambil beberapa cemilan dan langsung membayarnya tanpa mengantri.
"Pakai paper bag?"
"Nggak usah, dipegang aja cuma sedikit," balas Leta dan mengambil cemilan yang sudah dibayarnya.
"Matcha yang Presdir suka ini, bukan?"
"Hmm."
Suara terdengar diikuti aroma perfume yang sangat dikenal, membuat aktifitas Leta terhenti sejenak namun, tidak lama karena setelahnya Leta bergegas keluar.
Leta menghela napas kasar dengan menggenggam cemilannya erat. Leta berusaha untuk mengabaikan mereka.