Leta duduk diam saat sudah tiba di tempat kerja. Beberapa menit yang lalu, Leta telah diantar oleh Kenzo. Kejadian yang begitu cepat membuat Leta memikirkannya. Apakah kejadian tadi hanya mimpi? Halunasinya?"Let, kamu kenapa?" tanya Carana.
Leta tersadar kemudian, tersenyum. "Nggak apa-apa, Bu."
Carana menghela napas. "Kalau ada masalah cerita sama saya. Kamu sudah saya anggap saudara. Jangan pendam sendiri, ya," pesannya.
Leta mengangguk dengan senyuman. "Pakaian selanjutnya yang bakal Ibu gunakan sudah siap. Kalau mau berganti bilang saya, ya, Bu."
"Oke, saya tinggal ya. Jangan banyak melamun," pesan Carana dan pergi.
Leta menatap kepergian Carana kemudian, tersenyum. Leta bersyukur sekarang. Dirinya dikelilingi oleh orang-orang baik.
Ponselnya tiba-tiba saja berdering. Leta melihat layar ponsel dan mengangkatnya.
"Halo?"
"Let, lo nggak lupa, kan?"
Leta terdiam sejenak. "Jadwal lo konseling. Nanti gue jemput di tempat kerja."
"Farah...."
"Ya, kenapa?"
"Gue sama Kenzo sudah baikan," ucap Leta ragu. Takut-takut sahabatnya ini marah.
Helaan napas panjang terdengar disebrang sana. Sedangkan, Leta hanya bisa menelan saliva.
"Di-dia tiba-tiba datang ke apartemen gue dan minta maaf," lanjut Leta menjelaskan.
"Fa, gue harus gimana? Dia...terlihat serius mau memperbaiki hubungan." Lagi-lagi Leta hanya mendengar helaan napas. "Fa, ayoo, bicara? Gue harus gimana?"
"Ikuti kata hati lo."
Leta mengigit bibirnya. "Lo jawab serius dong?!" tanyanya lagi merasa jawaban Farah tidak serius.
"Seperti awal yang gue bilang. Ikuti kata hati lo, tapi sejujurnya gue belum bisa maafin dia mengingat bagaimana dia memperlakukan lo lima tahun lalu," jawab Farah serius.
Leta terdiam, memikirkan jawaban Farah.
"Apa lo masih mencintai dia?" tanya Farah tiba-tiba.
"Hmm, gue...masih mencintai dia, walaupun gue sudah disakiti. Ada sedikit rasa benci dan kecewa, tapi rasa cintai gue ke dia begitu besar dan masih ada sampai sekarang," jawab Leta jujur.
"Udah jelas? Jadi Ikuti kata hati lo. Gue akan ikut asal lo bahagia."
Leta tersenyum dengan kedua mata berkaca-kaca. "Terima kasih, Farah. Lo sahabat gue satu-satunya yang gue punya. Lo selalu ada buat gue. Maaf, gue selalu merepotkan lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNISHER
Teen FictionSemua telah berubah. Tidak ada yang sama seperti beberapa tahun yang lalu. Bahkan sosok yang Kenzo cari selama ini, benar-benar telah berubah. Kenzo tidak menemukan apapun yang sama dari beberapa tahun yang lalu. Kenzo seperti bertemu dengan orang b...