Leta berlutut dan menatap batu nisan bertuliskan Renata. Nama sang Ibu tertulis di batu nisan itu. Sudah lima tahun lamanya beliau meninggal dunia.
"Ma, maaf, Leta baru bisa mengunjungi Mama," gumamnya sendu. Walaupun tidak berkunjung, Leta selalu memberikan doa dari jauh pada sang Mama dan Papa.
Farah yang berada di samping Leta hanya bisa mengelus punggung Leta. "Tante tenang aja, Leta akan aku jagain, Tan," sambungnya.
Leta tersenyum tipis dan percakapan berlangsung selama beberapa menit. Semua keluh kesah Leta diceritakan pada sang Mama dan Farah mendengar semua itu.
Telah selesai mengunjungi makam, kini Farah akan mengajak Leta ke tempat perbelanjaan.
"Mau ke mana sih?" tanya Leta heran.
"Ada mau yang gue beli."
Leta menghela napas dan mengikuti kemana Farah melangkah.
Kini keduanya memasuki toko pakaian mewah. Leta hanya melihat-lihat, berbeda dengan Farah yang langsung bertanya pada pelayan toko.
"Gue ke sana ya, kalau ada perlu panggil aja," izin Leta.
"Ya."
Leta berpisah dan melihat-lihat pakaian yang menurutnya sangat mahal dan mewah.
Tangan Leta bergerak melihat tag harga di salah satu pakaian yang disukainya. "Mahal banget," gumamnya terkejut dan kembali melihat-lihat, sesekali Leta melirik ke tempat Farah berada. Takut-takut cewek itu meninggalkannya.
"Leta?"
Pemilik nama menoleh dan seketika mengerjap dengan tubuh terdiam. "Lo beneran Leta?"
"Se-Sevian."
Grep!
Pelukan, Leta langsung dapat pelukan erat dari seorang pria bernama Sevian. Pria itu memeluknya begitu erat, guna menyalurkan rasa rindunya yang sudah lima tahun tidak bertemu.
"Akhirnya, akhirnya gue bisa bertemu sama lo, Let," seru Sevian lirih.
Leta gelisah, Leta gemetar.
Leta memberontak dan sedikit mendorong Sevian guna melepaskan pelukannya. Leta benar-benar merasa sesak. Traumanya kembali kambuh.
"Lo kenapa?" Sevian panik, apalagi melihat wajah Leta berubah pucat.
Leta menggeleng dengan mencengkram rambutnya. Kepalanya tiba-tiba saja pusing dan memori buruk kembali muncul. Entah, saat dia disentuh atau berdekatan dengan seorang pria, Leta akan memberikan respon gelisah, gemetar dan berakhir pusing disertai sesak napas.
Sevian menangkup wajah Leta. Sungguh, Leta terlihat begitu pucat. "Let, lo kenapa? Ada yang sa—"
"Men-menjauh...," pinta Leta gemetar. Kedua matanya memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNISHER
Ficção AdolescenteSemua telah berubah. Tidak ada yang sama seperti beberapa tahun yang lalu. Bahkan sosok yang Kenzo cari selama ini, benar-benar telah berubah. Kenzo tidak menemukan apapun yang sama dari beberapa tahun yang lalu. Kenzo seperti bertemu dengan orang b...