10

182 22 3
                                    

Leta mengerjap, dirinya mematung sejenak sebelum kembali disadarkan oleh Carana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Leta mengerjap, dirinya mematung sejenak sebelum kembali disadarkan oleh Carana.

"Leta, kenalkan, Athalariq. Dia adik saya, dia akan mengantarkan mu ke apartemen," ucap Carana menatap pria berbadan tegak, tinggi dan tampan.

"Athala, kamu harus sopan dengan Leta. Walaupun usiamu lebih muda dua tahun, dia lebih tua darimu," lanjut Carana memperingati.

Leta menggeleng. "Tidak usah, Bu. Saya tidak ingin merepotkan siapapun. Sa—"

"Ya, kakak tenang aja. Karyawanmu...," menatap Leta sejenak. "Ini akan aman sama Athala," selaknya dan kembali menatap Leta. "Anda bisa panggil saya Athala, atau Alariq, senyamanmu saja," lanjutnya.

Leta mengigit bibirnya. Leta ingat, sangat ingat. Pria itu, pria yang ditemuinya saat malam hari di club.

"Tidak—" Ucapan Leta terhenti saat pria itu berbisik padanya. "Tidak usah menolak. Saya tau, kamu sakit karena minum alkohol bukan? Atau mau saya bilang penyebab kamu sakit karena...."

"Diam," balas Leta mengancam penuh penekanan.

Athala tersenyum tipis dan mengangguk kecil. "Ya sudah, Athala pergi dulu," pamitnya pada Carana kemudian, menatap Leta. "Cepat, saya tidak ada waktu banyak."

Carana sedikit mendorong bahu Leta agar mengikuti Athala. "Udah sana, saya nggak apa-apa. Nggak usah pikirin, sekarang cukup fokus dengan kesembuhanmu."

Leta menghela napas. "Ya sudah, saya izin tidak bekerja hari ini. Maafkan saya."

Carana mengangguk dan Leta keluar ruangan yang ternyata Athala sudah menunggunya di luar.

Athala tersenyum tipis melihat raut wajah Leta yang cuek dan dingin. Sama persis seperti saat bertemu di club semalam.

"Apa dirimu suka ke tempat seperti itu?"

Leta melirik sekilas. "Hanya refreshing dan baru ke sana lagi setelah lima tahun lamanya."

"Oh, wow? Lima tahun? Apa saat sekolah anda perempuan rebel?"

Leta mendesis. "Nggak usah tau tentang orang lain."

Athala tertawa kecil. "Kamu pekerja kak Carana, jadi saya harus tau bukan tentang kamu? Apalagi kamu akan selalu bersama kak Carana."

Leta memutar bola mata malas. "Tidak usah kepo. Saya juga bekerja sama Carana bukan denganmu," tekannya.

Athala mengangguk kecil dan mengikuti Leta di belakangnya. Mulai dari masuk elevator sampai tiba di lobi.

"Sampai sini saja. Saya bisa pulang sendiri," ucap Leta datar dan ingin pergi namun, sayangnya lengannya ditahan.

"Tidak ingat pesan kak Carana? Kamu akan saya antarkan ke apartemen. Jadi menurut selagi saya masih bersabar," seru Athala berubah tegas.

Leta memejamkan mata, kepalanya tiba-tiba terasa pening. "Lepas dulu," serunya berubah lemah.

Athala menurut dan menatap lekat Leta. Terlihat jelas wajah pucat Leta diikuti kerutan di keningnya. Seperti menahan sakit.

PUNISHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang