Hari ini pagi-pagi sekali keluarga kecil itu sudah siap-siap untuk berangkat ke Bandung. Sedari pagi Alisa merasa cemas entah kenapa, yang jelas dia merasa sangat tidak baik.
Alisa keluar dari kamarnya, dia sudah ijin kepada guru dan kedua temannya untuk tidak masuk, hari ini dan besok. Di lantai bawah sudah ada mami Yuna sama papi Dean yang udah siap tinggal nunggu Alisa aja.
" Aku bener-bener gak siap mas" mami
" Kita harus ikhlas walaupun kita gak pernah ngerasain gimana ngerawat dia" papi
" Iya, aku juga mau ngucapin terimakasih sama orangtua angkatnya" mami
" Iya mi nanti kita kesana setelah dari pemakaman" papi
Dua paruh baya itu mengalihkan pandangannya ketika mendengar langkah kaki yang mendekat, ternyata itu putri mereka.
" Sayang udah siap?" Mami
" Udah mi, berangkat yuk keburu siang takut macet" Alisa
" Iya sayang ayok" mami Yuna menggandeng tangan putrinya yang terasa dingin.
" Kamu sakit? Tangan kamu dingin banget Al" mami
" Gak kok mi, Al cuma gugup aja" Alisa memberikan senyum manisnya agar maminya tidak khawatir
" Huh mami juga sama sayang, kita hadapin bareng-bareng ya?" Alisa hanya mengangguk saja karena sungguh perasaannya sedang tidak baik-baik saja, mengingat raganya sudah dimakamkan.
" Gak nyangka gue bukan anaknya ayah bunda tapi lebih gilanya lagi gue malah masuk ke raga adek gue sendiri"
Untungnya jalanan tidak terlalu macet, sehingga perjalanan dari Jakarta menuju Bandung tidak terlalu lama bahkan terbilang cepat. Keluarga Mahendra langsung menuju salah satu pemakaman yang cukup elit di Bandung.
Papi Dean berjalan lebih dulu, karena memang dia yang tahu letak makam salah satu putrinya itu, diikuti oleh mami Yuna dan Alisa dibelakang kedua orangtuanya.
" Pi apa masih jauh?" Mami
" Bentar lagi mi, sabar ya" papi
Tepat setelah papi Dean menyelesaikan ucapannya mereka sampai disalah satu makam yang berbeda dan nampak indah. Terdapat buket bunga Lily dan taburan mawar putih disana. Rumput hijau yang terawat menambah kesan adem ayem bukannya takut Alisa malah betah berada disana.
" Ini makamnya mi, Al" benar saja Alisa menoleh dan batu nisan itu terdapat namanya.
Alisa berjongkok mengusap nisan itu dengan perasaan campur aduk. Benar-benar seperti mimpi, kita mengunjungi makam sendiri. Tak terasa air matanya menetes dengan sendirinya, begitupun dengan mami Yuna yang sudah menangis sesenggukan.
" Ikhlas mi, do'akan semoga putri kita diterima amal ibadahnya" bukannya tidak sedih hanya saja sebagai kepala keluarga papi Dean harus lebih kuat agar bisa menjadi sandaran untuk dua bidadari nya.
" Sabar sayang, mungkin kakak kamu belum bisa bertemu secara langsung dengan kamu, suatu saat nanti di surga-Nya kita pasti akan berkumpul lagi, Aamiin " papi Dean mengelus lembut pucuk kepala Alisa yang juga menangis.
" A aku ma mau ketemu sa ma ayah bunda hiks hiks" tanpa sadar Alisa meracau dalam tangisnya, seketika mami Yuna menghentikan tangisnya begitupun papi Dean yang mencoba mencerna ucapan putrinya, namun dia tidak ambil pusing mungkin saja Alisa hanya menebak atau bisa saja hanya reflek memanggil orangtua angkatnya lisa dengan panggilan ayah bunda.
" Iya sayang udah ya nangisnya kita kesana" papi
" Papi gak bohong kan?" Alisa
" Nggak sayang, papi udah cari tahu dimana rumah mereka, ayah juga udah hubungin mereka, kebetulan juga mereka lagi di Indonesia" papi
Setelah membaca do'a dan menaburi bunga, papi Dean mengajak anak dan istrinya untuk menemui orangtua angkatnya Lalisa, kakaknya Alisa.
Alisa semakin gugup ketika mobil yang dikendarai oleh papinya semakin dekat menuju rumah Adithama. Entah bagaimana reaksi bundanya ketika melihat wajah adiknya yang sama sepertinya.
Mereka turun setelah mobil terparkir dengan rapi. Papi Dean menekan bel terlebih dahulu, hingga beberapa menit kemudian pintu terbuka. Disana terlihat sepasang suami-isteri yang terdiam kaku ditempat.
" Maaf pak saya Dean dan istri serta anak saya" papi Dean
" Oh iya pak Dean, mari semuanya masuk" Tuan Adithama mengajak merek masuk, walaupun masih terkejut karena melihat wajah seseorang yang sangat dia dan istrinya rindukan.
Sampailah mereka di ruang tamu, mereka duduk berhadapan, nyonya Adithama menatap lekat wajah Alisa, sedangkan Alisa sendiri mencoba mengabaikan tatapan wanita yang ia anggap ibunya .
" Bapak dan ibu pasti sudah tahu maksud dari kedatangan kami" papi Dean
" Iya pak, waktu kami masih di luar negeri ada pekerja yang menelpon saya, katanya ada yang ingin bertemu. Jadi kami memutuskan untuk pulang walau hanya sebentar. Jujur saja kota ini mengingatkan kami tentangnya " tuan Adithama
" Kenapa Lalisa bisa terpisah dengan kalian?" Pada akhirnya nyonya Adithama mengeluarkan suaranya
" Ceritanya panjang, singkatnya waktu di rumah sakit anak buah pesaing bisnis saya yang menculiknya" papi Dean
" Kami sudah mencarinya kemanapun, namun hasilnya nihil seakan-akan anak kami sudah tiada, dan beberapa Minggu kemarin anak buah saya mendapatkan informasi tentangnya. Namu sayangnya dia sudah benar-benar tidak ada" mami Yuna tidak kuat lagi untuk menahan tangisnya setelah selesai mengucapkan kalimatnya.
" Itu sudah takdir pak, buk. Kami juga minta maaf karena tidak bisa menjaganya dengan baik, waktu itu kebetulan kami sedang ada keperluan di luar kota" tuan Adithama
" Tidak pak, justru kami sangat berterimakasih karena putri kami ditemukan oleh orang baik seperti kalian" mami Yuna
" Kami sudah lama menikah namun saya belum juga hamil, sudah berbagai program kami lakukan namun masih belum berhasil juga. Hingga pada saat itu kami menemukan Lalisa dan saat itu pula kami sangat bahagia dengan kehadirannya " nyonya Adithama
" Apakah mereka kembar?" Tuan Adithama
" Iya, ini Alisa adiknya Lalisa" papi Dean
" Apakah tante boleh peluk kamu?" Nyonya Adithama menatap penuh harap pada Alisa
Tanpa bicara Alisa berjalan mendekati nyonya Adithama dan langsung memeluknya erat. Dia sangat merindukan wanita paruh baya yang sekarang ada dipelukannya. Sosok seorang ibu yang sangat lembut dan penuh perhatian namun tegas.
Memang kalau dia menginginkan sesuatu tidak langsung dituruti, tapi selalu memberinya motivasi terlebih dahulu baru memberikan apa yang diinginkannya.
" I Miss you bunda"
Setelah berbincang-bincang bahkan mereka makan malam bersama, papi Dean pamitan pulang. Tuan dan nyonya Adithama mengantar mereka sampai kedepan.
" Kami ucapkan banyak terimakasih, sudah mau menerima kami hari ini" papi Dean
" Sama-sama pak kami juga senang, apalagi ada nak Al yang mengingatkan kami sama Lisa jadi rindu kami terbayarkan walau hanya sebentar" nyonya Adithama
Setelahnya keluarga Mahendra kembali pulang ke Jakarta. Alisa sebenarnya masih belum rela untuk pulang, apalagi dia belum ketemu dengan sahabatnya.
" Semoga kita bertemu lagi, gue kangen banget sama Lo" Alisa menatap sendu rumah besar itu dia juga menatap sebuah rumah yang berada tepat disebelahnya rumah Adithama.
Udah dulu ya guys jangan lupa votmen jaga kesehatan dan jaga pola makan kalian see you next time bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Lalisa or Alisa
RandomLalisa adiya adithama gadis cantik yang sedang berjalan-jalan menikmati suasana sorenya harus terganggu ketika melihat seekor kucing yang sedang menyeberang jalan, belum sempat Lisa menyelamatkan kucing itu, keduanya lebih dulu tertabrak mobil yang...