BAB : 15 II AMENDMENT II

48 5 0
                                    

seseorang berjalan menunduk melewati Koridor dengan banyak orang yang berlalu lalang, ia menarik tudung Hoodie nya berjalan keluar tujuannya kini parkiran, sesampainya disana ia langsung merogoh kantung hoodie nya mencari kuncinya, setelah dapat ia langsung menjalankan mobilnya membelah jalan raya yang kini hari mulai malam

ia merogoh saku celananya mengambil handphone nya guna menghubungi seseorang, menekan satu demi satu nomor yang ia ingat

tut

" hallo? "

" ahh paman masih ingat aku? "

" emm oh ternyata kau, wae ada yang bisa saya bantu tuan? " Ucap seseorang disebrang telepon

" oh ayolah paman kita masih terikat keluarga " ucapnya

" oke, oke jadi apa yang bisa paman bantu, kau tau kan paman mu ini sudah tua " Ucapnya di sebrang telepon dengan sedikit candaan

" akhirnya paman menyadarinya jika paman tua tapi belum punya istri "

" heh!! jika bukan keponakan ku paman kagak sudi bantu "

" oh ayolah paman sudah lah aku ada misi buat paman aku akan kirimkan fotonya " ia menunggu beberapa saat dari sebrang sana untuk menjawab, terdengar helaan nafas dari sana

" oke paman akan bantu tapi paman hanya menerima tidak ikut-ikutan "

" Paman santai saja serahkan semuanya padaku " ia tersenyum miring dan memutuskan teleponnya dengan segera ia melajukan mobilnya ke tempat yang akan ia datangi

dengan segera ia melajukan mobilnya membelah jalanan yang kini sudah sepenuhnya malam, mobil hitam itu kini berhenti di sebuah rumah tua yang terletak jauh dari ibu kota

" get ready for the game " ia tersenyum miring dan mengambil topeng kelinci di samping tempat duduknya kemudian turun dari mobilnya dan berjalan santai memasuki rumah itu

bunyi tapak kaki menggema seiring ia berjalan semakin dekat terdengar suara lolongan kesakitan, ia berhenti sejenak di depan pintu bercat merah maron menghela nafas sejenak dan membuka pintu didepannya

terdapat satu orang terikat di kursi dengan keadaan babak belur lalu ia menoleh kesamping yang terdapat pamannya dengan dua bawahannya di samping kiri kanannya

" Dasar keponakan tak tau diri sekali telpon malah di suruh nyulik, noh liat pipi paman biru " sang paman mendekat dan memeluk keponakannya ini yang sudah 3 tahun tidak ada kabar

" hahah...maaf paman, paman tau kan anak tunggal semua yang dimiliki akan diserahkan " ucapnya dengan sedikit tertawa sang paman yang tau mengangguk dan menepuk pundaknya beberapa kali

" paman paham bersabarlah sedikit, alm. ayahmu itu sangat keras kepala sekali pantas dia cepat mati, ya sudah paman pergi dulu ada urusan yang paman harus urus dan dia yang kau minta disana " ucap sang paman dengan menunjuk seseorang yang terduduk di kursi dengan hanya pencahayaan satu lampu remang-remang diatas seseorang tersebut

" baik, terimakasih paman "

" paman pergi dulu " sang paman menepuk sekali lagi pundak keponakannya itu dan pergi keluar dengan diikuti bawahannya kemudian ia menoleh ke mangsanya dan tersenyum miring

ia berjalan menuju lemari tua yang terdapat di pojok ruangan dan mengambil gagang besi dan menyeretnya ke tengah-tengah mangsanya

" siapa kau lepaskan aku, jangan berani mendekat kemari!! TOLONG! " seseorang tadi dengan badan yang bergetar hebat saat melihat sosok tadi yang berada didepannya

𝙶𝙾 𝙳𝚁𝙴𝙰𝙼 𝙼𝚈 𝙵𝚁𝙸𝙴𝙽𝙳𝚂 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang