26.

658 95 0
                                    

"Ada penjaga yang memegang dua buah pistol. Dan di dari balkon rumah sebelah. Ada seorang penjaga yang sudah siap dengan senapannya." Kenma berucap sambil menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong.

Dorr

Dorr

Bugh

Bugh

Dor

Kenma dapat mendengar suara pistol yang menembak secara terus menerus, tak lupa suara orang yang memukul dan menendang dan beberapa teriakan histeris lainnya dari sebrang. Kenma juga dapat melihat Kuroo yang sedang bertarung dengan para penjaga itu sambil menghindari tembakan jarak jauh dari orang yang ada di sebelah rumah itu.

"Kurasa ini yang terakhir."

Mulut Kenma kembali berbicara mendengar itu. "Ada sepuluh orang yang berlari kearahmu saat ini."

"Lima dari mereka membawa pistol, dua lainnya membawa belati dan tiga lainnya membawa beberapa granat."

DORRR

"Aaa, kau benar. Mereka membawa granat."

Kenma tidak meresponnya mendengar itu. Hanya diam dan memperhatikan Kuroo dengan tatapan kosongnya.

Dia tidak tahu.

Benar-benar tidak tahu.

Kenapa air matanya bisa keluar semudah ini ketika dia melihat Kuroo? Bahkan ada rasa takut di dalam dirinya ketika dia berdekatan dengannya.

Dan ada rasa sakit di hatinya karena Kuroo tidak ingat apa yang dia lakukan padanya.

Kenma mengusap pipinya yang di basuhi air mata dengan kasar. "Menuju ke kamar sebelah kanan, dia ada di sebelah kanan. Dia memegang sebuah katana."

BRAKK

"B-b-brengsek... Kenapa kau bisa sampai si-"

DORRR

Kenma dapat mendengar orang itu belum selesai berbicara tetapi Kuroo sudah menembaknya. Alhasil dia pun jatuh tersungkur di lantai.

"Apakah dengan begini sudah selesai?"

"Ya, sudah."

Kuroo menyerngit heran mendengar suara Kenma. Dia memasukan pistolnya kedalam kantong celana dan berjalan menjauh dari rumah itu. "Ada apa denganmu? Kenapa suaramu terdengar serak seperti itu?"

Tubuh Kenma gemetar hebat mendengarnya. Pertanyaan yang sangat tidak ingin dia dengar. Pertanyaan brengsek yang membuatnya kembali meneteskan air mata. Terlebih yang menanyakan itu adalah Kuroo.

"A-aku sedang radang."

"Benarkah? Kau membutuhkan obat?" kenapa dia tiba-tiba menjadi baik seperti ini?

"Jika kau membutuhkannya, kurasa kau harus membelinya." tidak, dia tidak baik. Dia tetap brengsek.

Kenma tersenyum masam mendengar itu suaranya seperti hilang dari kerongkongannya tetapi dia memaksakan diri untuk terus berbicara.

"Ya..." suara yang pelan dan ada rasa sedih di sana. Cukup untuk menyayat hati orang yang mendengarnya.

Kuroo berhenti bergerak ketika mendengar suara Kenma. Sedikit terkejut dengan respon Kenma yang seperti itu.

"Apakah terjadi sesuatu di sana?"

Air mata Kenma makin mengalir bebas mendengar pertanyaan itu. Tidak. Tidak. Tidak.

Dia tidak ingin mendengar pertanyaan itu.

Itu memang pertanyaan yang tulus, tidak ada kesan mengejek. Murni keingintahuan dan rasa kekhawatiran. Kenma tahu akan hal itu.

Tapi....

"Ti... tidak...." Kenma menutup mulutnya agar isak tangisnya tidak terdengar sampai ke seberang. "Tidak.... Terjadi... Apa-apa."

Kenma tidak mau mendengar itu.

Itu hanya membuatnya semakin menangis dan terasa sesak.

Jangan peduli padanya.

Tutup saja matamu seolah tidak terjadi apa-apa.

Tutup saja!

Jangan pedulikan Kenma.

Anggap saja ia adalah angin yang lewat di dalam hidupmu. Bukanlah sesuatu yang penting!

"Oh, baiklah jika memang tidak terjadi apapun." Kuroo meraih pintu mobilnya kemudian masuk dan memutus sambungan komunikasi mereka.

Tidak...

Itu semua bohong.

Kenma ingin Kuroo peduli padanya.

Kenma tidak ingin Kuroo menutup mata dan telinga atas kejadian itu semua.

Kenma... Kenma...

Kenma tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia meraih handphonenya yang tergeletak bebas kemudian menekan kontak Yaku.

"Ada apa Kenma?"

"A-a-aku... Ingin mengambil cuti."

"Ada apa? Terjadi sesuatu?"

Kenma menggeleng mendengar itu dari Yaku. Kenapa semua orang terus menerus menanyakan hal itu padanya? Bahkan orang yang membuatnya seperti ini saja menanyakan itu.

"T-tidak.... Aku.... Tidak papa."

~

Kuroo memasuki apartemen dengan gontai. Rasa lelah menghantuinya berkat misi itu.

Dia melangkah memasuki apartemen kemudian hanya mendapati apartemen yang sepi dan kosong. Serta beberapa lampu ruangan yang sudah di matikan.

Kenma sudah tertidur, pikirnya.

Dengan pemikirannya itu dia segera melangkah masuk ke kamarnya dan berniat tidur.

"Selamat malam."

Partner • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang