09.

768 99 0
                                    

"Jadi."

Lelaki dengan surai pirang itu memutar balikkan badannya. Menatap Kuroo dan Kenma dengan tatapan heran, kesal dan juga amarah. Tatapannya bercampur aduk menjadi satu saat ini.

"Bisa kalian jelaskan padaku mengapa pelelangan itu berhenti di tengah jalan kemarin?" lelaki yang bernama Yaku itu berkata sambil menatap mereka sedikit tajam. Bahkan sedikit mengeluarkan aura mengerikan dari tubuhnya.

Kenma maju satu langkah agar lebih dekat dengan Yaku dan menatap Yaku dengan tatapan datarnya.

Tepat setelah dia maju, dia membungkukkan badannya 90°. "Maaf, ini salahku. Karena aku kehabisan obat dan tidak bisa menekan masa heatku. Ini semua terjadi."

Yaku yang menyaksikan itu mengerjap beberapa kali sementara Kuroo menganga. Tidak percaya bahwa Kenma akan mengakui kesalahan ini. Padahal tadinya Kuroo sudah bersiap untuk memakinya jika dia tidak ingin mengakui kesalahannya.

"Kau tahu obat itu habis dan kau tidak membelinya?" Yaku bertanya dengan suara yang sedikit mengintimidasi.

Sementara Kenma mengangguk. "Ya, aku pikir aku bisa menahannya tanpa obat. Tetapi ternyata itu tidak bisa. Maaf karena tindakanku yang egois dan sangat percaya diri ini."

Yaku menghela nafas menyaksikan itu. Dia sedikit luluh saat ini. Mana bisa dia menceramahi Kenma lebih jauh jika Kenma telah mengaku terang-terangan dan terlihat menyesal seperti ini.

Terlebih ini baru pertama kalinya dia mengacaukan misi.

Jadi, Yaku rasa...

Tidak papa memaafkannya, kan?

"Baiklah, kali ini aku akan mentolelir kelakuanmu."

"Tetapi hanya kali ini." Yaku berkata dengan penekanan di tiap katanya.

Kenma berhenti membungkuk dan mengangguk. Dia menatap Yaku lalu melempar senyum tipisnya. "Terimakasih."

"Baiklah... Jadi, apakah orang itu datang?"

Mulut Kenma terbuka kecil. Dia ingin menjawab bahwa dia tidak melihat orang itu.

Tetapi ketika dia baru saja ingin berbicara, Kuroo malah menyerobotnya.

"Ya, dia datang. Dan kelihatannya di mengincar barang terakhir yang akan di lelang." Kuroo menjawab dengan nada lempengnya.

"Tetapi ku pikir dia gagal mendapatkan itu dan dia akan datang lagi?" Kuroo mencoba menerka-nerka tindakan selanjutnya orang itu.

"Kurasa dia memang akan datang lagi."

"Apakah kita perlu menjadi pembawa acara pelelangan lagi?"

Yaku memejamkan matanya ketika mendengar pertanyaan Kenma. Dia memikirkan hal ini cukup keras hingga akhirnya dia kembali membuka matanya dan menggeleng.

"Tidak."

Kuroo dan Kenma hanya mengangguk mendengar itu. Tidak berniat menanyakan apa alasannya dan kenapa mereka tidak akan menjadi pembawa acara lagi.

Lagi pula ini sudah pasti karena Yaku tidak ingin mereka mengacau lagi di sana.

Kuroo menyilangkan tangannya di depan dada kemudian menatap Yaku dengan tatapan heran sekaligus penuh penantian.

"Dan apa yang kau tunggu? Cepat turunkan tugas selanjutnya dan aku akan segera menghabisi orang itu." Kuroo berkata dengan sangat yakin dan juga percaya diri.

Sementara Kenma malah mendelik tajam kearahnya. "Bodoh juga ada batasnya. Apakah kau tidak tahu bahwa tugas itu akan turun jika kita mendapatkan informasi tentangnya di pelelangan kemarin?!"

Kuroo mengalihkan atensinya pada Kenma dan menatapnya tidak terima karena Kenma menyebutnya bodoh. "Hah? Benarkah? Dan mengapa kau bisa mengetahui itu sedangkan kau sama sekali tidak berpartisipasi dalam pelelangan itu." Kuroo berkata sambil menekan kata berpartisipasinya.

"Apa maksudmu aku tidak berpartisipasi? Barang yang masuk sesuai dengan urutan dan mereka bertindak dengan seharusnya. Jika tidak ada aku, mana mungkin mereka akan seperti itu!"

"Itu tidak bisa disebut berpartisipasi. Seharusnya kau ikut memimpin acara pelelangan jika kau benar-benar kau merasa bahwa kau ikut berpartisipasi."

"Pemimpin adalah seorang yang memimpin suatu kegiatan. Garis bawahi ini seorang. Seorang. Bukan dua orang atau lebih!"

Kuroo melemparkan tatapan sinisnya sambil mendekatkan wajahnya pada wajah Kenma. Menatapnya dengan tatapan sinis bercampur tidak suka.

Dan tentu saja Kenma juga melakukan hal yang sama sepertinya.

"Bisakah kalian tidak berdebat sehari... Saja, setidaknya jika aku berada di depan kalian." Yaku berkata sambil tersenyum kesal. Sudah sedikit muak dengan perdebatan kedua orang itu.

Kuroo dan Kenma menarik dirinya masing-masing hingga akhirnya membentuk jarak yang cukup lebar diantara keduanya.

"Dan aku akan menurunkan perintah misi untuk kalian."

Kuroo yang tadinya sedang tersulut dengan amarah bahkan sedang menyumpah serapahi Kenma seketika berhenti dan menatap Yaku dengan tatapan berbinar.

"Katakan, apa perintahmu!"

Perlahan tatapan Yaku berubah menjadi datar hingga akhirnya berubah menjadi dingin. Bahkan di matanya saat ini memancarkan aura membunuh yang cukup kuat.

"Bunuh orang itu ketika dia sedang berada dalam pesta narkoba lusa malam."

Partner • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang