Satu minggu kemudian~
Kuroo yang baru saja menyelesaikan misi sontak membuka pintu apartemen dengan lembut dan kakinya mulai melangkah masuk kedalam apartemen itu.
Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencoba mencari tahu dimana keberadaan partner-nya itu. Hingga akhirnya dia membuka pintu kamar Kenma.
Matanya menjelajah setiap inci kamar itu dengan teliti hingga akhirnya ia menghela nafas.
"Aku lupa..... Kenma sedang mengambil cuti." Kuroo berkata lirih sambil menutup kembali pintu kamar itu kemudian berjalan menuju dapur.
Ini adalah rutinitas baru Kuroo setiap ia baru saja selesai menyelesaikan misi. Membuka kamar Kenma dan mencari tahu di mana keberadaan Kenma. Dan ketika ia tidak mendapatkannya di sana ia hanya menghela nafas pelan dan mengatakan hal itu kemudian mencoba menjalankan aktivitas seperti biasa. Tanpa adanya Kenma tentunya.
Kuroo tiba di hadapan kulkas dua pintu miliknya. Tangannya bergerak untuk membuka pintu bagian bawah. Dia mencondongkan badannya untuk mendekat ketika pintu kulkas itu terbuka lebar.
Kuroo dapat melihat beberapa puding yang sering Kenma makan masih berjejer rapih di sana. Puding yang senada dengan surainya.
"Benar-benar mirip puding." Kuroo bergumam pelan sambil meraih salah satu puding itu.
Setelah ia meraihnya ia segera mengambil sendok yang tersedia di sana dan mulai memakan puding itu.
Kuroo menggerakkan sendok pertama ke mulutnya tanpa ragu dan mulai menikmati rasa puding yang memenuhi mulutnya.
Ah.....
Kuroo tahu kenapa Kenma menyukai benda ini.
"Manis."
Tepat yang seperti Kuroo katakan benda ini manis.
Kuroo berkata kemudian membalikkan badannya, berniat untuk pergi dari dapur dan kembali ke kamarnya. "Pantas Kenma menyukainya." lirih Kuroo dan mulai memasuki kamarnya.
•••••
Tiga bulan telah berlalu sejak kepergian Kenma.
Tetapi, Kenma tak kunjung kembali dan itu membuat Kuroo bertanya-tanya.
Bukankah cuti itu ada batasnya? Bukankah tidak boleh selama ini? Bukankah dia terlalu berlebihan? Apakah Kuroo melakukan salah padanya sehingga dia mengambil cuti selama ini dan enggan untuk kembali?
Semua pertanyaan itu menggema di otaknya beberapa hari belakangan ini. Bahkan ketika dia sedang bekerja otaknya tidak berhenti memikirkan hal itu. Untungnya itu tidak menghambat pekerjaannya.
Kuroo membuka pintu apartemennya dengan lembut dan mulai memasukinya. Ruangan yang hening, sepi, dan tidak ada suara ataupun orang di sana.
Mulut Kuroo terbuka kecil ketika dia baru saja memasuki ruangan itu dan melangkah menuju dapur dengan sebuah plastik berukuran cukup besar di tangannya yang berisi beberapa puding kesukaan Kenma.
"Ke-" perkataannya terhenti.
Dia kembali menutup mulutnya rapat-rapat, mengunci suaranya di dalam sana agar tidak keluar sedikit pun ketika dia menyadari bahwa dia baru saja ingin memanggil Kenma.
Padahal, Kenma tidak ada di sini.
Kuroo merasa seperti orang bodoh saja.
Kuroo sedikit membalikkan badannya. Memperhatikan dapur yang benar-benar sepi dan berantakan. Biasanya akan ada Kenma di sana untuk membersihkannya sambil misuh-misuh tidak jelas jika Kuroo membuat dapur berantakan. Tak hanya dapur. Bahkan ruangan lain juga.
Matanya beralih menatap ruang tamu. Tiba-tiba saja bayangan Kenma yang sedang duduk di sana dan menatap kearahnya dengan kesal terlintas di benaknya.
Itu membuat Kuroo berkedip beberapa kali dan menggosok matanya untuk memastikan apakah Kenma benar-benar ada di sana atau tidak.
Dan ternyata....
Sofa itu kosong.
Tidak ada seorangpun di sana.
Cengkraman Kuroo pada plastik semakin menguat ketika menyadari tidak ada orang di sana. Hatinya sedikit merasa kecewa akan hal itu.
Apakah Kuroo selalu merasakan seperti ini?
Apakah apartemen itu selalu berantakan seperti ini?
Apakah apartemen itu selalu sepi dan sunyi seperti tidak ada kehidupan seperti ini?
Apakah....
Memang selalu begitu?
Kuroo menggeleng pelan untuk menjawab pertanyaan yang ia buat sendiri di otaknya.
"Kurasa....."
"Apartemen ini tidak sesepi ini jika ada dirimu." Kuroo berkata pelan. Sangat pelan bahkan terdengar seperti bisikan.
Kuroo mengakui itu.
Dia mengatakannya tanpa sadar.
Bahkan dia menyadari satu hal kali ini.
Kuroo...
Kesepian tanpa kehadiran partner surai dwi warnanya itu.
Kuroo menghela nafas ketika menyadari pemikirannya itu. Dia membuka kulkas dan dengan cepat memasukan plastik itu ke sana, tanpa menatanya terlebih dahulu.
"Cepatlah kembali, bodoh."