Kenma mendelik tajam ketika menyaksikan Kuroo yang baru saja selesai mandi dan mengusap kepalanya yang basah secara perlahan.
Kuroo yang merasakan hawa tidak enak itu sontak berhenti berjalan dan menatapnya. Alisnya terangkat satu seolah-olah dia heran dengan tingkah Kenma.
"Apa?" kata itu lolos dari bibirnya.
Kenma tersenyum masam mendengar itu. "Apa? Setelah kau ingin membunuhku kau mengatakan apa?!"
Alis Kuroo makin terangkat heran mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh partner tidak tahu dirinya itu.
"Aku? Membunuhmu?! Brengsek! Aku tidak akan melempar belati itu jika kau tidak membekapku dengan bantal, bodoh!!!"
"Dan aku juga tidak akan membekapmu dengan bantal jika kau segera bangun dan membereskan kamarmu!"
"Hah? Kenapa kau sekarang malah menyuruhku untuk membereskan kamar? Ada apa denganmu? Itu kamarku, jadi terserah apakah aku mau membereskannya atau tidak!"
"Itu merusak pemandangan bodoh! Jika kau membersihkannya, aku sudah pasti tidak akan membekapmu!" Kenma berkata sambil berbalik agar tidak menatap Kuroo. Dia mengambil kaca kecil yang tergeletak di meja kemudian mengarahkan pada wajahnya.
Dapat dia lihat pipi kirinya terbaret kecil akibat Kuroo yang melempar belati itu. Tadi, Kenma tidak menghindar dengan baik hingga akhirnya dia harus merelakan pipi mulusnya ini terluka berkat partner brengseknya itu.
Kuroo yang menyaksikan Kenma menatap luka itu dengan tatapan kesal hanya bisa melempar tatapan herannya. Hanya luka kecil. Kenapa dia terlihat sangat kesakitan seperti itu?
"Itu hanya luka kecil, kenapa kau sangat mengkhawatirkannya?" Kuroo bertanya sambil duduk di sofa yang ada di hadapan Kenma.
Perempatan siku muncul di dahi Kenma mendengar itu. Dia menggeser kaca yang menghalangi wajahnya sehingga Kuroo bisa melihat jelas betapa kesalnya Kenma padanya saat ini.
"Hanya?"
"Hanya kau bilang?!"
"Manusia brengsek yang mempunyai kekuatan besar sepertimu tidak akan merasa sakit ketika di tusuk belati, bodoh!"
"Tapi aku tidak menusukmu! Itu hanya baretan kecil!" Kuroo menyangkal perkataan Kenma.
"Sama saja bodoh!"
Kuroo mengendus kesal mendengar itu. Karena sudah enggan berdebat dia hanya menyenderkan punggungnya pada sofa yang di dudukinya dan memperhatikan Kenma yang masih terlihat sedikit kesakitan itu.
"Jangan sampai kau tidak melakukan misi hanya karena baretan kecil itu." Kuroo berkata dengan nada datar. Tetapi, jauh di dalam dirinya dia sedikit khawatir dengan Kenma.
"Aku tidak selemah itu, bodoh." Kenma berkata sambil meletakkan kaca yang ia pegang ke atas meja dengan kasar.
Dia menatap Kuroo dengan kesal kemudian melempar sebuah gulungan kepada Kuroo dan tentu saja Kuroo menerima gulungan itu dengan baik.
Kuroo membuka gulungan itu dan mulai membacanya. Netra coklatnya bergerak ke kanan dan ke kiri lalu keatas dan ke bawah untuk memahami isi gulungan itu. Sesaat setelahnya dia mengangkat satu alisnya heran.
"Cetak biru?"
Kenma mengangguk dan mengambil alih kertas yang Kuroo pegang itu. "Ya, cetak biru gedung yang akan menjadi tempat pesta narkoba nanti malam."
Kenma meletakkan cetak biru itu di atas meja kemudian mulai menjelaskan dengan teliti tempat mana saja yang ada jebakan, cctv, serta penyadap suara. Tak lupa dia juga menjelaskan dimana letak penjaga-penjaga yang akan menjaga gedung itu.
Kuroo yang mendengar penjelasan panjang Kenma hanya bisa menganggukkan kepalanya dan berkata. "Baiklah, jadi? Apa yang harus kulakukan kali ini?"
Kenma beralih menatap Kuroo. "Aku ingin mencoba hal yang berbeda."
Kuroo menaikkan satu alisnya. "Hal yang berbeda?"
Kenma mengangguk. "Ya..." dia merongoh saku bajunya kemudian mengeluarkan sebuah bungkusan obat kecil, dapat di lihat isi dari bungkusan itu adalah bubuk yang sangat halus dan terlihat mudah di larutkan dalam air.
Kuroo yang paham akan hal itu langsung melemparkan tatapan remehnya. "Rencana klasik? Kau ingin menggunakannya?"
Kenma mengangkat satu alisnya. "Klasik?"
Sesaat setelahnya alisnya kembali seperti semula dan bibirnya melengkung keatas. Membentuk senyum remeh ketika mendengar perkataan Kuroo.
"Ah, kau tidak tahu ini apa, ya?"
"Baiklah, aku akan menjelaskannya."
Kenma mulai berdehem dan mulai berbicara.
"Ini adalah sebuah obat yang baru saja di ciptakan oleh divisi 7, obat ini dicampur oleh bubuk mesiu dan ketika obat ini di larutkan dalam campuran air kemudian di minum dan melewati kerongkongan seseorang. Di katakan dia akan meledak sehingga membuat tubuh orang itu bercerai-berai." Kenma menjelaskan rinciannya kepada Kuroo.
"Dan aku ingin mencobanya. Ah dan tentu saja jika orang itu mati di depan umum akan terjadi keributan, kan?" Kenma kembali memasukkan obat itu kedalam saku bajunya.
"Kurasa kau tahu apa maksudku." Kenma melanjutkan perkataannya sambil melirik Kuroo.
Sementara Kuroo malah mengeluarkan seringai setannya mendengar itu. "Membunuh semua yang menyaksikannya, kan?"
![](https://img.wattpad.com/cover/340918745-288-k39716.jpg)