.
Sudah hampir empat tahun lamanya aku meninggalkan kota ini, Jakarta.Kota yang pernah menjadi saksi bagaimana kisah yang pernah aku buat bersama mereka yang telah lama pergi. Kisah yang ternyata tak pernah bisa aku lupakan begitu saja meski empat tahun lamanya aku pergi, dan kini aku kembali ke Jakarta setelah menyeleaikan masa kuliahku di Yogyakarta. Kepulanganku ke Jakarta juga lebih karena ibuku yang sedang sakit memintaku untuk pulang, dan terpaksa harus menerima tawaran pekerjaan yang ada di Jakarta.
Suasana Jakarta tak banyak berubah, masih sama seperti dulu saat aku pergi. Kemacetan di mana-mana, udara yang panas, dan masih banyak lagi.
Hari ini aku sedang berada di sebuah toko buku yang jaraknya dekat dengan rumahku. Toko buku yang beberapa kali pernah aku kunjungi bersama dia yang kini hanya tinggal nama. Toko buku yang di setiap sudut ruangannya menyimpan begitu banyak kenangan antara aku dan dia. Kenangan yang mampu menimbulkan perasaan sesak di dada karena kilasan-kilasan masa lalu seolah sedang berputar di depan mata. Kilasan yang menyenangkan, namun terasa menyakitkan saat mengingatnya sekarang karena tahu dia yang aku kenang sekarang tidak akan pernah kembali datang ke tempat ini, sekarang, bahkan selamanya.
"Darennn ...." Suara pekikan seorang gadis yang nyaring menyadarkanku dari lamunan, "Kembaliin nggak? Itu buku gue."
Sepasang remaja SMA yang masih berseragam tengah bercanda di sebelah sudut ruangan.
"Ini, ambil aja kalau bisa." Si cowok malah mengangkat bukunya tinggi-tinggi, buat si cewek kesusahan mengambil bukunya sambil loncat-loncat.
"Ih lo ko nyebelin banget sih? Gue hapus ya lo di daftar anggota kelompok."
"Eh, ko ngamcam."
"Biarin, siapa suruh lo nyebelin."
Melihat tingkah anak SMA itu tanpa sadar mampu membuatku tersenyum tipis, bersamaan dengan air mata yang menetes membasahi pipi.
Dejavu.
Tingkah mereka seketika membuatku merasa seperti sedang melihat gambaran masa laluku.
Cowok jail yang selalu menggangguku.
Dia.
Yang seketika membuatku merogoh sesuatu di dalam tas-ku, melihat sticky note berwarna kuning yang tertempel di dalam buku catatan ku, pemberian terakhirnya beberapa tahun lalu.
Maaf.
Maaf atas semua yang terjadi.
Gue pergi, Tik.
Semoga di manapun lo berada, lo selalu bahagia.
Sekali lagi gue minta maaf sudah membuat kekacauan di hidup lo yang tenang.
Gue sayang lo.Dan kembali membaca pesan terakhir darinya mampu membuat hatiku meringis ngilu.
Bagaimana kabar dia sekarang?
Dia yang tiba-tiba menghilang setelah tragedi itu terbongkar. Dia yang mengisi hampir setengah cerita dari masa SMA ku. Dia yang memberi hal-hal baru dalam hidupku, juga memberi warna-warna baru dalam kisah SMA ku yang awalnya hanya putih dan kelabu.
Dia yang kutemukan di sebuah kelas absurd, yang akan memulai kisah perjalanan masa SMA ku
Atika Zahra Ratipa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atika Story's (Selesai)
Teen FictionKetika kepercayaan hilang, oleh penghianatan. Ketika penyesalan datang diiringi kehilangan. . . . "Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walau rasa itu belum tumbuh, tapi yang namany...