Sepatah Kata

2.3K 184 6
                                    

"Dreaamm!!"

Suara dentingan gelas yang saling bersenggolan terdengar, tujuh laki-laki itu meminum habis air di gelas kecil itu. Setelahnya, terdengar suara erangan karena rasa tidak nyaman di tenggorokan.

"Sudah ku bilang lebih baik minum air mineral saja! Aku tidak suka Soju," protes Jaemin langsung meletakkan gelasnya dengan kasar.

"Benar. Soju sangat tidak enak," saut Jisung yang masih memegang tenggorokannya.

Mark terkekeh kecil. "Aegi," gumamnya.

"Aegi makan ini!"

Haechan memberikan satu ayam ke mangkuk nasi Jisung, tersenyum lebar. Jisung menatap curiga. "Wae? Kenapa Hyung memberikannya padaku, mencurigakan."

Haechan mendelik. "Yaa apa salahnya berbagi? Tidak mau, untukku saja!"

Haechan mengambil kembali ayamnya lalu memakannya dengan kesal, Jisung menghela napasnya. Haechan ngambek. Sudah dipastikan sisa harinya akan dikucilkan Haechan karena kesal padanya.

"Jja! Ini untuk adik kesayangan, jangan sakit lagii."

Haechan memberikan ayam ke mangkuk Chenle, Renjun, Jeno, Mark, dan Jaemin. Haechan benar-benar mengecualikan Jisung, namun si empu hanya menghela napasnya pasrah. Haechan tidak akan lama kesal padanya, itu pasti.

"Aku mendengarnya tadi, siapa yang akan kamu hubungi di saat terakhir hidupmu?"
Pertanyaan Jeno membuat semua orang berhenti seketika.

"Hanya satu," ucap Jeno lagi.

"Tentu saja Eomma," jawab Jaemin enteng.

Jeno mengangguk. "Benar, semua pasti seperti itu."

"Aku tidak."
Kini semua orang menatap Chenle.

"Aku akan menelepon Jisung," ucap Chenle dengan nada seriusnya seraya menatap Jisung.

"A-aku?"

"Apa yang akan kau katakan," tanya Renjun.

"Jisung-ah ... "

"Em?"

"Aku bangga padamu," ucap Chenle lirih dengan senyum tipisnya. Suasana tiba-tiba berubah.

"T-tiba-tiba?"

"Kau hebat, aku bangga padamu. Kedepannya, aku yakin kau juga pasti akan menjadi orang yang lebih hebat."
Kalimat demi Kalimat yang Chenle katakan membuat mereka tenggelam dalam suasana.

"Bagaimana dengan Jisung? Kau ingin mengatakan sesuatu pada orang lain?"

Jisung berpikir keras, lalu mengangguk. "Emn. Jaemin Hyung dan Jeno Hyung," jawabnya.

"Hanya satu! Kau tidak mendengarnya? Satu," sewot Haechan.

"Ya ya, jangan bertengkar. Baiklah, pertama katakan pada Jaemin." Renjun menahan Haechan, menengahi.

Jisung menggeleng. "Aku akan mengatakan hal yang sama untuk Jaemin Hyung dan Jeno Hyung."

"Apa itu?"

"Gomawo. Gomawo, untuk semuanya. Sebenarnya bukan hanya untuk Jaemin Hyung dan Jeno Hyung, aku berterimakasih pada kalian semua."
Jisung menerawang jauh, ia sungguh sudah tenggelam dengan suasana.

"Aku sering berpikir, bagaimana jika aku tidak menjadi idol. Apakah aku akan sekolah dan memiliki lebih banyak teman, bermain dan bercanda seperti orang lain. Tapi, aku pikir tidak. Aku tidak akan memiliki sahabat dan Hyung baik seperti kalian. Aku pikir aku akan menyesal jika aku tidak menjadi idol. Aku sangat berterima kasih kepada kalian, karena kalian selalu ada untukku dan menjagaku. Sebenarnya, dalam situasi apapun aku tidak takut selama kalian bersamaku. Aku selalu bergantung dan mengandalkan kalian. Aku sangat, bersyukur."

Renjun mendongakkan kepalanya, mencegah air mata yang seperti akan keluar. Jaemin dan Jeno tersenyum lebar, menatap Jisung bangga.

"Aigoo uri aegi," pekik Jaemin.

"Markeu Hyung, bagaimana dengan mu?"

"Aku?"

Semua orang menunggu jawaban Mark. Si empu terlihat menatap satu per satu membernya, dalam dilema besar. Tapi kemudian tatapannya berhenti pada orang di sampingnya.

"Haechani," ucapnya.

Haechan memekik senang, mendekatkan kursinya ke kursi Mark. "Apa? Apa yang ingin kau katakan padaku? Terimakasih? Ya, tentu saja kau harus berterima kasih padaku."

"Eoh. Aku berterimakasih pada mu, karena kau memang seperti matahari bagiku. Aku menjadi lebih terbuka setelah bertemu denganmu, dan aku sangat bahagia setiap bersamamu."

"Aku juga ingin mengatakan, bahwa kau sudah bekerja keras. Kau sudah sangat bekerja keras, jadi berhentilah bekerja keras. Kau juga harus istirahat... "

Hening.

"Kalau begitu aku juga akan mengatakan sesuatu, untuk maknae."

Haechan menatap Jisung, si empu terlihat tidak nyaman. Apalagi, kini Haechan memegang tangan besar Jisung.

"Jisung-ah,"

"N-nee?"

"Mianhae... "

"U-untuk apa?" Tiba-tiba?"

"Karena kekanakan, padahal aku Hyung mu. Maaf, karena aku tidak bisa banyak membantumu saat kau kesulitan, dan maaf karena banyak mengganggu mu saat aku bosan. Mianhae. Tapi, kau tau 'kan kalau aku sangat menyayangi mu seperti aku menyayangi adikku sendiri?"

"Jika aku pergi, jangan lupakan aku. Aku sangat ingin selalu diingat oleh mu setelah aku pergi... "

"Jisung-ah, aku menyayangimu dan jangan lupakan aku."

"Ekhem. Wahh kita sudah mabuk setelah minum satu gelas Soju ternyata," ucap Jeno canggung.

"Eoh, sepertinya begitu. Anak-anak cepat habiskan makanan kalian, lalu pulang."

Mereka bertujuh pun kembali melanjutkan makan, sesuai perintah leader. Mark tersenyum tipis menatap membernya. Siapa sangka mereka akan serius seperti ini.

 Siapa sangka mereka akan serius seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] Semua Sayang Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang