Mimpi Indah

1.5K 149 5
                                    

Seorang laki-laki tinggi itu menatap sekeliling dengan raut takutnya, tubuhnya bergetar hebat. Bibirnya bergumam lirih ditengah ketakutannya. "Hyung... "

Gelap. Sangat gelap hingga laki-laki itu tidak melihat apapun di sekitarnya. Ia takut jika ia melangkah satu langkah saja ia bisa menabrak sesuatu, menginjak sesuatu, atau bahkan jatuh. Ia benar-benar tidak tau sekarang ia ada dimana.

"Hyung aku takut... Kumohon jangan tinggalkan aku."

"Hyungg... Hyung bawa aku pergi dari sini."

Tepat setelah ia selesai mengucapkan dua kalimat itu, samar-samar ia mendengar.

"Jisung-ah!"

"Park Jisung!!"

"Di sini, Park Jisung lihat sini!!"

"Jisung-ah!!"

Laki-laki itu menatap sekeliling takut, mencari sumber suara. Namun sedikit hatinya merasa lega karena mengetahui ia tidak sendirian, ada Hyungnya.

Brukk

Tiba-tiba saja tubuhnya oleng saat merasakan beberapa orang memeluk tubuhnya.

"Aegi!!"

Dan saat itu juga, ruangan itu menjadi terang. Semua lampu menyala membuat mata sipit Jisung semakin menyipit.

"Bayi Kita ketakutan rupanya? Jangan khawatir Jisung-ah, kami selalu bersamamu dan tidak akan pernah meninggalkanmu. Heum?"

Kalimat itu membuat Jisung lega sekaligus senang hingga otomatis senyum lebarnya tersungging membuat Hyungdeul tertular senyum itu.

"Jisung-ah! Make some noiseee!!!!!!!!"

Dan Jisung baru sadar bahwa mereka tengah berada di atas panggung. Sorakan histeris penggemar seketika memenuhi gedung luas itu, membuat jantung Jisung berdebar kencang merasa segala kebahagiaan menghampirinya.

"Yo! Music cue!!!"

"Jisung-ah... "

Saat hendak menyusul Hyungdeul yang sudah di tengah panggung berjalan menuju penggemar, Jisung mengernyit karena ia merasa seseorang memanggilnya. Namun Hyungdeul terlihat sibuk mengambil hadiah yang dilempar penggemar ke panggung.

"Park Jisung!"

Sekali lagi. Jisung mendengarnya sekali lagi. Tapi tidak ada yang memanggilnya!!

"Jisung-ah bangun... "

Hingga pada panggilan ke tiga Jisung melihat bayang-bayang Jeno.

"Park Jisung bangun, kita sudah sampai."

Jisung mengerjapkan matanya berkali-kali, melihat sekeliling dengan mata sipitnya. Ia tidak asing dengan ruangan sempit ini.

"Cepat cuci wajahmu lalu kita makan malam," ucap Jeno lembut.

"Hyung, ini dimana?"

Jeno menatap Jisung sekilas, terkekeh. "Tentu saja di Jeju. Apa yang kau mimpikan sampai tidak ingat apapun? Bukan mimpi buruk kan?"

Terlihat raut kekhawatiran di wajah Jeno, Jisung pun menggelengkan kepalanya. "Aniya. Sebaliknya, anehnya aku mimpi indah."

Jeno mengulas senyum lebarnya, mengacak rambut Jisung gemas. "Baguslah kalau begitu. Maaf karena membangunkan mu dari mimpi indah."

Jisung kembali menggelengkan kepalanya. "Aniya, gwenchana. Itu hanya mimpi, bagaimanapun aku harus menghadapi kenyataan."

"Baiklah. Cepat cuci wajahmu, Haechan menyiapkan barbeque juga ternyata untuk kita. Tidak jauh dari sini akan ada tenda, keluarlah setelah selesai."

Jeno pun keluar dari campervan, menuju member lain untuk memanggang daging atau membuat api unggun kecil untuk membakar ubi.

Setelah mencuci wajahnya, Jisung keluar dari campervan dan otomatis tersenyum lebar melihat Hyungdeul saling bercanda. Setelah menceritakan tentang mimpi buruknya, entah kenapa Jisung merasa beban hatinya sedikit berkurang. Senyumnya kali ini tulus, ia benar-benar merasa bahagia.

Setelah sekian lama, akhirnya ia merasa bahagia seperti ini. Ia pikir ia hanya perlu terbuka agar tidak tersesat dan merasa berat. Ia sempat lupa kalau ia memiliki Hyungdeul yang bisa diandalkan, Hyung yang selalu ada bersamanya.

"Jisung-ah kemarilah!"

Senyum Jisung semakin lebar, ia pun mendekati Jaemin yang tengah membakar daging.

"Aaaaa!"

Jisung membuka mulutnya lebar dan Jaemin pun memasukkan sepotong daging yang sudah matang.

"Enak?"

Jisung mengangguk kuat. "Sangat enak. Hyung juga cobalah!"

"Ayo makannn!!!"

Malam yang indah. Langit yang dihiasi beberapa bintang dengan bulan bulat menyempurnakan api unggun mereka. Mereka membicarakan ini itu, menghabiskan malam mereka dengan berbincang dan mengakhirinya dengan kalimat hangat, berjanji mereka akan terus membuat kenangan dan selalu bersama dalam suka maupun duka.

Jisung baru sadar kalau ia sangat beruntung karena memiliki sahabat juga Hyung yang sangat menyayanginya. Seharusnya ia bersyukur, bukannya merasa tersesat. Namun tidak ada kata terlambat. Ia bisa mulai bersyukur mulai saat ini. Jisung tidak akan merasa sendirian, karena ia Hyungnya tidak akan membiarkannya sendirian.

"Jaljaa!!"

"Semoga kau mimpi indah Jisung-ah... "

[✓] Semua Sayang Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang