Belum Selesai

1.6K 131 2
                                    

"Hanya dalam semalam, wanita yang mengaku hamil anak seorang anggota boy group NCT kemarin mengubah pernyataannya."

"Sekitar pukul sepuluh malam, Shin-ssi melakukan siaran langsung dan mengubah pernyataan bahwa salah satu anggota boy group NCT tidak ada hubungan dengan kehamilannya dan meminta maaf karena sudah mencemarkan nama baik anggota tersebut."

"Namun pernyataan yang tiba-tiba ini justru membuat netizen semakin yakin bahwa Park-ssi benar-benar ayah dari bayi Shin-ssi dan Shin-ssi mendapat ancaman dari Park-ssi."

"Saya reporter Kim Ji Seo sedang berada di depan SM Entertainment bersama yang lain, menunggu pernyataan resmi. Tetap bersama kami!"

"Sial!!"

"Apalagi yang mereka mau? Sudah sangat jelas Jisung tidak melakukannya tapi kenapa tidak percaya?!"

Renjun menjatuhkan tubuhnya di sofa, mengusak kasar rambutnya. Jisung menghampiri Renjun, mencoba menenangkan Renjun.

"Hyung tenang--"

"Jangan berpura-pura tenang Jisung-ah, kau juga boleh marah dan berteriak."

Renjun menatap Jisung yang terlihat lelah. "Kau boleh marah, boleh berteriak. Jangan berpura-pura tenang dan memendamnya juga, heum?"

Jisung terdiam. Benar, ia pun sangat kesal saat ini. Ia ingin marah, ingin berteriak. Namun ia tidak pandai melakukan itu, Jisung tidak tau caranya marah.

"Aniya Hyung, aku tidak apa-apa." Jisung tersenyum tipis, ia bangkit dari duduknya menuju dapur untuk sekedar minum.

Air dingin tidak membuat tubuhnya mendingin, Jisung masih terbakar emosi. Tangannya memegang erat gelas ditangannya hingga ia pun sudah tidak tahan.

Praaaanggggg

Jisung membanting gelasnya, meluapkan semua emosi. Dadanya naik turun, menutup matanya erat. "AARGHHH!!! SHIBALL!"

Begitu membuka matanya, Jisung melihat Renjun yang sudah ada di depannya dengan tatapan khawatir. Seketika ekspresi Jisung berubah, merasa bersalah. "H-hyung, aku... Maaf--"

"Shibal!!"
Jisung membelalakkan matanya terkejut dengan ucapan Renjun. Apa Renjun baru saja mengumpat padanya?

"Berteriak lagi Jisung-ah, kau tidak perlu meminta maaf. Shibal!! Cepat. Berteriak sampai kau lega."

Bukannya berteriak dan marah, Jisung malah tertawa karena sekarang ekspresi Renjun sangat lucu.

"Yaa! Kau tertawa? Apa kau mentertawakan ku?"

"Mian Hyung, kau sangat lucu."

Renjun menjewer telinga Jisung. "Kau mentertawakan Hyung mu? Berhenti tertawa berandal, cepat marah!"

Jisung semakin tertawa hingga perutnya nyeri dan kehabisan tenaga, Renjun tersenyum tipis. Meski ia senang karena melihat Jisung tertawa setelah sekian lama, ia tetap berharap Jisung meluapkan kemarahannya lagi. Ia yakin Jisung belum meluapkan semua kemarahannya.

"Kau sangat lucu Hyung," ucap Jisung ditengah tawanya yang sudah mereda.

Renjun berdecak. "Aku anggap itu pujian. Pergilah ke ruang tengah lagi, aku akan membereskannya." Jangan lupakan pecahan gelas yang Jisung banting.

"Biar aku saja Hyung--"

"Kau hanya akan melukai tanganmu. Kau tau 'kan tanganmu spesial?"

"Tapi.."

"Pergilah dan pesan makanan, aku lapar."

Jisung pun pasrah, pergi ke ruang tengah dan memesan makanan membiarkan Renjun membereskan kekacauan yang ia buat.


"Kemarin malam polisi telah menangkap seorang pria Yang-ssi karena melakukan aksi penusukan acak di mall, namun tadi pagi polisi kembali mendapatkan laporan seseorang masih mendapatkan teror."

"Semuanya diharapkan tetap di rumah dan selalu menjaga diri karena ini, dan berharap detektif segera menyelesaikan masalah ini."

Tepat saat berita itu ditayangkan di TV, ponsel Jisung bergetar sebuah pesan baru saja masuk.

Kau sangat terkenal belakangan ini Jisung-ssi
Berita tentang mu membuatku muak, hidupmu seperti drama
Sebaiknya kau tidur sekarang bukannya menonton TV
Ah tidak. Kau harus berpamitan pada member mu dan keluargamu karena sebentar lagi aku akan membuatmu tidur selamanya

"Shibal! Bagaimana dia bisa tau aku sedang menonton TV," gumam Jisung.
Jisung membuang napasnya kasar, mematikan TV. Ia kira semua sudah berakhir setelah ia mengingat kejadian malam itu, namun nyatanya sama sekali belum selesai.

Semuanya menjadi semakin rumit, Jisung benar-benar kehilangan kesabaran dengan hidupnya. Jisung merindukan hari-harinya yang normal dipenuhi kejahilan Hyung dan tawa Hyungdeul karena menjahilinya. Bisakah Jisung memutar waktu dan kembali ke hari-hari itu? Normal Day.

[✓] Semua Sayang Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang