Orang yang Memihak mu

2.1K 163 18
                                    

"Aku sudah sampai di rumah sakit, aku yang akan menjaga Haechan hari ini."

"..."

"Apa maksudmu? Tentu saja kita harus bergantian berjaga, karena kita tidak tau kapan Haechan bangun. Bagaimana jika Haechan bangun dan tidak ada orang disampingnya?"

"..."

Laki-laki itu menghentikan langkahnya di depan pintu sebuah kamar rawat VVIP rumah sakit.

"Itu tidak boleh terjadi. Orang yang pertama kali Haechan lihat harus member, bukan dokter atau perawat. Aku tutup Jungwoo-ya," ucapnya lalu memutuskan sambungan telepon. Ia menyimpan ponselnya di saku celananya.
Hendak membuka pintu, namun ia mendengar sesuatu.

"Jika kau membuka matamu aku janji aku tidak akan menolak jika kau menggodaku, memelukku seharian, atau menjahili ku. Aku akan menjadi adik penurut."

Ceklek

"Kau harus menepati janjimu, Park Jisung." Doyoung membuka pintu kamar rawat Haechan, menatap Jisung yang duduk di kursi dekat brankar Haechan.

"Hyung???" Jisung seketika berdiri.

"Bukankah kau baru selesai jadwal? Kenapa kau ke sini, kau harus istirahat Jisung-ah... "

Jisung menggeleng pelan. "Aku hanya mampir sebentar Hyung, aku tidak akan lama.

Doyoung mengelus kepala Jisung dan menuntun Jisung untuk duduk di sofa yang lebih nyaman.

"Jangan memforsir dirimu Jisung-ah, ini bukan salahmu dan Haechan juga tidak akan menyalahkan mu."

"Nee, semua orang mengatakan itu padaku Hyung. Aku hanya ingin menjaga Haechan Hyung, aku harus bertanggung jawab—"

"Jika kau paham ucapan ku dan yang lain, kau tidak akan merasa harus bertanggung jawab. Datanglah sesekali tapi kau harus istirahat Jisung-ah. Ini masa promosi, kau pasti lelah."

"Bukan seperti itu Hyung, aku hanya... Aku—"

Doyoung mengangguk. "Arraseo, sekarang kau pulanglah ini sudah malam. Malam ini aku akan menginap dan menjaga Haechan Hyung mu, tidak akan terjadi apapun dan aku akan menelepon mu jika Haechan membuka matanya."
Jisung mengangkat kepalanya, menatap Doyoung.

"Wae? Apa aku salah bicara?"

Jisung menggeleng cepat. "Aniya, Hyung benar. Haechan Hyung pasti akan segera membuka matanya dan Hyung harus menelepon ku saat itu."

"Tentu saja. Aku akan menelepon mu yang pertama, sekarang pulanglah."

Jisung mengangguk, ia pun meraih jaket miliknya dan memakai masker. "Kalau begitu aku pulang Hyung," pamitnya.

Doyoung mengantar Jisung sampai pintu, lalu Jisung pun berjalan dengan menunduk keluar dari rumah sakit. Bagaimanapun opini publik tentangnya masih buruk, siapa saja bisa mengenalinya dan menyerangnya kapanpun.

Brukk

"Akh!"

"Jesunghamnida," ucap Jisung reflek Karena tanpa sengaja ia menabrak seseorang yang ternyata dia gadis.

Jisung mengambil amplop yang jatuh karenanya lalu memberikannya dengan sopan, sedikit membungkuk.

"Jesunghamnida," ucapnya sekali lagi.

"Eoh, aniyo gwenchanayo. Kamsahamnida," ucap salah satu gadis itu.

"Jinjja gwenchanayo?" Untuk memastikan, Jisung kembali bertanya.

Gadis itu menggeleng.  "Gwenchanayo," ujarnya.

"Baiklah. Kalau begitu permisi," pamit Jisung kembali membungkuk sopan lalu pergi. Padahal, dua gadis itu terlihat tidak lebih tua dari Jisung tapi Jisung bersikap begitu sopan.

"Ya, bukankah itu Jisung sunbaenim?"
Dua gadis itu masih menatap Jisung yang melangkah panjang meninggalkan rumah sakit.

"Sepertinya begitu," jawab salah satunya.

"Bukankah dia sangat tampan?! Wahh! Sungguh tampan, wajahnya sangat tegas dan akhh! Apakah dia pangeran?"

"Bukankah eonni juga beberapa kali melihat dan berpapasan saat di musik show?"

Yang lebih tua memukul pelan pundak temannya. "Itu berbeda! Saat itu sunbaenim memakai make up, stylist yang disiapkan staf. Tapi tadi, sungguh styl sunbaenim. Dan itu sangat keren! Bahkan wajah tanpa makeup nya lebih tampan."

"Eonni sangat menyukainya?"

"Andai saja sunbaenim bukan Sunbae kita bahkan bukan idol, aku akan mendekatinya. Sangat keren!!"

"Eonni memang mudah jatuh cinta. Kemarin perawat, sekarang sunbaenim. Besok siapa? Pramugara di pesawat?"

Menggeleng pelan, yang lebih muda pun berjalan mendahului untuk pergi ke tujuannya.

"Yaa Wonyoung-ah, tunggu aku!"






"Jja! Makanlah." Jaemin duduk di depan Jisung setelah menghidangkan ramyeon untuk Jisung.

"Gomawo, Jaemin Hyung. Padahal aku bisa masak sendiri, Hyung bisa tidur saja."
Jisung mengambil sumpit yang disiapkan Jaemin, lalu memakan ramyeon tengah malamnya.

"Sudah kubilang aku hanya tidak bisa tidur dan ingin uri Jisungie makan dengan lahap. Bagaimana, apa enak?"

Jisung mengangguk. "Nee, sangat enak! Kau juga harus mencobanya Hyung," tawar Jisung.

"Aniya, aku bukan bayi yang makan mie di tengah malam."

"Tidak ada hubungannya Hyung," rengek Jisung membuat Jaemin tertawa gemas.

"Makan yang banyak aegi," ucap Jaemin menatap Jisung hangat. Jisung tersenyum lebar, melanjutkan makannya.

Ditengah badai dan ombak hidupnya, setidaknya ia memiliki Hyungdeul yang selalu ada di pihaknya. Jisung menyukainya. Jisung sungguh berterimakasih, dan kembali menegaskan bahwa ia tidak menyesal tentang keputusannya menjadi idol. Karena hanya dengan menjadi idol, ia bertemu Hyungdeul seperti mereka.

"Tidur yang nyenyak aegi... "
Jaemin menaikkan selimut Jisung sampai dada, lalu mematikan lampu kamar Jisung menyisakan lampu kecil di meja dan menutup pintu.

Jisung tersenyum, ia bahagia. Apakah ia boleh sebagahagia ini? Di saat seperti ini, Jisung pikir ia hanya perlu bersyukur dan berusaha keras di hari esok untuk balasan kasih sayang Hyungdeul.

"Good night Park Jisung," gumam Jisung lirih sebelum akhirnya benar-benar terlelap.

[✓] Semua Sayang Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang