Kebenarannya

1.6K 128 2
                                    

"Maaf, tapi rekaman cctv tidak bisa diakses sembarang orang. Saya--"

"Saya minta tolong."

Jeno membuka maskernya dan melepas topi yang Jisung kenakan karena pegawai di bar tidak memperbolehkannya untuk melihat cctv.

"Maaf, tidak bisa."

Jeno mengacak rambutnya kasar. Tidak mungkin ia kembali tanpa mendapatkan apapun. "Jebal, hanya melihat rekaman tentang Jisung tidak yang lain."

"Maaf... "

"Wae?! Kenapa tidak bisa?!!!"

"Hyung tenang," ucap Jisung menenangkan Jeno karena laki-laki itu mulai meninggikan suaranya.

"Harap tenang, jika anda membuat keributan saya akan memanggil sekuriti."

Jeno menghela napasnya kasar. "Aku hanya akan melihat sebentar, nde?"

"Ada apa ini?"

Mungkin seorang atasan? Atasan tersebut terlihat terkejut melihat Jeno dan Jisung lalu menatap tajam bawahannya itu. "Mari ikuti saya untuk melihat cctv," ucapnya yang membuat Jeno terkejut namun ia bergegas mengikuti pegawai itu.

"Rekaman dua Minggu lalu sekitar tengah malam," ucap pegawai itu pada pengawas cctv.

"Aku memberi kalian waktu sepuluh menit, lihatlah semau kalian."

Pegawai itu keluar bersama pria yang mengawasi cctv, tersisa Jeno dan Jisung.











"Wah," gumam Jisung pelan begitu masuk ke bar yang ramai orang itu.

Terlihat mengagumkan, namun Jisung tidak nyaman. Baiklah tidak apa, toh ia bukannya akan menari. Jisung berjalan menuju bar dan memesan minum. Ia menikmati minumnya dan melihat kerumunan di depannya.

Sedikit mabuk, Jisung tiba-tiba tertarik di lantai dua. Jisung meletakkan gelasnya lalu berjalan sempoyongan menembus kerumunan menuju lantai dua, tanpa sadar seseorang sedari tadi mengawasinya dan mengikutinya.

Jisung membuka salah satu pintu dan terkejut karena ada banyak orang. Tiga laki-laki dan tiga wanita yang sedang... Emn. Bukan hanya minum bersama namun mereka, bermain.

"Mwoya?!"

"J-jesunghamnida... "
Jisung segera menutup kembali pintunya dengan panik.

"Sepertinya dia tidak asing."

Suara dari dalam membuat Jisung sadar ia tidak memakai masker. Jisung mengeluarkan masker dari saku celananya namun maskernya itu malah jatuh, ia pun berjongkok untuk mengambil maskernya.

Brukk

Akh!

Jisung meringis saat seseorang menabraknya membuat ia jatuh. Jisung menyipitkan matanya mencoba melihat empu yang menabraknya.

"Sialan, kenapa kau menghalangi jalan?"

"Lihatlah tatapannya! Kau ingin mati?!"

Jisung segera menurunkan pandangannya karena seseorang yang menabraknya adalah pria bertubuh besar yang sudah mabuk berat. "Jesunghamnida," ucapnya.

"Jesung?! Shibal, kemari kau!"

"Oppaaa!"

"Oppaa aku sudah mengantuk, ayo cepat ke kamar."

Wanita yang sedari tadi bersama pria bertubuh besar itu mencegahnya untuk memukul Jisung, secara tidak langsung menyelamatkan Jisung.

"Baiklah baiklah, ayo ke kamar queen."

Pria bertubuh besar itu secara sengaja menabrak Jisung lagi, membuat Jisung kembali jatuh. Jisung menghela napasnya dan membelalakkan matanya seraya menutup mulutnya karena tiba-tiba ia merasa mual.

Tiba-tiba juga, seseorang menariknya entah akan kemana. Jisung yang sudah mabuk itu hanya mengikuti dengan langkah terseok-seok. Seorang wanita yang tanpa permisi menarik Jisung masuk ke kamar.



"Waktu kalian habis."
Jisung dan Jeno menoleh serentak saat pintu dibuka.

"Apa tidak ada cctv di dalam kamar?" Tanya Jeno berharap.

"Tentu saja tidak. Apa kau pikir kau sanggup melihatnya jika kamar dipasang cctv? Dan, jika kamar dipasang cctv maka klien tidak akan memesan kamar. Mereka memesan kamar karena membutuhkan privasi."

Jeno menghela napasnya. Tidak ada bukti untuk mengelak. Dengan pikiran yang ruwet, mereka berdua pun keluar. Tanpa sengaja, Jisung melihat wanita yang tidur bersamanya. Jisung langsung mengejar wanita itu karena wanita itu langsung berlari begitu melihatnya.

"Tunggu!!!"

Akhh!

Saat wanita itu terjatuh, akhirnya aksi kejar-kejaran selesai. Dengan napas tersengal, Jisung membantu wanita itu berdiri.

"Bukan."

"Eoh?" Wanita itu menatap Jisung takut.

"Bukan aku ayah dari bayimu," ucap Jisung seraya mengatur napasnya.

Jeno menghentikan larinya tidak jauh dari mereka berdua, juga mengatur napasnya.

"Aku mengingat semuanya sekarang. Tidak terjadi apapun malam itu selain kita minum bersama."

"A-aniya! Kita--"

"Empat Minggu. Usia kandungan mu empat Minggu dan malam itu baru dua Minggu. Malam itu kau mengatakan padaku kalau kau hamil dua Minggu, jadi sekarang empat Minggu."

"Apa aku salah? Mau membuktikannya? Kita ke dokter sekarang."

Wanita itu pun menangis. "Mianhae," ucapnya ditengah isakannya.
Jisung menatap Jeno, tersenyum lebar dan menyombongkan dirinya.








"Siapa kau?!!"
Jisung menyentak kasar tangan wanita yang menyeretnya.

"Park Jisung. Benar 'kan?"

"Eo, kau mengenalku?"

Wanita itu mendekati Jisung dan menggenggam tangan Jisung lagi. "Oppa, ayo bermain dengan ku."

Sekali lagi Jisung menyentak kasar tangan wanita itu dan menggeleng kuat. "Tidak! Aku harus pulang, besok aku memiliki jadwal."

Wanita itu segera mengunci pintu. "Hanya menemani ku minum. Oppa, aku adalah sijeuni."

"Emn? Sijeuni?"

"Nee. Temani aku Oppa, heum?"

Wanita itu terus memberikan Jisung minum hingga laki-laki itu benar-benar mabuk dan tidak sadarkan diri.

"Semua pria sama saja. Jika yang lain tidak ingin bertanggung jawab, pria lain yang harus menggantikannya."

Wanita itu mulai melepas pakaiannya dan menghampiri Jisung untuk melepas pakaian Jisung.

"Jisung-ssi sebentar lagi kau akan terbebas dari semua jadwal mu dan memiliki banyak waktu luang karena kau akan dikeluarkan dari grup."

"Maknae NCT pergi ke bar dan menghamili seorang wanita. Sebentar lagi sebuah berita dengan judul seperti itu akan keluar, kau tidak boleh terkejut karena aku sudah memberitahu mu."

Wanita itu menyelimuti tubuh Jisung kemudian tidur di samping Jisung dan membisikkan sesuatu. "Tentu saja aku akan memberi tau kebenarannya. Bahwa sebenarnya sekarang aku sudah hamil dua Minggu."

"Aku hanya memerlukan seseorang untuk bertanggung jawab. Kau tau, semua pria sama saja. Entah bajingan itu atau kau, sama saja. Bukan begitu?"

"Selamat tidur Jisung-ssi... "

[✓] Semua Sayang Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang