Mimpi Buruk

2.1K 158 3
                                    

"Minumlah... "

Jisung menerima kopi pemberian Jeno, sedikit bingung. Kenapa Jeno memberinya kopi, saat ia tidak suka kopi? Jisung tidak pernah minum kopi, karena tidak suka. Lagipula, biasanya Jeno minum kopi bersama Jaemin kenapa tiba-tiba mengganti target?

"Minum kopi, membuatmu dewasa. Minumlah dan cepat dewasa," ucap Jeno setelah menyeruput kopinya lalu menaruh gelasnya di meja.

"Aku sudah dewasa Hyung," ujar Jisung.

"Jika sudah dewasa, kau tidak akan bersikap seperti seharian ini."

Jisung meletakkan gelasnya, menatap Jeno yang masih santai menyeruput kopinya.

"Apa salah jika aku diam Hyung? Dan, semua orang memiliki masalah 'kan? Apa aku tidak boleh sedih saat sedih, apa jika aku diam menjadi masalah besar? Ini wajar."

Jeno mengangguk. "Tentu saja itu wajar, tapi orang dewasa selalu berusaha untuk tidak wajar. Mereka berusaha kuat, tidak boleh mengeluh oleh hal kecil, dan mengahadapi semuanya. Setidaknya, jangan menyusahkan orang di sekitarnya. Perasaan seperti itu, tidak tumbuh karena terpaksa jika orang itu benar-benar dewasa. Tapi karena mereka pikir, seperti itulah seharusnya."

"Jisung-ah... Bukan hanya kau yang hidup, bukan hanya kau yang memiliki masalah. Semua orang memiliki masalah, tertawa dan bercanda tidak selalu menandakan orang itu tidak memiliki masalah dan sedang bahagia. Bisa saja orang itu hanya berpura-pura atau sedang menghibur diri. Mereka memiliki masalah, tapi mereka tidak ingin terus murung dan membuat orang lain khawatir, atau menyusahkan orang lain."

"Apa yang ingin kau katakan, Hyung?"
Jeno menaruh gelasnya, menatap Jisung yang terlihat sedikit kesal.

"Haechan benar. Jika kau memiliki masalah kau bisa menceritakannya pada kami, jika kau tidak ingin menceritakannya maka bersikaplah seolah kau tidak memiliki masalah agar kami tidak khawatir padamu. Kami akan bersalah jika kau murung seperti itu, karena kami orang dewasa dan kau tanggung jawab kami. Tapi, apa yang bisa kami lakukan jika kau tidak mau bercerita?"

Jisung diam, tidak menjawab. Lebih tepatnya ia tidak tau harus menjawab apa.

"Tidurlah, kau pasti lelah hari ini. Jalja," ucap Jeno lalu meninggalkan Jisung dengan membawa kopi milik Jisung yang tidak tersentuh. Mendengar kata tidur, membuat Jisung kembali mengingat hal itu.

"Itu mimpi!"
Langkah kaki Jeno terhenti, ia membalikkan tubuhnya menatap Jisung yang juga menatapnya.

"Tadi pagi, aku mimpi. Mimpi buruk," lanjut Jisung.

Jeno pun kembali duduk di samping Jisung, meletakkan kembali gelas kopinya di meja. "Mimpi seperti apa?"

Jisung menghela napasnya. "Sebenarnya aku tidak percaya mitos, tapi orang bilang mimpi buruk akan menjadi kenyataan jika aku menceritakannya. Karena itu aku diam saja, tidak berani bercerita."

"Kau bilang tidak percaya mitos, maka jangan pedulikan. Katakan mimpi seperti apa sampai membuat mu sangat takut?"

Jisung menatap Jeno yang begitu santai mengatakannya, sementara ia sangat takut. Jisung menatap lurus, dari jendela ia bisa melihat langit dengan bulan purnama.

"Hyungdeul, kalian meninggalkan ku."

"Dalam mimpiku, Hyungdeul... Kalian kecelakaan dan meninggal. Kalian meninggalkan ku sendirian. Aku sangat takut, itu sangat mengerikan. Aku tidak bisa membayangkannya jika itu menjadi nyata—"

"Itu mimpi," potong Jeno.

"Kubilang itu hanya mimpi, Park Jisung. Kau harus cepat melupakannya bukan terus memikirkannya. Itu semua tidak akan terjadi, jangan pikirkan lagi dan jalani harimu seperti biasa lagi."

"Aku tidak bisa Hyung," lirih Jisung.

"Rasa takut dalam mimpi terasa sangat nyata. Kau tidak tau rasanya, aku sangat ketakutan sendirian tanpa kalian—"

"Semua orang memang akan mati, Park Jisung. Kau tidak perlu takut, apalagi itu cuma mimpi. Apa kau akan terus ketakutan seperti itu karena mimpimu, sementara kami masih hidup sehat di hadapan mu?"

"Lupakan mimpi itu Park Jisung, dan jika kau sungguh tidak ingin kehilangan kami... Kau bisa menjaga kami 'kan?"

Jeno menepuk-nepuk pundak Jisung dua kali lalu pergi dengan senyum tipis. Jeno tidak sabar, perhatian seperti apa yang Jisung lakukan untuk menjaganya dan yang lain? Jeno tidak sabar menanti hari esok!

[✓] Semua Sayang Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang