Salah

2.1K 162 9
                                    

"Jogiyo!"

"Nee?!"

Kedua mata itu terbuka paksa, reflek menoleh ke suara yang membuatnya terbangun dari tidurnya.

"Tidak boleh di sini," ucap pria yang memakai seragam. Sepertinya cleaning service, atau apalah itu Jisung tidak terlalu paham. Jisung bahkan belum sepenuhnya terbangun.

"Ah, nee... Jesunghamnida," ucap Jisung ia pun berdiri dan membungkuk kecil lalu meninggalkan rooftop. Di tangga, ia berhenti sekejap menghela napasnya lelah. Mimpinya barusan sungguh membuatnya lelah, jantungnya benar-benar berdetak kencang saat Haechan berteriak seperti itu. Jisung harap ini benar-benar hanyalah mimpi, tidak lagi. Jisung tidak ingin mimpinya menjadi nyata.

Jisung melanjutkan langkahnya, menuju ruang rawat Haechan. Bagaimanapun tujuannya adalah menjenguk Haechan, ia harus melihat Haechan baru pulang.

Namun, langkahnya terhenti. Jantungnya kembali berdetak kencang saat ia sudah sampai di depan pintu kamar rawat Haechan. Kamar rawat yang terdapat kaca berbentuk persegi panjang kecil sehingga bisa melihat keadaan dalam ruangan. Jisung memundurkan langkahnya seketika dengan apa yang ia lihat.

Laki-laki yang ia pikir masih tidur di brankar itu sudah duduk, melihat ke samping yang mungkin ke arah luar jendela dengan tatapan datar. Apakah mimpinya akan menjadi kenyataan? Jisung menggeleng, ia tidak ingin itu terjadi. Ia belum siap.

Jisung melihat sekitar. "M–markeu Hyung tidak ada, jadi ini berbeda dengan mimpiku," gumam Jisung mengelak pikiran negatifnya.

"Jisung-ah!"

Jisung menoleh ke sumber suara, membelalakkan matanya seketika. Ia kembali menggelengkan kepalanya. "Andwae Markeu Hyung," lirihnya putus asa.

"Kenapa kau berdiri saja di sini? Ayo masuk!"

Tanpa mendapatkan persetujuan Jisung, Mark menarik Jisung masuk ke kamar rawat Haechan. Mendengar pintu dibuka, laki-laki itu mengalihkan perhatiannya menatap Mark dan Jisung seketika.

"Haechan-ah... "

Jisung menelan salivanya kasar, memundurkan langkahnya benar-benar takut karena sekarang Haechan menatap datar.

"Jisung-ah!"

Namun kurang dari sedetik ekspresi Haechan berubah. Bibir pucatnya itu melengkung ke atas hingga matanya menyipit, kedua tangannya terbuka lebar.

"Kenapa kau baru datang? Sini peluk Hyung," ucap Haechan.
Tubuh Jisung benar-benar lemas karena lega mendengar ucapan Haechan.

"Kenapa hanya berdiri? Apa kau tidak ingin memeluk ku? Sungguh? Kau sungguh menolak ku—"

Jisung langsung memeluk Haechan dan menangis, bahkan Jisung tidak bisa mengendalikan diri. Lebih tepatnya Jisung menubruk Haechan hingga brankar Haechan sedikit geser. Haechan yang baru saja pulih itu meringis pelan, namun ia tersenyum lebar dan menepuk punggung Jisung.

"Aigoo aegi sangat merindukan ku?"

Jisung mengeratkan pelukannya. "Terimakasih Hyung. Aku merindukanmu," ujar Jisung ditengah isakannya.

Haechan dan Mark tersenyum lebar karena saat ini Jisung benar-benar terlihat seperti maknae. Mark duduk di sofa, sementara Haechan hanya diam di posisinya membiarkan Jisung puas memeluknya. Ia pikir Jisung sudah melewati masa sulit karenanya, ia sedikit merasa bersalah juga pada Jisung.

Kalo ini, mimpiku salah. Sementara Jisung benar-benar sedang bersyukur. Mimpinya salah, Haechan tidak akan membencinya. Ia benar-benar berjanji ia akan menjaga Haechan mulai sekarang, ia akan menyayangi Haechan sepenuh hati.

"Gomawo Hyung... " Dua Kata itu terus Jisung ucapkan, menunjukkan rasa syukurnya dengan tulus.

Ia sangat bersyukur mimpinya kali ini, salah!

[✓] Semua Sayang Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang