Seorang laki-laki tersenyum tipis melihat laki-laki yang seumuran dengannya tengah duduk melamun di ruang tengah dengan secangkir kopi hangat di tangannya.
"Jika kau ingin mendengar sesuatu dari kami, katakan langsung. Jangan memberi kode yang tidak mudah dipahami," ucapnya seraya duduk di samping laki-laki yang tengah melamun itu.
Si empu tersentak kecil, ia menatap bingung temannya. "Maksudmu?"
"Maksudku jangan melempar pertanyaan aneh seperti tadi, dan membuat alasan dengan mendengarnya dari orang lain Jeno-ya.. Katakan saja, apa yang ingin kau dengar dari kami?"
Renjun menepuk pundak Jeno. "Di saat terakhir hidupku, aku akan menghabiskan waktu terakhir ku bersama kalian berenam, dan memintamu untuk lebih terbuka pada orang terdekat mu."
"Bukan hanya aku, kami semua ingin kau seperti itu. Kau berharga bagi kami, jika kau ingin tau. Kau juga adalah teman terbaik kami. Kau sudah sangat bekerja keras, dan kau melakukan hal yang sangat hebat. Kau sudah cukup berusaha, jadi kau harus istirahat."
Jeno mengerjap pelan, tertawa renyah. "Renjun-ah, orang akan berpikir kau adalah Hyung tertua."
"Kau bisa menganggapnya seperti itu, jadi jangan sembunyikan apapun dariku. Jangan meminum kopi, kau harus tidur. Kau tau 'kan belakangan hari tidur itu sangat berharga," ucap Renjun lalu mengusap kepala Jeno dan pergi.
Tidak bisa dipungkiri, sekarang hati Jeno menghangat. Renjun memang terlihat seperti Hyung tertua. Sesuai perintah Renjun, Jeno pun membuang kopinya ke wastafel lalu pergi untuk mencuci wajahnya dan tidur. Jeno benar-benar penurut, seperti Samoyed. Hanya seperti bukannya persis.
"Renjun Hyung memarahi mu, Hyung?"
Baru saja menutup matanya, Jeno kembali terjaga. Jisung menyembulkan kepalanya di pintu dengan mata yang entah kenapa terlihat lebih lebar.
"Museun suriya," tanya Jeno tidak merubah posisinya, masih berbaring nyaman di bawah selimut.
Jisung pun masuk ke kamar Jeno, lalu menutup kembali pintu kamar Jeno.
"Ani, tadi aku mendengar Renjun Hyung seperti memarahi—"
"Apa yang kau lakukan?"
"Eoh?" Jisung terdiam di tempatnya seketika saat Jeno menyela ucapannya.
"Jangan masuk, kembali saja ke kamarmu. Ini sudah malam dan aku harus tidur," usir Jeno membuat Jisung kebingungan.
"N–nee?"
"Wae? Kau ingin tidur denganku?"
Jisung mendelik, menggeleng cepat. "Kenapa kau mengatakan hal gila, Hyung?"
"Mwo? Gila? Kau baru mengatakan gila padaku? Kemari Park Jisung!"
Jisung langsung keluar dari kamar Jeno, menutup pintunya kasar karena tidak ingin ditangkap Jeno. Sekali tangkap, Jisung akan susah melarikan diri.
Sebenarnya Renjun hanya alasan saja, Jisung hanya tidak ingin tidur. Apa kalian pernah merasakan masa dimana waktu terlalu berharga untuk tidur?
Tapi, bosan jika duduk diam di kamarnya tanpa melakukan apapun. Ia sedang tidak mood melakukan live Insta atau mengirim sesuatu di bubble, apa yang harus ia lakukan selain tidur?
Drrt drtt
"Eo?"
Baru saja menidurkan kepalanya, ponsel di sampingnya bergetar yang ternyata telepon dari Chenle.
"Wae?"
"Jja?"
"Tidak, belum."
"Wae? Apa kau susah tidur juga?"
"Kau susah tidur? Aku hanya tidak ingin tidur," ujar Jisung, menatap langit-langit yang kosong.
"Renjun Hyung tidak marah?"
"Tidak akan, jika tidak ketahuan."
"Mmnn... "
"Mn.. "
"Ya! Bicaralah sesuatu. Aku tidak bisa tidur, teruslah bicara seperti biasanya sampai aku tertidur."
Jisung menjauhkan ponselnya sebentar saat Chenle meninggikan suaranya.
"Jika Renjun Hyung tau, bagaimana?"
"Itu masalahmu, bukan masalahku."
"Ya Zhong Chenle!"
Ya Park Jisung, cepat tidur.
"Nee!"
Jawab Jisung reflek saat melihat notif pesan dari Renjun, ia pun memutuskan sambungan telepon dan pergi tidur.
Selamat tidur, Park Jisung..
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Semua Sayang Jisung
Fanfiction[Lengkap] Semuanya memang sayang Jisung, tidak ada kebohongan di sini. Karena Jisung adalah maknae kesayangan. Namun, hidup tidak mungkin selamanya bahagia bukan? Adakalanya hidupmu yang biasa-biasa saja berganti genre menjadi thriller action. Tida...