Semua Salah Jisung

2.5K 174 7
                                    

"Jangan membacanya!"

Aku terkejut saat seseorang tiba-tiba mengambil paksa handphone ku. Ternyata itu Seo manajer, menatapku garang. Sedikit menakutkan, aku tidak berani menatapnya lebih lama. Akhirnya aku memilih menundukkan kepala ku, karena sekarang semua orang menatapku.

"Aku menyita handphone mu Jisung-ah jika kau terus membaca hal-hal seperti itu," ucap manajer.

Terlambat. Aku sudah membacanya sejak pulang dari rumah sakit. Bukannya sengaja, tapi semua orang mengirimiku DM dan semua SNS ramai. Sebenarnya aku pun berniat tidak membacanya, tapi aku terlalu penasaran.

Aku tau mereka berlebihan, tapi mereka memang benar kalau akulah yang bersalah kali ini. Bahkan, Haechan Hyung belum membuka matanya sampai saat ini. Kali ini aku keterlaluan.

"Kupikir menyita handphone berlebihan Hyung, Jisung sudah dewasa. Kami akan menjaga Jisung, jangan khawatir. Biarkan Jisung memiliki handphonenya."
Mark Hyung mengambil handphone ku dari manajer, memberikannya padaku.

"Baiklah, tapi ingat jangan membacanya Park Jisung. Itu tidak baik untuk kesehatan mental mu. Bahkan orang dewasa pun akan gila jika membaca hal seperti itu, mengerti?" Aku mengangguk patuh, tidak menjawab. Mark Hyung mengusap kepalaku, terasa nyaman.

"Jangan dengarkan mereka, dengarkan kami saja Jisung-ah. Kau, tidak bersalah." Sekali lagi aku hanya mengangguk menanggapi ucapan Mark Hyung.

"Cih!"

Seseorang mendecih, membuatku tertarik dan menoleh. Ternyata itu Chenle.
Chenle masih marah kepadaku, hatiku sungguh sakit Chenle menjauhi ku sejak semalam. Tapi, aku bisa mengerti Chenle marah kepadaku.

"Chenle-ya... "

Chenle pergi begitu saja mendahului kami untuk ke ruang ICU lebih dekat, melihat Haechan Hyung.

Sebenarnya hari ini jadwal untuk promosi hari terakhir, tapi aku mengacaukannya. Sekarang aku kembali di rumah sakit setelah semalam pulang untuk tidur meskipun tidak bisa tidur.

"Jisung-ah, ini makan. Kudengar kau belum makan sejak kemarin?"

Taeyong Hyung menyodorkan kantung yang sangat familiar, aku tau isinya. Itu adalah bungeoppang.

"Bukankah kau menyukainya?"

Aku menggeleng. "Tidak apa Hyung, aku sedang tidak ingin makan... "

"Jisung—"

"Hyung aku akan ke perusahaan sebentar, manajer Noona memanggilku. Sebentar lagi Jeno Jaemin akan datang," pamit Mark Hyung pada Taeyong Hyung setelah menutup teleponnya.

"Eoh, pergilah. Aku akan menjaga Jisung dan Chenle. Juga Haechan,"

Mark Hyung mengangguk kemudian mendekati ku, mengusap kepalaku lagi. "Kau harus pulang untuk istirahat juga Jisung-ah, jangan khawatir Haechan akan baik... "

"Nanti Hyung," jawabku singkat.

Mark Hyung mengangguk, terlihat tidak memaksa lalu berjalan mendekati Chenle. Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan tapi Mark Hyung juga mengusap kepala Chenle. Setelahnya, Mark Hyung terlihat buru-buru pergi.

Tiba-tiba aku dan Chenle saling menatap, tapi Chenle langsung memalingkan wajahnya. Aku berdiri menghampirinya, haruskah aku meminta maaf?

"Chenle—"

Titttt

"Dokter!!"

Suara berdenging itu mengalihkan perhatian ku, aku sangat terkejut saat melihat elektrokardiogram Haechan Hyung memperlihatkan garis lurus. Kenapa aku sering melihat hal seperti ini entah di mimpi atau kenyataan? Itu membuatku takut setengah mati, tenagaku hilang.

Tubuhku benar-benar lemas, aku memegang pintu ruang ICU. Aku sungguh berharap dan berdoa tidak terjadi apapun pada Haechan Hyung.

"Shibal, ini semua salahmu!"

Tubuhku oleng dan terjatuh saat Chenle tiba-tiba saja mendorongku. Bukan lagi tatapan kesal, Chenle benar-benar marah padaku. Tatapan itu belum pernah kulihat sebelumnya.

"Jika kau tidak mendorong Haechan, Haechan Hyung tidak akan seperti sekarang!"

"Haechan memelukmu tapi kau mendorongnya. Shibal shibal shibal!!"

Aku tidak pernah melihat Chenle semarah ini. Mungkin aku memang lemah, karena tanpa sadar air mataku mengalir dan isakanku tidak bisa ditahan.

"Zhong Chenle!!"

Entah sejak kapan Jaemin dan Jeno Hyung sudah datang. Jaemin Hyung terlihat sangat marah pada Chenle, bahkan mencengkram kerah baju Chenle. Sementara Jeno Hyung membantuku berdiri yang jatuh karena di dorong Chenle.

"Jaemin-ah, tenang... "
Taeyong Hyung menahan Jaemin Hyung agar tidak kehilangan kendali.

"Itu kenyatannya Hyung... Kenyataannya semua salah Jisung."

Sungguh, hatiku sakit mendengar itu dari Chenle. Dan sialnya, itu memang benar.

"M–mmaaff... "

Aku seperti orang bodoh, bahkan tidak bisa berkata dengan benar. Aku memang bodoh!

"Maaf, Chenle-ya... Maaf Hyung. Ini, i–ini memang salahku. Maaf," ucapku lalu aku pergi dari sana.

Tidak! Aku tidak ingin mereka melihatku menangis. Di sini, akulah yang salah mereka tidak boleh mengasihani ku.

"Jisung-ah... "

"Jangan khawatir Hyung, aku hanya ingin mencari udara segar."

"Dan, kupikir Chenle sedang tidak ingin melihat ku."

Aku melepas tangan Jeno Hyung yang menahan ku, tersenyum tipis dan berusaha keras untuk menahan air mataku. Jangan sekarang.

Setelah Jeno Hyung melepaskan tangannya, aku buru-buru pergi. Kemanapun. Kemanapun, dimana tidak ada orang. Aku hanya ingin menghilang.

[✓] Semua Sayang Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang