Rendah

1.4K 121 2
                                    

Jisung yakin sekarang adalah titik terendahnya. Dunia rasanya sudah berakhir, dan itu hanya berlaku untuknya saja.

"Jisung-ah bunuh aku!"

"Hyung maaf... "

Jisung menangis sesenggukan saat Seo manajer memaksa dirinya untuk mencekik Seo manajer, ia menggeleng kuat menolak.

Setelah dua Minggu Jisung pikir semuanya baik-baik saja, tiba-tiba wanita yang tidak asing menghampirinya tadi dan membuat keributan.

PLAKKK

"Ya! Kau siapa?"
Jeno berlari menghampiri Jisung yang baru saja di tampar seorang wanita.

"Oppa, kau tidak mengingatku? Kau harus tanggung jawab!"

Jisung tentu mengenal wanita di depannya, sekarang ia berdoa dalam hati apa yang ada di pikirannya tidak akan terjadi.

"Apa maksudmu? Jisung-ah kau mengenalnya?"

"A--aku... "

"Aku hamil. Park Jisung, ini adalah anakmu dan kau harus tanggung jawab."

Ini bukan mimpi buruk yang biasa Jisung alami, dan itu yang membuat Jisung hancur. Jisung yakin bahwa dirinya pengecut karena sejak saat itu ia tidak berhenti menangis, menyesali perbuatannya. Yang lebih membuatnya kesal adalah ia tidak bisa mengingat hari itu, hingga ia tidak bisa mengklaim kebenaran atau ketidak benarannya.

Member ragu Jisung melakukan itu karena Jisung bukan orang seperti itu, namun tidak menutup kemungkinan untuk melakukannya karena bagaimanapun Jisung adalah seorang laki-laki yang sehat. Entahlah.

Sekarang berbagai rumor tersebar di SNS. Proyek NCT yang tengah digarap sepertinya akan gagal. Netizen sudah menyumpahi Jisung, leader, manajer, dan agensi.

"Jisung-ah kau sungguh tidak ingat apapun?"

Ingat tidak ingat, Jisung harus ingat. Jeno dan manajer terus mendesak Jisung agar laki-laki itu mengingat kembali kejadian malam itu, namun Jisung hanya ingat dirinya minum. Bahkan Jisung tidak ingat kalau ia memesan kamar, karena Jisung hanya ingin minum.

"Tidak ada gunanya mengingat, ini sudah jelas."

"Aku akan berbicara pada agensi dan membereskannya."

Jeno menatap Seo manajer bingung. "Bagaimana membereskannya Hyung?"

"Tentu saja membayar wanita itu untuk mengubah pernyataannya. Kalian baru saja naik, jika dibiarkan maka karir kalian hanya sampai di sini. Sudah kubilang jangan berbuat macam-macam karena nantinya bukan hanya individu tapi grup kalian akan rugi. Tidak mudah untuk membersihkan nama." Seo manajer pun pergi, tersisa Jisung dan Jeno.

"Ikut aku!"

Jeno menyeret Jisung keluar dari perusahaan entah akan kemana, namun begitu keluar dari perusahaan sudah ada banyak sekali orang dan reporter. Mereka memotret dan menyumpahi Jisung, membuat si empu kembali mengalami panic attack.

Jeno menggenggam erat tangan Jisung. "Park Jisung sadarlah! Kau harus tenang," seru Jeno seraya mengguncang tubuh Jisung namun Jisung semakin panik.

Jeno pun melepas topi yang ia pakai dan memakaikannya ke Jisung, lalu berjalan melewati kerumunan dengan memeluk erat Jisung hingga ia menghentikan taksi.

"Park Jisung tenanglah!"

Saat sudah di dalam taksi, Jeno pun mencoba menenangkan Jisung. "Sekarang sudah tidak ada siapa-siapa, sadarlah Park Jisung."

"Tarik napas mu, dan hembuskan."

"Matikan ponselmu untuk sementara Jisung-ah, Eomma mu pasti akan menelepon ku atau Renjun. Jangan khawatir... "

"Hyung, kita akan kemana?"
Jisung yakin ini bukan jalan menuju dorm.

"Bar."

"Nde?"

"Setidaknya kita harus melihat TKP dan menanyai saksi bukan? Karena kau tidak ingat apapun."

"Aku masih berharap dan yakin kalau kau tidak bersalah, wanita itu mungkin haters yang sedang mencari masalah."

Jisung menatap Jeno sendu. "kau sungguh percaya padaku Hyung?"

Jeno menggeleng. "Aku tidak tau, karena itu aku harus memastikannya."

Jisung tersenyum tipis. Meski begitu, Jisung senang karena Jeno tidak langsung menyimpulkan dan menyalahkannya juga.

"Gomawo Hyung," ujar Jisung tulus membuat Jeno tersenyum dan mengangguk.

[✓] Semua Sayang Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang