6.Perihal bekal

110 50 150
                                    

"Apaan banget deh bunda tuh. Pake bawain Rafael bekal segala lagi. Giliran anak sendiri gak pernah di bawain." Viara berdecak sebal. Ia berjalan di koridor sekolah dengan menghentakkan kaki nya kesal.

Bagaimana tidak kesal, pagi-pagi saat dirinya akan berangkat bersama ayah nya justru sang ibunda menitipkan sebuah bekal untuk calon menantu nya, kata nya. Sungguh menjengkelkan.

Dan sekarang,ia harus pergi ke ruang osis untuk memberikan bekal tersebut.

"Rafael pake pelet apa sih sampe keluarga gue percaya? Tapi untung juga sih." Viara terkikik geli menyadari bahwa dirinya berbicara sendiri seperti orang gila.

Bahkan para siswa yang melihat nya menatap aneh. Walaupun itu sudah biasa tapi tetap saja aneh.

Akhirnya setelah berjalan jauh dari parkiran, Viara sampai di depan ruang osis. Tempat dimana sang kekasih sering menghabiskan waktu di sekolah.

Tanpa menunggu lama ia membuka pintu berwarna coklat di depan nya.
Tapi belum sempat ia mendorong nya, pintu yang tadi nya tertutup menjadi terbuka dari dalam.

Awalnya Viara pikir itu kekasih nya, tapi ketika ia mendongak justru bukan wajah tampan sang kekasih yang terlihat. Yang
ada wajah badut karatan yang sangat menjengkelkan.

Tidak, itu hanya persepsi dari Viara sendiri karena gadis di depan nya ini memakai make up yang sangat tebal.

"Ngapain lo di sini? Di hukum ya?."

Viara melipat tangan nya di depan dada. Ini masih pagi dan ia sedang tidak ingin mencari masalah. Tapi seperti nya perempuan tak jelas itu memang tidak bisa membiarkan dirinya tenang
sedikit saja.

"Di tangan lo itu apaan? Hadiah? Atau bekal?."

"Bukan urusan lo."

Raline ikut melipat tangan nya di depan dada. Dagu nya ia angkat ke atas dengan angkuh. "Gak perlu repot-repot. Karena gue udah nganterin sarapan buat pacar tercinta gue."

Viara terkekeh remeh. "Gak usah mimpi deh lo. Dia itu pacar gue bukan pacar lo."

Raline menghela nafas nya. Ia menatap Viara dari atas sampai bawah. "Saking gak laku nya lo ya, sampe ngaku-ngaku pacarnya pacar gue?."

Viara menutup mulut nya pura-pura terkejut. Tepatnya seperti mengejek. "Apa? Gue gak laku? Seharusnya pertanyaan itu pantes nya buat lo. Saking gak laku nya lo ya sampe
bilang kalau Rafael tuh pacar lo?."

"Lo itu harus nya sopan sama gue. Gimana pun juga,gue itu senior lo." Raline menunjuk wajah gadis berbandana pink menggunakan telunjuknya.

"Sopan? Najis banget gue sopan sama badut karatan kaya lo."

Raline melotot tak terima. Apa tadi? Badut karatan? Hey jelas-jelas dirinya itu cantik. Apakah mata gadis itu katarak sampai tidak bisa melihat aura kecantikan yang ia keluarkan."Apa lo bilang?."

"Lo budeg? Makanya kalau gatel tuh garuk sendiri, jangan sama cowok orang. Murahan!."

Raline menggertakkan gigi nya marah."Heh jaga mulut lo ya!."

Viara tersenyum miring. "Kenapa gue harus jaga mulut gue? Emang lo mau bayar security buat jagain mulut gue?."

"Malah bercanda lagi lo." Raline menatap gadis dengan bandana pink di kepala nya itu dengan kebencian.

Sedangkan Viara memutar bola mata nya malas. Ia tidak ingin berlama-lama di sini dan menghabiskan waktu untuk meladeni gadis tak jelas itu. Maka dari itu ia melangkahkan kaki nya untuk masuk ke dalam ruangan kekasih nya.

Tapi tujuan nya justru gagal akibat tarikan di lengan nya dengan kasar.

Karena merasa tak terima Viara menepis tangan yang berada di lengan nya itu dengan jijik. "Najis lo pegang-pegang tangan mulus gue segala."

Queen ViaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang