9.Labrakan

122 33 90
                                    

Viara melangkahkan kaki nya dengan riang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Viara melangkahkan kaki nya dengan riang. Entah mengapa dirinya merasa ingin bertemu dengan kekasih nya. Rindu? Mungkin saja.

Jam istirahat baru saja berbunyi dan ia langsung menuju kelas Rafael berada.Ya ia hanya ingin kesana karena sahabat nya justru pergi bersama Rayhan.Jadilah ia tidak memiliki teman untuk menemani waktu istirahatnya.

Tok tok tok

“Maaf kakak-kakak semua. Ada Rafael gak?.”

Para lelaki yang sedang mabar mendongakkan kepala nya ketika mendengar suara seorang gadis yang mengalun lembut di telinga mereka.

“Eh ada neng Via.”

Viara menyunggingkan senyum manis nya sebagai balasan.

“Aduh manis banget sih senyum nya. Pabrik semen lewat lah.”

“Ya kali semen Kak. Gula dong berarti. Ada Rafael gak?.”

Lelaki yang sedari sedang membaca buku menatap Viara yang berdiri di depan pintu. Ia tersenyum manis ke arah pujaan hati pentolan sekolah ini.

“Tadi udah keluar. Mungkin di ruang osis.”

Viara mengangguk lesu. Ia tadi sudah mencari di sana tapi kekasih nya itu tidak ada. Ia pikir lelaki itu berada di kelas nya. Tapi ternyata tidak.

“Ya udah makasih Kakak-kakak.” Viara membalikkan tubuh nya dan segera pergi dari sana dengan lesu. Apakah ia harus mencari atau pergi kemana-mana sendiri? Ah tidak asik.

Saat langkah nya melewati taman sekolah bagian samping, ia memelankan laju kaki nya. Mata nya menyipit . Disana ada dua orang lelaki dan satu orang perempuan terlihat sedang mengobrol.

Ia menghentakkan kaki nya. Ia pun menghampiri ketiga orang tersebut sambil melipat tangan nya di depan dada.

“Jahat kalian gak ngajak gue.”

Orang-orang yang tadi berada di sana terkesiap. Mereka mendongak guna memastikan siapa yang datang.

“Queen?.”

Viara berdecak. Ia menatap satu persatu orang di sana dengan tatapan mengintimidasi. Tapi hanya satu yang mencuri perhatian nya.

“Letta lo kenapa? Kok kaya sedih gitu sih.”

Aletta tidak menjawab. Ia memanyunkan bibir nya di depan sahabatnya seperti ingin menangis. Ingin sekali Viara
memeluk gadis itu jika saja Rafael tidak mencegah nya. “Queen mendingan lo temenin gue yuk ke kantin. Laper tahu.”

Viara ingin melawan, tapi ia tidak bisa karena pundak nya sudah di rangkul dan di bawa pergi dari sana.

“Yang ihh. Gue tuh mau nenangin Letta dulu. Kok di bawa pergi sih.”

“Tenang Queen. Aletta gapapa kok.”

Viara melipat tangan nya di depan dada karena merajuk. “Gapapa gimana? Orang dia mau nangis gitu tadi wajah nya.”

Queen ViaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang