"Emang salah ya kalau jadi bar-bar ?."
**
Queen viara,itulah nama nya. Ratu di hati ketua osis yang di kenal sangat cuek. Padahal tidak cuek sama sekali lho. Mereka saja yang suka melebih-lebihkan.
Rafael kelfeinzo,lelaki dengan sejuta pesona harus...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gadis dengan baju yang sudah acak-acakan itu mulai membuka mata nya perlahan dengan mata sembab. Mencoba menahan pusing yang menyerangnya perlahan sampai sedikit membaik.
Ia menatap ke sekeliling yang hanya terlihat barang-barang tak terpakai. Ia masih di sini? Masih di gudang? Tidak ada yang datang untuk menolong nya kah? Atau mereka belum sadar jika dirinya menghilang.
Viara menghembuskan nafas berat. Bahkan tubuh nya masih terikat di kursi dengan erat dan itu sangat menyakitkan. Tapi ada yang berbeda dari dirinya.
Tangan nya sakit, leher nya pun sakit. Tidak, bukan bagian itu yang sakit tapi seluruh tubuh nya. Ia menundukkan wajah nya ke kaki. Di bawah sana banyak bercak darah kental yang pasti di sebabkan oleh nya.
Viara meneteskan air mata nya menahan rasa sakit. Ia kira dirinya akan mati setelah ini, tapi dugaan nya ternyata salah. Tuhan masih menakdirkan dirinya hidup. Mungkin untuk membalas ini semua?.
“Rafael. Tolongin gue. Sakit.” Viara menundukkan kepala nya sembari menggigit bibir bawahnya dengan terisak.
Flash back on
Arka sedikit menoleh ke belakang ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Ia tahu siapa yang datang.
“Gue nyuruh nya pergi. Kenapa balik lagi?,” ucapnya datar.
Risa tergagap. Ia menatap kedua orang di depan nya dengan gemetar . Apalagi pada gadis yang sudah menutup mata nya dengan rapat. Jika bukan karna di ancam, ia tidak akan menyuruh kedua teman nya untuk menarik gadis itu. Sejahat-jahat nya dirinya, ia masih memiliki hati nurani. Tidak akan ia melakukan hal separah ini.
“Gu-gue cuma mau....”
“Keluar. Atau lo bernasib sama kaya dia.”
Risa menggeleng takut. Dengan cepat dan gemetar ia memberikan sekantung plastik berisi barang titipan lelaki itu. Ya ia hanya ingin memberikan itu saja. Ia menatap gadis yang masih terikat tadi prihatin sebelum ia keluar dari sana. Tugas nya sekarang hanya menjaga di luar agar tidak ada orang lain yang masuk ke dalam gudang dan mengacaukan rencana lelaki berkaca mata itu.
Sepeninggalan Risa, Arka mengambil kantung keresek dan mengeluarkan isi di dalam nya. Tangan besar lelaki itu mengusap pipi basah gadis di depan nya dengan pelan.“Tahan ya Queen, gak akan sakit kok.”
Sret
Sret
Sret
“Mungkin tiga sayatan cukup. Atau sekalian gue bikin gak sakit lagi hm?.”
Arka terkekeh pelan menatap hasil karya nya. Lengan, pergelangan tangan, dan yang terakhir leher bagian samping. Merasa belum puas, ia mengarahkan pisau yang di bawa nya ke arah dada gadis itu. Mungkin ini adalah hari terakhir untuk Viara. Sayang sekali gadis itu belum mengucapkan kata terakhirnya sebelum pergi untuk selama-lamanya.