"Emang salah ya kalau jadi bar-bar ?."
**
Queen viara,itulah nama nya. Ratu di hati ketua osis yang di kenal sangat cuek. Padahal tidak cuek sama sekali lho. Mereka saja yang suka melebih-lebihkan.
Rafael kelfeinzo,lelaki dengan sejuta pesona harus...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Weh Haikal, serang goblok. Jangan jadi beban lo.”
Haikal yang di katai berdecak. Tangan nya dengan lincah bergerak di atas layar. Sesekali mengumpat kasar. Biasa, orang nge game. Ia kesal karena terus-menerus kalah dan menjadi beban.
Sedangkan Kiki justru fokus menonton sesuatu di ponsel nya sendiri. Tidak ikut main game seperti kedua teman nya itu. Viara pun juga ikut menonton apa yang di tonton Kiki saking bosan nya. Yah walaupun apa yang mereka tonton juga menurutnya membosankan.
Dan tahukah kalian apa yang di tonton oleh mereka? Rainbow rubby. Yups pasti kalian berfikir seperti hal nya Viara.
Seorang Kiki yang tomboy, penyuka awan dan Rainbow rubby. Patut untuk di apresiasi.
“Kita bolos kesini emang gak akan ketahuan ya?,” monolog Viara sambil menumpukkan dagu nya malas.
“Tenang aja Vi. Ini bukan rooftop yang biasa di buat tempat bolos. Rooftop ini justru yang gak pernah di curigai guru-guru ataupun anak osis.”
Viara menganggukkan kepala nya percaya. Hal itu memang benar adanya.
Ia menatap Haikal dan Bima yang sedang sibuk bermain game. Ia menghela nafas nya lelah, seandainya ada Aletta, pasti ia tidak akan kebosanan seperti ini. Mungkin bisa saja mereka mengobrol sesuatu yang menurutnya menarik. Atau yang lain nya. Tapi hal itu tidak sesuai apa yang di inginkannya.
Aletta memang di larang untuk berangkat sekolah dulu oleh Tante nya, karena tante nya itu tidak percaya bahwa gadis itu bisa menjaga diri. Bisa saja kan bahaya lain terjadi lagi. Dan tante nya itu tidak ingin itu semua terjadi.
“Astaghfirullah Hal adzim. Arghh Haikal.” Bima mengacak-acak rambutnya frustasi akibat kelakuan teman nya di dalam permainan.
Haikal terkekeh pelan. Ia melirik lelaki di depan nya yang uring-uringan karena sudah kalah dengan remeh. Padahal biasanya laki-laki itu selalu menang, tapi saat bermain dengan nya hari ini justru kalah.
“Baru kali ini gue nemu orang nge game nyebut.”
“Gue kan islam woi. Ya pasti nyebut lah.”
Viara terkikik geli. Padahal lelaki itu benar, tapi ya namanya persahabatan selalu saja menjelekkan satu sama lain. Tapi tetap tidak menjelekkan agama mereka.
Tiba-tiba gadis itu meringis pelan sambil menyentuh perut nya.
“Kenapa lo Vi?,” tanya Kiki yang sadar akan perubahan teman nya itu.
“Kebelet nih Ki. Temenin ke toilet yuk.”
Kiki berdeham. Ia mematikan ponsel nya terlebih dahulu sebelum kemudian bangkit berdiri menyetujui ajakan Viara. Meninggalkan kedua lelaki tadi yang sedang ribut.
Mereka melangkahkan kaki nya keluar rooftop, turun untuk ke toilet melalui tangga yang begitu banyak nya. Ya karena banyak nya tangga yang dapat di lewati jika ingin ke rooftop itu. Berbeda dengan rooftop yang bagian lain. Itulah yang membuat orang-orang malas ke rooftop sebelah sana, dan membuat tempat itu aman dari pengawasan guru ataupun osis.