16. Rumah Viara

46 15 5
                                    

Rafael melangkahkan kaki nya di pekarangan rumah kekasih nya sambil memasukkan kedua tangan nya ke dalam saku celana.

Ini sudah lumayan sore, dan ia baru saja pulang dari sekolahan karena ada urusan yang harus ia selesaikan terlebih dahulu.

Dan bukan nya langsung pulang ke rumah nya, justru ia membelokkan setir menuju rumah sang kekasih. Dan berakhir dirinya di sini, di rumah kekasih tercinta nya.

Rafael membuka pintu kamar kekasih nya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia langsung masuk begitu saja seolah memang sudah biasa.

Tapi yang ia temukan di sana hanya kekosongan. Tidak ada tanda-tanda bahwa gadis nya berada di sana. Ia pun mencari gadis itu di setiap sudut kamar sampai kamar mandi, tapi tetap saja tidak ada.

Tak menyerah, ia keluar kamar dan mencari di tempat lain. Tapi tetap tidak ada. Yang ia temukan hanyalah para maid yang sedang menjalankan tugas nya masing-masing.

“Bi?.”Rafael berdiri di samping seorang wanita paruh baya yang sedang membawa kemoceng.

Wanita yang tak lain seorang maid itu menoleh. “Iya Tuan? Ada yang bisa saya bantu?.”

Rafael menggaruk pelipis nya pelan. “Queen mana?.”

Maid yang sedang di ajak bicara itu menunduk hormat. Bagaimana pun lelaki di depan nya sama saja majikan untuk nya karena ia kekasih dari majikan nya.

“Nona Queen sepertinya belum pulang Tuan.”

Rafael mengerutkan kening nya. Belum pulang? Padahal dirinya tadi yang paling akhir yang berada di sekolahan bersama satpam sekolah.

Lalu dimana gadis itu berada? Kenapa belum pulang juga? Ini sudah sore lho.

Ia pun berlari menuju luar rumah untuk mencari keberadaan kekasih nya.

Tapi belum sempat ia masuk ke dalam mobil, gerbang rumah yang tadinya tertutup menjadi terbuka dengan lebar.

Ia mendesah lega ketika mobil kekasihnya yang masuk. Tanpa berlama-lama ia langsung menerjang tubuh mungil kekasih nya.

Viara yang belum siap sedikit limbung. Untung saja di belakang nya ada mobil, jadi punggung nya tidak akan mencium kerasnya lantai.

“Yang lo apa-apaan sih. Kaget tahu.”

Rafael menduselkan wajahnya ke ceruk leher sang kekasih. Ia butuh sebuah obat untuk menenangkan rasa tidak enak di hati nya. Dan kini ia menemukan nya.

“Lo kenapa? Kangen banget ya sama gue?.” Viara terkekeh sambil membalas pelukan Rafael.

“Gue khawatir sama lo. Lo baik-baik aja kan?.”

Cup

Cup

Cup

“Arghh Rafael. Basah kan pipi gue.” Viara mengusap pipi nya yang berkali-kali di kecup.

Viara berdecak. Ia kira setelah mencium pipi nya, lelaki itu akan melepaskan pelukan nya. Tapi dugaan nya ternyata salah. Lelaki itu justru tambah memeluknya dengan erat.

“El udah. Gue capek lho ini. Masuk aja yuk.”

Rafael menghela nafas nya. Ia pun melepaskan pelukan nya dan berjalan bersama ke dalam rumah. Ia sangat mengerti jika kekasih nya pasti lelah, dan ia akan melanjutkan pelukan nya di dalam saja. Wkwk.

Viara melempar tubuh nya ke atas sofa ruang tengah. Ia menyenderkan tubuh nya sambil merentangkan kedua tangan yang pasti langsung di sambut dengan senang hati oleh Rafael.

Queen ViaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang