"Lima menit lagi lo nggak keluar gue tinggal ya?!" ancam Ichiro yang sudah hampir lima belas menit berdiri di depan kaca toilet. Gadis mungil itu berkacak pinggang, tampak jelas jika raut wajahnya tengah kesal.
"Sabar, woy!"
"Gue capek, Ume!! Tai lo sekeras batu apa, huh? Keburu acaranya selesai!"
"Oke, oke! Ini gue keluar sekarang." Ume pun keluar dengan cengiran wajah tanpa dosanya. "Yuk!"
Ichiro memutar bola mata. "Dari tadi kek!"
Akhirnya mereka berdua berjalan beriringan untuk kembali memasuki venue. Namun, di tengah perjalanan langkah kaki mereka terpaksa harus terhenti karena segerombolan orang-orang yang ramai memadati area bawah tangga.
"Ada apaan sih?"
"Gatau tuh."
Keduanya pun berjalan mendekat untuk mencari tahu apa yang tengah terjadi bersamaan dengan itu beberapa petugas keamanan juga mulai terlihat berdatangan.
"Excuse me, what's wrong? What happened?" tanya Ichiro kepada seseorang di sampingnya dengan bahasa Inggris alakadarnya, sedangkan Ume yang penasaran malah memaksakan tubuhnya untuk masuk ke dalam kerumunan hingga menembus orang-orang di depan sana.
"Um ... A girl seems to have fallen down the stairs."
"Oh God, poor girl."
"OMG YUKI?!"
Suara teriakan tak asing yang Ume hasilkan dari kerongkongannya itu langsung membuat napas Ichiro tercekat, ia berlari ikut masuk ke dalam kerumunan untuk memastikan bahwa telinganya tak rusak.
Damn.
Tubuh Ichiro langsung lemas melihat wajah ayu sahabatnya kini berlumuran darah di pangkuan Ume. Sungguh! Tubuh Ichiro bergetar hebat. Yang ada dipikirannya sekarang bukan lagi bagaimana bisa gadis itu ada di Korea atau bagaimana bisa semua ini terjadi, yang ada hanyalah apakah sahabatnya masih bernyawa?
Melihat banyaknya darah yang melumuri hampir seluruh tubuh Yuki membuat Ume histeris.
"HELP!! PLEASE HELP HER!"
"SOMEONE HELP US!!"
Kepanikan makin menjadi sekarang. Beberapa petugas keamanan mengatakan jika mereka sudah menelepon ambulans lima menit lalu dan beberapa orang juga sudah mencari bantuan lain.
"Yuki bangun ..."
"Yuki ... lo kuat, gue tau lo kuat."
"Gue mohon lo harus bertahan."
Hanami, iya! Ichiro harus mengabari Hanami yang ada di dalam venue sekarang! Dengan tangan bergetar gadis bersurai lurus itu merogoh saku celana jeansnya kemudian dengan cepat menghubungi sang sahabat.
Tak lama kemudian ambulans pun datang. Para medis langsung bergegas mengevakuasi Yuki yang tak sadarkan diri. Suara bisik-bisik kepanikan terus terdengar sampai di telinga Hanami, Ichiro, dan Ume yang ikut masuk ke dalam ambulans.
Suara ambulans yang nyaring berpadu dengan suara tangis Ume dan tangisan Hanami membuat Ichiro merinding bukan main. Genggaman tangannya pada jemari lentik yang terasa dingin itu semakin mengerat, ia takut. Suasana di dalam ambulans benar-benar kacau. Ichiro takut dengan semua kemungkinan buruk yang akan terjadi. Wajah pucat itu mengingatkannya pada jerit tangis Ibu Kiyomizu pada sambungan telepon saat Ichiro memberikan kabar buruk ini beberapa menit lalu.
Roda blankar berputar, langkah kaki tergesa dokter dan paramedis. Tiga puluh menit perjalanan menuju rumah sakit terasa seperti tiga jam bagi Ichiro, Ume, dan Hanami. Tetes demi tetes cairan infus kini berlomba dengan tetesan darah yang keluar dari tubuh lemas tak berdaya Yuki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Wife || Haruto
Teen Fiction[2nd story] Genre : Fanfiction, Teenfiction, Romance. Watanabe Haruto berusaha mati-matian menyembunyikan istrinya dari sorotan publik. Satu rahasia besar ini tak akan pernah ia ungkapkan sampai kapan pun, atau mungkin selamanya. Sstt! Ini rahasia...