"Gue pikir gue duluan yang nyampe," kata Hyunsuk begitu skleranya mendapati Haruto menunduk bermain handphone di pojok ruangan bertema cozy.
Layar benda pipih itu cepat-cepat Haruto matikan lantas mendongak dengan senyum yang mengembang. Ia pun bangkit memeluk rekannya singkat sebelum duduk kembali.
"Lo kalah cepet, Hyeong."
Hyunsuk ikut mendudukkan pantatnya tak jauh dari Haruto. "Tumben lo udah di sini aja."
Senyuman khas Haruto terlihat, ia mengusap tengkuknya canggung. "Di rumah lagi kurang nyaman."
"Kurang nyaman gimana?"
Melihat waiters yang berdiri tak jauh dari mereka membuat Hyunsuk langsung mengangkat tangan dan mengatakan bahwa ia ingin pesan. Pekerja itu pun kemudian menghampiri meja nomer dua belas yang mereka booking.
"Ice americano."
"Pesanan segera datang." Pelayan itu pun kembali bekerja.
"Gue lagi diet," terang Hyunsuk kepada Haruto yang dari tadi menatapnya.
Haruto tersenyum begitu bola mata mereka bersinggungan. Ada baiknya ia berbagi cerita dengan Hyunsuk, jadi Haruto tak perlu memendam semuanya seorang diri dan membebani pikirannya. Tapi di satu sisi lain, semuanya akan semakin runyam. Haruto tak perlu berbagi cerita kepada Hyunsuk, bagaimana pun juga Hyunsuk tetaplah orang lain.
"Kalian lagi berantem?"
"Berantem?" Haruto tertawa. "Enggak lah, ngapain berantem."
"Ya siapa tau kan tebakan gue bener." Setelah itu percakapan mereka usai. Hyunsuk menatap lekat adiknya, mencari sebuah jawaban pada wajah tampan Haruto.
"Sumpah, muka lo keliatan banget kalo lagi banyak pikiran."
Memendam permasalahan seorang diri bukanlah ide yang bagus, apalagi Haruto yang sehari-harinya dikenal periang dan jahil, diam sedikit saja menjadi bahan gunjingan pastinya.
Pria beranjak dua puluh satu tahun itu benar, wajah Haruto begitu kentara jika sedang tidak baik-baik saja. Yang membuat Hyunsuk miris, pemuda bergaya pakaian retro itu masih bisa tertawa dalam keterpurukan, meskipun Hyunsuk yakin sesuatu sedang Haruto sembunyikan.
"Haha, Hyeong! Muka ganteng kayak gini dibilang banyak pikiran."
"Yaelah, masih aja lo ngelawak, tingkat kePDan lo tuh berapa persen sih? Heran gue, muka udah kusut banget gitu masih aja tebar pesona."
Haruto tidak lagi menanggapi, ia hanya terkekeh, terlihat jika dipaksakan. Tak lama pesanan Hyunsuk datang.
"Arigatōgozaimas."
Seruputan pertama kopi berwarna pekat itu langsung membuat Hyunsuk mengernyit. "Oh iya, kemaren lo pulang gimana? Aman?"
Anggukan kecil Hyunsuk dapatkan.
Malam itu Haruto nekat pulang sendiri dengan taksi, karena tak mau merepotkan teman-temannya. Ia juga sama sekali tak menelepon salah satu keluarganya, yang jelas Haruto takut kalau Mamanya sampai tahu bahwa ia mulai mabuk-mabukan kemarin.
"Sebagai leader gue khawatir sama lo, apalagi maknae yang mabok cuman lo. Gue juga heran, kenapa lo malah milih minum sih? Kan bisa menghindar, dijawab kek apa gimana gitu!"
Lagi-lagi Haruto memalsukan senyum.
Hyunsuk menjilat bibirnya yang kering. "Gue udah marahin Jihoon kemarin, idenya emang ga pernah bener tuh anak." Hyunsuk kembali menyeruput americano yang dipesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Wife || Haruto
Roman pour Adolescents[2nd story] Genre : Fanfiction, Teenfiction, Romance. Watanabe Haruto berusaha mati-matian menyembunyikan istrinya dari sorotan publik. Satu rahasia besar ini tak akan pernah ia ungkapkan sampai kapan pun, atau mungkin selamanya. Sstt! Ini rahasia...