Brakk!
Kedua mata Haruto dan Yuki membelalak, tersentak lantaran kehadiran Airi yang tiba-tiba tanpa permisi ataupun ketukan pintu, wajah mungil itu nampak tak bersalah dalam senyuman manis.
"Eh?"
Yuki ingin berdiri, tapi tangan besar Haruto malah memeluk perutnya erat tak membiarkan gadisnya beranjak barang seinci pun darinya. Hal itu membuat Yuki otomatis kembali pada posisinya semula, menatap Haruto penuh tanya meskipun yang ditatap malah terpejam masa bodo.
Sejenak mata Yuki memperhatikan tangan penuh otot yang melingkari perutnya. Ia bersemu, sehingga jutaan kupu-kupu terasa berterbangan menggelitik perutnya, gadis bersurai panjang di bawah bahu itu mengulum senyum malu-malu.
"Pinjem hpnya, Kak! Minta hotspot!" teriak Airi setelah menyahut target utamanya di atas nakas. Benda persegi bergambar buah itu kini sudah dibawa lari oleh bocah sialan yang sayangnya adalah adik kandung Haruto.
Mata Haruto langsung terbuka lebar. "Heh! Gak usah dibawa segala, Dek! Uhuk uhukk!"
"Balikin woy!!"
"Thank's, Kak Haru!" teriaknya terdengar samar bersamaan dengan suara derap langkah yang menuruni anak tangga cepat. Takut kalau yang punya ponsel mengejarnya.
***
Berada di kampung halaman tanpa adanya kegiatan grup membuat Haruto mengalami kenaikan berat badan. Sepertinya begitu. Padahal sekarang ia masih sakit, tapi selera makan pemuda berponi itu tidak turun sedikit pun, bahkan terlihat makin lahap saja. Apa dalam obatnya terdapat vitamin penambah nafsu makan?
Sedari tadi hingga sekarang Yuki selalu memfokuskan pandangannya pada objek nyata yang sedang memakan bubur Oyakodon dengan lahap.
Yuki sudah menawarkan diri untuk menyuapi Haruto, tapi pemuda itu menolak dengan alasan malu jika dilihat Ayah dan Mamanya, terlebih jika Airi yang memergoki mereka, secara kan remaja itu suka sekali meledek Haruto.
Sesekali menyunggar rambut panjangnya ke atas dengan tangan kanan, pemuda yang belum mandi itu terlihat sibuk dengan ponsel yang ia genggam. Banyak pesan masuk, Haruto membalasnya dengan sebelah tangan yang ia gunakan untuk mengambil suapan bubur di dalam mangkuk, lalu beberapa kali menyuapkan makanan lembek berwarna kuning ke dalam mulutnya.
Pria itu nampak anteng menikmati makanannya. Makanan yang tak pernah mau Yuki makan jikalau dirinya sakit, makanan yang menurut Yuki sangat menjijikkan.
Jadi kesibukan Yuki sekarang adalah memperhatikan suaminya makan dengan kepala yang ia taruh di atas meja makan.
Ish! Makannya terlihat lama dan lamban di mata Yuki, gadis itu jadi geram sendiri. Jika makan diselingi dengan bermain gadget alhasil beginilah.
"Kak, aku menawarkan diri lagi buat nyuapin kamu."
"Nggak perlu."
"Udah kamu diem aja di situ, liatin aku," sambung Haruto cuek, masih dengan pandangan yang tertuju pada layar persegi.
Gadis itu mendengus. Yuki sudah sarapan bersama Airi dan kedua mertuanya, meninggalkan Haruto yang masih tertidur dengan pulas satu jam yang lalu. Yuki berusaha memaklumi hal tersebut, mungkin karena efek obat pikirnya, tapi Yuki sedikit curiga seakan Haruto memang berniat bangun siang di hari ini.
"Aku ambilin minum kalo gitu."
BRAKK.
Tiba-tiba saja Haruto menggebrak meja dengan wajah yang panik. Tungkai Yuki yang baru berdiri dan belum sepenuhnya melangkah terkejut dengan suara keras yang dihasilkan oleh tangan besar Haruto di atas meja kayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Wife || Haruto
Genç Kurgu[2nd story] Genre : Fanfiction, Teenfiction, Romance. Watanabe Haruto berusaha mati-matian menyembunyikan istrinya dari sorotan publik. Satu rahasia besar ini tak akan pernah ia ungkapkan sampai kapan pun, atau mungkin selamanya. Sstt! Ini rahasia...