Ujian tengah semester baru saja berakhir lima menit lalu, Yuki yang sedang membereskan barang-barang di atas meja menoleh ketika namanya dipanggil oleh beberapa teman yang sudah menunggunya di depan pintu.
Yuki berseru, "Iya, sebentar!"
Mereka berempat pun kini bergegas menuju kantin. Sesampainya di sana, kantin terlihat penuh oleh gerombolan siswa maupun siswa dari mulai kelas satu hingga kelas tiga yang telah merampungkan ujian mereka.
Yuki pun kemudian ditarik ke sebelah kiri gedung kantin, dan satu persatu dari mereka mulai mendudukkan diri pada pahatan kursi kayu berlapis cat pelitur.
"Lo pada mau makan apa?" tanya gadis yang berada di samping Yuki, Hanami namanya.
Apapun itu, Yuki lapar.
"Takoyakii!" seru Ume.
"Ramen!" sahut Yuki ikut-ikutan.
"Gue samain aja lah," ujar gadis berpotongan pendek bak rambut pria, sebut saja Ichiro.
Hanami mengangguk ia pun bangkit kemudian menuju stand jajanan yang ramai pembeli. Tinggallah Yuki, Ume, dan Ichiro di sini.
Awalnya ketiga gadis itu sibuk pada ponsel masing-masing, namun kemudian Ume mulai membuka tasnya dan menunjukkan sebuah buku tebal berwarna biru, merah muda, dan juga hijau dengan gambar bintang di tengahnya.
"Gue baru beli."
Dengan antusias Ichiro mengambil buku tebal tersebut dan berteriak histeris.
"Woah, lo beli nggak ajak-ajak!"
"Hehe, dapet hadiah dari Mama," beo Ume.
Tak lama Hanami kembali dengan pesanan mereka, kemudian disusul oleh perempuan paruh baya yang juga membawakan makanan dalam nampan.
"Arigatou gozaimasu!" Ibu kantin itu tersenyum dan mengangguk sebelum pergi.
Kehebohan pun berlanjut ketika Hanami ikut mengambil buku tebal berwarna biru tersebut.
"Album Treasure?! Bisa-bisanya lo beli gak ngajak gue?! Aaaakh~ tega banget."
Ichiro mengangguk. "Iya nih si Ume, seharusnya bilang kalo mau beli, kan bisa nitip biar nggak keluar budget lebih banyak, penghematan."
Hanami dengan lancangnya menyahut album tersebut, lalu kemudian mengusapkan pada pipi.
"Yoshi-san, koibito!" jerit Hanami girang, ia pun beberapa kali mengecup bibir foto Yoshi yang tercetak pada album.
Melihat itu Yuki, Ume, dan Ichiro memandangnya dengan ekspresi jijik. Iyuh! Menggelikan. Bahkan melihat kelakuan temannya, Ume rasa ia hampir muntah.
"Halu boleh, tapi jangan kebangetan."
Setuju dengan perkataan Yuki, Ume dan Ichiro mengangguk.
Ume kemudian menimpali, "Hanami tuh kalo halu emang tinggi banget, inget ya kawanku, kalo jatuh itu sakit. Seharusnya lo contoh gue dong, ga pernah halu, tapi gue yakin kalo anak gue nanti bisa pake marga Watanabe."
"Uhukk uhukk!" tersedak kuah ramen yang pedas, Yuki mendelik, mulut siapa itu?
Boleh tidak kalo Yuki memukul temannya? Yuki rasa ia harus melakukan hal itu setidaknya sekali dalam hidupnya.
'Duuh, kayaknya salah banget aku ikut mereka makan di kantin, mending langsung pulang aja tadi.'
"Nih nih, minum dulu." Hanami menyodorkan gelas berisi minuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Wife || Haruto
Ficção Adolescente[2nd story] Genre : Fanfiction, Teenfiction, Romance. Watanabe Haruto berusaha mati-matian menyembunyikan istrinya dari sorotan publik. Satu rahasia besar ini tak akan pernah ia ungkapkan sampai kapan pun, atau mungkin selamanya. Sstt! Ini rahasia...