"Kamu cantik."
"Uhuk, uhuk!" Gubrak! Dhuak! Byur! Bum! Gedebuk! Gedebum! Praang! Klontang! Breeett! Meoongg!!!!
Bisa diam tidak? Gara-gara Haruto hati Yuki jadi awur-awuran begini. Sungguh tidak bisa dikendalikan.
Mohon maaf Tuan Watanabe, barusan Anda bilang apa? Coba diulang kembali!
Yuki tiba-tiba saja ingin membeli korek kuping beserta pabrik-pabriknya siapa tahu telinganya kotor dan jadi salah dengar. Yang benar saja! Tidak mungkin sekali seorang Watanabe Haruto yang Yuki kenal sebagai pria dingin nan cuek itu menggombal dengan mengatakan bahwa saat ini ia cantik.
Boleh tidak Yuki terbang sekarang?
"Minum, minum," panik Haruto memberikan segelas jus jeruk kepada Yuki.
Bibir Haruto berkedut tak kuasa menahan tawa. Ada sensasi menggelitik yang membuat Haruto geli saat melihat Yuki yang meminum jus jeruk pesanannya dengan rona merah muda di kedua pipi, benar-benar terlihat sama seperti mochi stroberi.
Kalau kata Yuki, nikah sama Kak Haru tuh bahaya, bikin jantungan mulu.
Yuki mengerjap.
Oke Yuki tenang, tarik napas, buang! Inget, dia ngomong kayak gitu nggak cuman ke lo doang.
Setelah dirasa detak jantungnya kembali normal, Yuki berdehem. "Abis ini pulang?"
Bibir Haruto terlihat dimanyunkan ke depan, pipinya ia kembungkan gemas. Duality Haruto itu benar-benar aduhai, mimik wajahnya bisa berubah dengan cepat layaknya bunglon. Dari mulai tengil, usil, garang, ngeselin, sampai imut seperti yang sekarang ini bisa ia kuasai dalam waktu singkat.
Dan yeah ... detik berikutnya Haruto lanjut makan, kembali ke setelan pabrik, mode cuek, tidak berniat menanggapi Yuki.
Beef Teriyaki dan beberapa makanan penutup yang Yuki pesan ia habiskan tanpa sisa, persetan dengan jaga image karena berada di depan Haruto, masa bodo! Yang terpenting perutnya kenyang.
"Huft kenyangnya ...."
Jemari panjang Haruto yang bergerak menyendok makanan merampas fokus Yuki tanpa permisi, urat-urat nadi dan otot-ototnya yang menonjol itu membuat siapa saja pasti terbius oleh aura manly remaja yang sebentar lagi menginjak usia delapan belas tahun ini.
Yuki menatap jari manis Haruto, lalu menatap jarinya bergantian.
Eh ... Kak Haru pake?
Baru kali ini Yuki melihat Haruto menggunakan cincin pernikahan mereka, terakhir Yuki ingat saat Haruto belum kembali ke Korea, dan sekarang lihatlah! Haruto memakainya lagi! Melihat cincin yang sama tersemat di jari manis Haruto tanpa sadar sudut bibir Yuki naik.
"Kak Haru make cincinnya lagi?"
Haruto beralih menatap jarinya singkat kemudian berdehem. "Hm."
Haruto memang jarang memakainya bahkan cenderung tidak pernah. Jari-jari itu lebih sering Haruto pasang berbagai macam cincin aksesoris ketimbang cincin sakral bertitik permata. Tanpa diperjelas lagi alasannya jelas karena Haruto tidak ingin ada orang lain -selain Hyunsuk dan Mashiho- menaruh curiga padanya.
Menurut Haruto, pernikahan itu cukup dilakukan sekali seumur hidup, oleh sebab itu pribadi yang merasa bahwa dirinya telah beranjak dewasa lantaran bisa berpikir demikian itu yakin bahwa perlahan semuanya akan indah meskipun gadis yang kini diam-diam ia tatap itu seakan-akan masih enggan dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Wife || Haruto
Novela Juvenil[2nd story] Genre : Fanfiction, Teenfiction, Romance. Watanabe Haruto berusaha mati-matian menyembunyikan istrinya dari sorotan publik. Satu rahasia besar ini tak akan pernah ia ungkapkan sampai kapan pun, atau mungkin selamanya. Sstt! Ini rahasia...