"Yuki-ssi?" Yang dipanggil pun menoleh. "Pegawai baru?"
"Nee." Yuki membungkukkan badannya.
"Ada perlu apa?"
"Tadi saya telat, jadi disuruh bikin surat pernyataan maaf."
"Ada PC nganggur di pojok, kamu bisa pake. Udah ada draftnya, tinggal ganti nama sama tanggal," ucap perempuan itu sebelum pergi dan Yuki memberikan penghormatan lagi.
"Yang ini lebih ramah daripada yang tadi kayaknya," gumam Yuki bermonolog menuju tempat yang dimaksud.
Setelah berkutat di depan layar monitor lumayan lama Yuki menarik kedua tangannya ke atas, meregangkan otot punggungnya yang sakit bukan main, tapi akhirnya selembar kertas berisi tulisan yang tak Yuki pahami itu selesai juga.
"Yuki," Seseorang memanggil. "bisa tolong angkatin kardus yang di samping mesin fotocopy itu nggak?"
Yuki menoleh ke arah yang ditunjuk. "Bisa, mau dipindahkan ke mana?"
"Taruh di samping meja depan aja."
"Nee~"
Tidak menunggu lama, Yuki langsung melakukan apa yang diminta.
"Maaf ya jadi ngerepotin." Yuki hanya tersenyum. "Oh iya, mau keluar kan? Sekalian nitip buatin teh anget deh, soalnya tadi OB-nya lagi ke bawah ambil orderan kita."
"Gulanya mau satu sendok atau dua sendok?"
"Jangan manis-manis pokoknya, yang buat udah terlalu manis soalnya."
Bisa aja Maemunah!
"Oke, ditunggu sebentar ya."
Yuki melakukan pekerjaannya dengan senang hati, ia jadi merasa bermanfaat di hari pertamanya bekerja.
Sesekali ia usap perut bagian bawahnya yang terasa sakit agak nyeri ketika ia buat berjalan. "Capek ya, Sayang? Sebentar ya, abis ini kita istirahat," lirih Yuki mengulas senyum, baru kali ini ia meminta bantuan kepada bayinya agar mau diajak kerjasama sebentar.
Baru saja ingin kembali naik ke atas, seseorang memanggilnya lagi. Agaknya Yuki sangat terkenal di sini.
"Yuki-ssi, mau ke lantai lima lagi kan ya?" Yuki mengangguk. "Nitip ya, buat Kim Narae sama temen-temennya, saya ada urusan sama satpam depan, maaf ya ngerepotin, makasih!" OB itu kemudian pergi begitu saja menyerahkan beberapa bungkus makanan yang berada dalam kantong kresek ke tangan Yuki yang sebenarnya sudah tidak muat lantaran masih membawa nampan berisi empat gelas teh hangat.
Kenapa Yuki jadi kerja serabutan seperti ini? Padahal semua orang bekerja sesuai passionnya masing-masing.
"Yuki, tolong ambilin itu dong."
"Bantuin ngangkat galon ya."
"Tolong sapu ruang pertemuan."
"Tolong pel gudangnya sekalian ya."
"Sekalian kuras kamar mandi lantai tiga."
"Cat jalan raya ya."
"Hitung kecepatan jatuhnya apel yang nimpuk kepala bapak saya ya."
"Tolong bangunin candi ya." Candinya tidur?
"Tolong ..."
"Tolon ..."
"Tolo ..."
"Tol ..."
DUAARR!
Cukup! Yuki tidak sanggup!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Wife || Haruto
Fiksi Remaja[2nd story] Genre : Fanfiction, Teenfiction, Romance. Watanabe Haruto berusaha mati-matian menyembunyikan istrinya dari sorotan publik. Satu rahasia besar ini tak akan pernah ia ungkapkan sampai kapan pun, atau mungkin selamanya. Sstt! Ini rahasia...