"Kalo dia beneran jadi nggak punya ayah, gimana?"
Kalo masalah itu Yuki juga tidak mau. Lagipula Yuki sudah berniat memberitahukan hal ini kepada Haruto kok. Ya ... meskipun belum tahu kapan. Yang jelas Yuki tetap ingin Haruto tahu bahwa perutnya kini juga berisi nyawa.
"Ck! Ibu ini apa-apaan sih. Amit-amit lah, jangan sampe!"
"Lagian, kamu ... disuruh bilang ke suami sendiri kok nggak mau."
"Iya, nanti bilang," pungkas Yuki sebelum obrolan melebar kemana-mana dan menyita waktu istirahatnya. Sungguhan, Yuki sekarang merasa sangat lelah, punggungnya juga terasa sakit. Akhir-akhir ini ia jadi sering merasa cepat kehabisan tenaga.
Baru saja berniat melangkahkan kaki menuju kamar, niatnya itu langsung terurungkan begitu suara keras Haruto terdengar nyaring memekakkan telinga.
"Yuki, ini apaan?!" teriak Haruto berdiri di samping meja makan dengan tangan kanan yang memegang sendok dan tangan kiri menyangga pada meja dengan raut wajah menilai. "Asin banget," lanjutnya.
"Eh Kak!" panik Yuki berlari menghampiri Haruto.
"Kamu mau nikah lagi ya?"
Haruto buru-buru mengambil segelas air begitu Yuki sampai. Ia langsung meneguknya hingga denting gelas kaca yang bersentuhan dengan meja kaca terdengar dan menjadi pertanda bahwa Haruto telah mengakhiri tegukan itu.
Yuki langsung menyingkirkan piring berisi nasi goreng buatannya, mengamankannya dari sentuhan sendok Haruto. "Tadi aku nyari gula, tapi nggak ada."
"Hah?! Sejak kapan nasi goreng pake gula?"
Sumpah demi apa?! Haruto tak habis pikir dengan istrinya ini. Sepertinya Haruto mulai menyesal sekarang.
Ini dituker tambah bisa nggak sih?
"Emang nggak pake ya?"
Haruto menepuk jidatnya.
Plakk!
Eladalah! Perasaan Haruto juga tidak bisa memasak, tapi tidak separah ini juga. Coba kasih tahu Haruto, orang mana yang memasak nasi goreng menggunakan gula? Siapa? Sini maju!
Jadi, bikin nasi goreng tuh pake gula apa enggak?
Haruto jadi ragu.
Ini Yuki yang salah atau gue yang nggak tau sih!?
"Aku bilang juga apa, kamu gak usah coba-coba masak. Daripada nggak kemakan kayak gini." Haruto menunjuk-nunjuk piring dengan sendok yang ia genggam. "Sia-sia kan jadinya."
Perlahan kepala gadis itu menunduk. Yuki pun terlihat membuang napasnya pelan dan bibir bawahnya mulai ia gigit dengan jemari yang memelintir ujung kaos.
Hatinya tercelus. Sudah susah-susah meluangkan waktu untuk memasak tapi tidak juga dihargai. Lebih parah lagi mulut sialan Haruto menghina masakannya tanpa memikirkan bagaimana perasaan Yuki selaku chief.
"Aku pengen masakin Kak Haru, biar jadi istri yang berbakti buat suami."
"Nggak, gausah," jawab Haruto ketus.
Mendengar itu air mata Yuki seketika jatuh, tapi langsung ia cegah dan menatap Haruto angkuh.
"Yaudah, buang aja! Percuma juga dibiarin di atas piring, malah bikin sakit hati ngeliatnya!"
Dan detik berikutnya tangis Yuki yang tadinya ditahan pecah. "Hiks ..." Yuki berusaha menutup wajahnya dengan telapak tangan. Tidak ingin Haruto melihatnya berurai air mata. Tapi percuma, Haruto juga tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Wife || Haruto
Roman pour Adolescents[2nd story] Genre : Fanfiction, Teenfiction, Romance. Watanabe Haruto berusaha mati-matian menyembunyikan istrinya dari sorotan publik. Satu rahasia besar ini tak akan pernah ia ungkapkan sampai kapan pun, atau mungkin selamanya. Sstt! Ini rahasia...