Brakkk.
Suara dentuman pintu itu membuat Yuki terjingkat. Yuki pun berbalik, terlihat Haruto mengeluarkan sebuah kunci dari dalam saku celana bahan berwarna gelap yang ia pakai.
Klick!
Suara itu berhasil membuat pikiran Yuki jadi liar kemana-mana. Seingat Yuki, ini kali pertama Haruto mengunci pintu kamar mereka dengan tujuan yang tidak jelas entah untuk apa.
Punggung lebar itu berbalik, matanya yang berkabut menatap gadis yang mematung itu dengan saksama. Menatapnya dari atas ke bawah. Bak Harimau lapar yang menemukan mangsanya. Membuat suasana berubah menjadi dingin dan agak mencekam. Untung saja genre cerita ini bukan horor, tapi tetap saja wajah datar Haruto malah terlihat lebih menyeramkan ketimbang jumpscare sekalipun.
Karena ingin bermain-main dengan Yuki, Haruto memajukan langkahnya. Perlahan bergerak mendekati Yuki sampai gadis itu semakin mundur menyeimbangi langkah panjang Haruto.
Coba lihat poker face yang terpasang apik itu, siapa saja pasti juga akan ketakutan melihatnya.
Apalagi Yuki.Dengan keberanian setipis tisu dibagi sepuluh Yuki mendongak. Tepat di depannya, Haruto melebarkan senyum menggoda. Untungnya perbedaan tinggi badan mereka membuat wajah Yuki tak langsung bersentuhan dengan wajah dingin Haruto. Bukankah menjadi sebuah keuntungan memiliki tubuh mungil sepertimu, Yuki?
Yuki menelan ludahnya kasar setelah mengetahui bagian belakang kakinya menempel pada kaki ranjang. Sudah tak ada space bagi Yuki, meskipun hanya sekedar menggeser sedikit tumitnya ke belakang.
Tubuh Haruto dan tubuh Yuki sudah sangat dekat sekarang, hanya tersisa sejengkal di antara mereka. Dapat Haruto rasakan aroma manis yang menguar dari tubuh? Rambut? Atau lotion? yang Yuki pakai. Entahlah, yang jelas aromanya memabukkan dan semakin mendorong insting Haruto sebagai seorang laki-laki untuk melakukan hal yang lebih dari sekedar ... ini.
"Nyonya Watanabe, bisa tolong jelaskan alasan Anda pergi keluar dengan orang asing tanpa seizin dari suami Anda?"
Demi Tuhan Yuki lupa! Yang ada dipikirannya tadi hanya Tteokbokki.
Tunggu -- jadi Haruto tahu? Begitu pikir Yuki.
Jadi, apa yang harus Yuki katakan agar Haruto percaya padanya sekarang? Oh Tuhan, bahkan deru napas Haruto seakan ikut menuntut penjelasan.
"Tidak mau menjawab, Nyonya Watanabe?"
Haruto semakin mencondongkan tubuhnya membuat Yuki refleks juga melakukan hal sama yang bertolak belakang.
Karena keseimbangannya hilang Yuki pun jatuh terduduk di atas kasur.
Tak ingin menyia-nyiakan peluang yang terbuka lebar baginya, Haruto langsung mendorong dan mengungkung tubuh kecil Yuki. Menguncinya dengan sebelah tangan yang kini menempel di sisi kepala Yuki dan sebelahnya lagi bergerak menyingkirkan rambut istrinya dengan sedikit sentuhan lembut.
Kemudian mulutnya berbisik, "Pilih salah satu, berhenti atau enggak sama sekali?"
Ibuuuu! Yuki takut! Kalau saja jarak di antara mereka tidak sedekat ini, Yuki pasti sudah berteriak dengan lantang.
Seakan ikut terkunci bersama dengan pintu kamar tadi, mulutnya tak sedikitpun bisa terbuka bahkan hanya sekadar untuk mengucapkan satu kata saja.
'INI GUE KENAPAAAA?!'
Berebut oksigen dengan Haruto semakin lama semakin membuat Yuki merasa sesak, tangannya otomatis mendorong pelan dada Haruto agar menjauh. "Ka-kak Haru, agak jauhan dikit bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Wife || Haruto
Novela Juvenil[2nd story] Genre : Fanfiction, Teenfiction, Romance. Watanabe Haruto berusaha mati-matian menyembunyikan istrinya dari sorotan publik. Satu rahasia besar ini tak akan pernah ia ungkapkan sampai kapan pun, atau mungkin selamanya. Sstt! Ini rahasia...