Pacar Sewaan on Twitter by @chxcolada (Woohwan AU)

27. Mas Danu bertanya

Keadaan kafe siang itu bisa dibilang ramai. Mas Danu yang biasanya bisa sesekali mengobrol dengan pelanggan, siang itu benar-benar harus bergerak cepat kesana kemari untuk membuat dan menyiapkan pesanan. Mungkin karena efek hari Minggu, banyak kaum milenial yang tergerak hatinya untuk keluar rumah, walaupun pada akhirnya memutuskan untuk berdiam diri di kafe seperti yang terjadi di kafe mas Raka sekarang ini.

Arga datang di waktu yang kurang tepat. Hampir semua kursi penuh di sejauh matanya memandang. Sebenarnya, ia melihat ada beberapa kursi kosong. Tapi jika Arga nekat untuk duduk di sana, itu artinya ia harus berbagi ruang dengan orang asing dengan terpaksa.

Arga masih mengedarkan pandangannya sambil menunggu antrean untuk memesan, kurang lebih ada empat orang lagi di depannya. Dua kali ia dilewati pelanggan lain yang sepertinya memilih untuk membawa pulang pesanannya karena enggan untuk berbagi tempat dengan orang asing dan merelakan waktu menyendiri mereka. Hal yang sepertinya akan Arga ikuti demi menjaga perasaan akhir pekannya yang cukup ceri sisa kemarin.

"Eh, tumben Arga baru keliatan jajan lagi."

Mas Danu tidak lupa menyapa salah satu pelanggan kafe yang paling setia itu dengan senyum lebarnya. Sapaan mas Danu tadi tanpa sadar membuat Chandra yang sedang meracik kopi turut menolehkan wajahnya, berusaha mencari wajah familiar yang namanya disebut barusan.

"Hehe. Iya, kak. Baru sempat ke sini lagi sekarang."

Kali ini Chandra mendengar suara Arga samar, akhirnya yakin bahwa Arga yang disapa mas Danu barusan adalah Arga-nya.

"Kaya biasa? Vanilla milkshake aja? Atau tambah yang lain? Donatnya pas lagi abis."

"Mmm, milkshake deh, kak. Aku take away aja."

Mas Danu tanpa basa-basi lagi langsung menuju mesin yang berjasa membuat minuman kesukaan Arga selama ini, sedangkan Arga yang menunggu dibuatkan minuman, akhirnya bisa melihat punggung seseorang yang sekarang sudah sangat ia kenal. Arga menatap punggung itu lekat, sampai tidak sadar kalau pemilik punggung itu membalik badan dengan membawa satu gelas tinggi minuman kopi dingin yang siap untuk diberikan pada pelanggan lain.

Chandra dan Arga sempat saling tatap sebentar, lalu Arga yang masih berdiri tepat di depan meja kasir pun menggerakkan bibirnya mengucap sesuatu, berharap laki-laki bermata serigala itu bisa mengerti yang ia maksud.

"Semangat, mas Chan."

Setelah Arga tiga kali melakukan percobaan, Chandra akhirnya mengangguk paham sambil tersenyum hangat. Mas Danu melihatnya, tapi mas Danu tidak tahu kalau pihak seberang yang menjadi alasan Chandra tersenyum saat itu adalah Arga.

Mas Danu sedang menulis nama Arga pada gelas milkshake saat Chandra menghampirinya dan membisikkan sesuatu.

"Mas Danu, yang ini suruh bawa pulang aja, ga perlu bayar."

Mas Danu yang sudah menahun bekerja dengan Chandra baru kali ini melihat adik dari pemilik kafenya itu memberikan minuman ukuran besar cuma-cuma pada pelanggan. Terlebih pelanggan itu adalah Arga.

"Serius, mas?"

"Iya. It's on me."

Mas Danu tidak berani bertanya lagi. Walaupun dalam kepalanya, mas Danu sebenarnya sedang menyusun daftar pertanyaan mulai dari yang paling dasar sampai yang paling spesifik tentang apa yang terjadi di antara dua laki-laki yang ia kenal itu.

"Arga. Nih, milkshakenya. Kata mas yang itu suruh bawa pulang langsung aja."

"Maksudnya?"

"Iya, maksudnya nggak perlu bayar. Ditraktir mas yang itu tuh."

Mas Danu menunjuk dengan gelagat genit ke arah Chandra yang baru saja mengambil gelas plastik.

"Ya ampun. Makasih ya, kak. Titip makasih juga sama mas yang lagi sibuk di sana."

Arga mengambil minumannya, lalu mengucapkan terima kasih yang terakhir pada mas Danu sebelum meninggalkan kafe.

Mas Danu yang baru saja menerima pesanan baru kemudian berjalan menghampiri mesin yang kebetulan ada di dekat Chandra, dan dengan nada penuh keingintahuan, mas Danu tanpa sungkan bertanya.

"Kayanya lagi ada apa-apa sama yang tadi ya, mas?"