68. Menginap

841 80 9
                                    

Chandra dan Arga baru saja keluar dari area parkir kafe tempat mereka membeli kopi. Sekarang mobil Chandra sedang membelah jalanan kota yang cukup lenggang karena jam pulang kerja kantor sudah lewat beberapa jam sebelumnya. Sambil mendengarkan lagu, mereka bertukar cerita tentang hari mereka sebelum bertemu. Tentang Arga yang mendapat rekan kerja baru dan kebaikan hati atasannya yang sudah memperlakukannya seperti anak sendiri. Juga tentang Chandra yang menjadi supir dadakan hari itu, yang belum juga Chandra sampai di rumah, ia sudah lebih dulu diberitahu ibunya bahwa ia harus kembali ke kosnya malam itu juga karena tempat tidurnya yang diambil alih oleh saudaranya; sebuah hal yang tidak bisa diganggu gugat.

"Jadi mas jemput adek karena kebetulan lagi keluar bawa mobil? Mau balik ke kos? Bukan karena awalnya mau jemput adek?

"Mas jemput adek karena emang mau, kok. Cuma emang kepikirannya pas udah bawa mobil aja."

"Ngga jadi spesial dong.."

Chandra tertawa dibuatnya. Ia melirik sekilas Arga yang sekarang sedikit mengerucutkan bibirnya, membuatnya gemas ingin memainkan kedua belah bibir merah muda itu dengan jarinya jika saja ia tidak sedang menyetir saat itu.

Lagu ketiga mereka selesai ketika lampu merah menghentikan laju mobil Chandra, kemudian berganti dengan lagu lain dari playlist Spotify Arga yang diputar secara acak. Tidak ada yang mengira bahwa lagu Lover milik Taylor Swift akan menemani perjalanan pulang mereka.

"Adek mau apa yang spesial? Mau nonton? Mau cari jajan lagi sama mas?"

"Bercanda kok, mas. Sekarang juga udah spesial. Dijemput mas malem-malem, dibeliin minum, didengerin cerita adek hari ini."

Arga mencondongkan tubuhnya sedikit mendekat pada Chandra, ia tatap ekor mata serigala itu sayang tanpa mengharap mata itu akan melihat ke arahnya.

"Makasih ya, mas, udah jemput adek pulang kerja. Harusnya mas udah bisa istirahat, sekarang malah masih harus nyetir anter adek ke kos."

"Terus lewatin waktu buat ketemu adek? Nope."

Jalanan kota malam itu menjadi saksi bagaimana wajah Arga dibuat memerah oleh ucapan Chandra, pun dengan kecupan singkat yang Chandra terima di pipi kirinya tak lama setelah jawaban jujurnya didengar yang lebih muda.

"Mas mau mampir dulu?"

Arga terlihat sedang mengecek isi tasnya sebelum mobil Chandra berhenti di depan bangunan kos elit yang pagar depannya berhias lampu jalan berbentuk kereta kencana, memastikan tidak ada yang tertinggal.

"Kayanya gak dulu deh. Nanti kalau mas mampir, mas jadi males pulang."

"Ya ngga apa-apa. Kan mas bisa nginep di kamar kos adek?"

"Boleh?"

Arga mengangguk. Tangannya sudah akan melepas sabuk pengaman, tapi ia urungkan niatnya itu untuk lebih dulu menjawab Chandra yang sekarang melihatnya ragu.

"Kenapa ngga boleh? Lagi pula, adek ngga keberatan ditemenin sama mas."

Pembicaraan itu berakhir dengan Arga yang batal melepas sabuk pengamannya. Chandra kembali menyalakan mesin mobilnya untuk memutar menuju gerbang belakang bangunan kos Arga supaya bisa memarkirkan mobilnya di dalam.

"Sini masuk, mas. Mau duduk di mana aja boleh."

Chandra yang sudah hampir sampai di depan pintu kamar kos Arga memberi anggukan sebagai tanda mengerti dan respon supaya pemilik kamar itu masuk lebih dulu dengan membiarkan pintu kamarnya setengah terbuka.

Ruangan itu masih sama seperti yang terakhir Chandra kunjungi. Masih berisikan perabot sederhana dengan nuansa biru laut yang mendominasi. Di satu sisi dindingnya terdapat beberapa bingkai putih berisi lukisan minimalis yang digantung berkelompok, dengan satu sisi lain yang berdekatan dengan jendela belakang tampak kosong, polos tanpa hiasan.

Pacar Sewaan on Twitter by @chxcolada (Woohwan AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang