"Eh? Pagi mas Andra."
Mas Danu meletakkan tasnya dalam loker sebelum melepas jaket dan menggantungnya. Chandra yang mendengar sapaan mas Danu menunduk sopan sambil menyuguhkan senyum.
"Pagi juga, mas. Mas Raka lagi repot, jadi aku yang buka kafe."
Mas Danu mengangguk, lalu segera mengambil perkakas bersih-bersih andalannya untuk ikut mempersiapkan kafe sebersih dan serapi mungkin. Kalau ibunya Chandra di sana, pasti akan menyebutnya dengan 'buka dasar'.
Ting ting.
Mas Danu sedang mengganti celemek saat pelanggan pertama mereka hari itu datang. Sepasang laki-laki dan perempuan kira-kira seusia Chandra masuk dengan wajah ceria. Keduanya sedang mengobrol, sepertinya membahas tentang sebuah film, sebelum disambut hangat oleh mas Danu dari meja kasir.
"Selamat pagi. Mau pesan apa?"
Keduanya kompak memesan latte panas dan donat cokelat yang setelahnya mendapat suguhan senyum khas milik mas Danu.
"Ada tambahan lagi? Mungkin mau tambah brownies?
"Nggak dulu deh kak, takut kekenyangan."
Mas Danu mengangguk mendengar jawaban perempuan di depannya. Setelah membayar, mereka berdua duduk di meja paling ujung dekat dengan pohon palem kecil.
Semakin siang, kafe semakin ramai. Mas Raka dan mas Lian datang saat hampir jam satu siang, kebetulan saat kafe sedang ramai-ramainya. Dengan wajah merasa bersalah, mereka menepuk bahu Chandra dan mas Danu saat melewati keduanya, sambil mengucap terima kasih dan permintaan maaf. Tentu bukan masalah untuk keduanya, karena mereka mengerti betapa sibuk kedua calon mempelai pengantin itu harus mengurus persiapan pernikahan mereka yang bisa dibilang hampir mandiri karena kedua pihak keluarga berasal dari dua sisi pulau Jawa yang berbeda dengan mereka.
Jam menunjukkan pukul dua siang saat pintu kafe dibuka oleh seseorang yang tidak mungkin tidak dikenali mas Danu, apalagi Chandra.
"Eh, Arga tumben dateng jam segini? Nggak lagi ngajar?"
"Kebetulan lagi cuti, kak. Jadi longgar jadwalnya."
Mas Danu tentu saja hafal dengan jadwal pekerjaan Arga yang sudah menjadi pelanggan kafenya sejak tiga tahun ini, hampir sama lamanya dengan waktu kafe itu diresmikan. Bisa dibilang, daripada Chandra, mas Danu adalah orang yang lebih dulu dekat dengan Arga. Tentu dengan maksud yang berbeda.
"Kaya biasanya, ya? Tapi donat cokelatnya abis, mau diganti apa?"
Arga tampak bingung ketika harus membaca daftar menu karena menurutnya pribadi, milkshake vanila di kafe itu paling cocok jika diminum dengan donat cokelat.
"Kalau brownies? Masih kak?"
"Browniesnya masih available."
"Ya udah, itu aja kak. Aku duduk di sebelah sana ya, kak."
Arga menunjuk meja ujung yang tadi pagi menjadi pilihan pelanggan pertama hari itu. Mas Danu mengiyakan, lalu mempersilakan Arga untuk membayar.
"Ga usah."
Arga yang sedang membuka dompetnya seketika mematung, terkejut dengan suara berat Chandra yang tiba-tiba muncul dari belakang mas Danu. Mas Danu pun sama terkejutnya dengan Arga, tapi memilih untuk tidak bertanya.
"Kenapa ga usah, mas?"
"Gapapa, simpan aja uangnya."
Arga berniat membantah, tapi kemudian kehadiran pembeli lain di belakangnya membuat Arga sungkan menahan mereka untuk memesan. Jadi Arga memasukkan kembali dompetnya, lalu mengucap terima kasih dan langsung menuju meja yang menjadi sasarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Sewaan on Twitter by @chxcolada (Woohwan AU)
FanficBook ini adalah kumpulan narasi dari on-going au yang aku post di twitter https://twitter.com/chxcolada/status/1655037090596536320?t=Vb_IlVdlSpnVTZ0iPN3a3Q&s=19