[3] devourer

464 52 10
                                    

Pagi kembali menjemput, Jaemin membuka matanya terlebih dahulu saat mendengar cicitan burung dari luar jendela. Dia mendudukkan dirinya, mengerjap sebentar dan menoleh ke samping kanan, dimana Jisung dan Renjun masih tertidur lelap, dia tersenyum kecil sebelum membuka selimut dan turun dari kasur.

Setelah membasuh wajah dan menyikat gigi, Jaemin beranjak keluar kamar hendak ke dapur menyiapkan sarapan.

"Pagi~~" sapa Haechan yang sudah duluan ada di dapur. Pemuda dengan kulit eksotis itu tengah sibuk mengaduk susu yang baru saja di buatnya.

"Hmm..." Jaemin hanya berdehem. "Kau sendiri?"

"Tidak, tadi ada Chenle, tapi sepertinya anak itu sedang menonton tv sekarang."

Jaemin mengangguk. Dia mengambil wajan, sutil, dan bungkusan roti dari dalam kabinet.

"Na."

"Hmm?"

"Kemarin, ketika kau pergi ke belakang dengan Mark hyung, apa kalian menemukan sesuatu selain danau?" Tanya Haechan yang membalik, menatap punggung tegap Jaemin yang membelakanginya.

Kening Jaemin terlipat. "Tidak, di belakang sana hanya ada hutan kan?"

Haechan menghadap cangkirnya lagi. "Ya, Jeno juga bilang begitu. Tapi tadi pagi, aku mendengar sesuatu dari sana. Kau tau, jendela kamar Mark hyung dan Renjun kan hampir menghadap ke halaman belakang vila, dan aku mendengar ada suara bising, seperti orang menukang? Entahlah. Saat aku cek, tidak ada apapun. Chenle juga mendengarnya, makanya dia terbangun."

Mendengar penjelasan Haechan, Jaemin sontak membalik tubuhnya. "Benarkah? Aku tidak mendengar apapun sejak tadi malam. Mungkin tetangga?"

"Kalau benar begitu, kenapa suaranya hilang saat aku menghampirinya? Bukannya seharusnya ada orang disana untuk aku sapa? Tidak kah kau merasa ada yang aneh disini?"

Mereka berdua terdiam kemudian, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Sudahlah, jangan di pikirkan. Mungkin hanya kebetulan. Kita disini mau liburan, bukan menambah beban pikiran," ucap Jaemin sambil membalik lagi tubuhnya menghadap wajan penggorengan. Dirinya berencana membuat sandwich dari sisa daging semalam dan sup jagung dengan ayam untuk sarapan.

Setelah itu Haechan diam, sibuk dengan susu dan pikirannya.

"Selamat pagi~~" tidak lama kemudian Renjun datang dengan wajah bantal dengan mata yang masih mengantuk, di belakangnya ada Jeno yang mengekor.

"Dimana Chenle? Dia sudah bangun kan?" Tanya Jeno ketika hanya mendapati Haechan dan Jaemin di dapur.

"Dia di ruang tamu, wajahnya sangat kusut saat bangun tadi, matanya juga sedikit hitam, seperti kurang tidur. Kau tidak tau ya?" Sahut Haechan.

"Huh? Benarkah? Tidurku terlalu nyenyak ternyata..." Jeno bergumam.

"Nana apa perlu aku bantu?" Tanya Renjun yang mengambil sisi di samping Jaemin.

"Cuci muka dulu, Injunnie, nanti kalau tangan mu terkena wajan panas atau pisau bagaimana?"

Renjun mengangguk dan segera membasuh wajahnya di wastafel dapur supaya semua nyawanya terkumpul.

"Tolong rebus ayamnya ya, Njun. Terus potong wortel sama kentangnya juga."

Jeno memperhatikan dua orang yang tengah memasak itu dalam diam, lalu beranjak hendak ke ruang depan, memeriksa Chenle.

Di ruang tamu, Jeno mendapati Chenle hampir tertidur di sofa dengan tv menyala bervolume rendah.

"Lele.." panggil Jeno, membuat Chenle membuka matanya yang memberat.

Spirit Of The DreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang