[16] viridity

498 68 14
                                    

"Ceritanya sama persis dengan apa yang Jaemin hyung katakan. Namun, kenapa paman itu seperti tidak mau membahas tentang pelakunya ya?" Ucap Chenle di tengah-tengah diamnya mereka.

"Apa laki-laki yang di lihat Jaemin hyung itu adalah direktur yang di sebutkan?" Jisung ikut menyahut.

Mengabaikan adik-adiknya yang berfikir keras, Mark memilih mengedarkan pandangannya ke sekitar pasar yang ramai. Lalu netranya tidak sengaja melihat satu orang yang ia kenali sebagai salah satu staff medis rumah sakit, dokter Lee Taeyong.

Di bantu dengan dua orang pria lainnya, mereka sibuk dengan stand makanan yang mereka buat. Di meja depan, tersaji sebuah bucket yang isinya berbagai macam makanan olahan yang tidak bisa Mark tebak dari tempatnya berdiri.

"Itu! Itu dia paman Johnny!" Seruan Chenle mengalihkan perhatian Mark. Keempat remaja menginjak dewasa itu menoleh ke arah telunjuk Chenle dan mendapati seorang pemuda tinggi yang sedang tersenyum ramah melayani pembelinya.

Dengan sedikit berlari, Chenle menghampiri stand Johnny.

"Paman Johnny!" Pekik anak itu kelewat riang, entah karena apa, Chenle pun tidak tau. Mungkin karena senyuman dan aura ramah milih Johnny yang menguar begitu luas sehingga menghantarkan energi positif untuk orang-orang disekitarnya.

Mendengar seseorang memanggilnya, Johnny menoleh. "Wah, ternyata kalian datang," sambutnya dengan baik.

Chenle mengangguk. "Paman membuat apa?"

"Aku membuat udang jagung saus asam manis. Tapi ini bukan udang laut, hanya hasil pembudidayaan."

"Wah! Makanan laut! Boleh aku mencobanya?"

"Tentu saja, silahkan. Ini memang di buat untuk para pelancong." Pandangan Johnny menatap satu persatu empat remaja di depannya. "Ah, dimana anak pak Lee dan satu lagi yang bertubuh kecil? Aku berbicara banyak dengannya kemarin," tanya Johnny saat tidak mendapati Jeno dan Renjun ada dalam rombongan.

Mark, Haechan dan Jisung saling melempar pandang dengan canggung. Ini kali pertama bagi Mark dan juga Haechan bertemu paman Johnny, berbeda dengan Jisung yang memang selalu kikuk dengan orang-orang baru.

"Bertubuh kecil? Maksud paman Renjun hyung? Dia dirumah, sedang tidak sehat." Chenle menjawab dengan mulut penuh makanan.

"Benarkah? Yah...sayang sekali. Padahal kemarin dia masih terlihat baik-baik saja." Wajah pria tinggi itu sedikit terlihat cemas. "Kenapa berdiri saja? Sini duduk." Johnny mempersilahkan anak-anak muda itu untuk duduk di sebuah meja panjang yang telah dia siapkan.

Dari tempat mereka duduk, mereka bisa melihat ada dua orang lainnya yang membantu Johnny mengolah outlet. Mingguk dan Jiwon.

"Tunggu sebentar ya, kami akan menyajikan hidangan utama kami."

Dan tidak lama kemudian, empat piring—yang bagian tengah piringnya ada sekat melengkung, membelah dua bagian piring—yang sebelah kanan berisikan biji-biji jagung yang di masak seperti zuppa soup bercampur daun parsley yang di cincang menjadi sangat kecil, lalu di atasnya di taburi lelehan karamel. Sementara di sisi satunya ada hidangan jagung yang jagungnya sudah di belah dari tongkolnya lalu di goreng menggunakan tepung, toping lainnya pula ada udang yang sudah di kupas kulitnya lalu semua hal itu di siram kuah merah yang terlihat gurih dan pedas.

Paman Johnny sedikit meringis. "Ini sebenarnya adalah hidangan biasa. Yah...mau bagaimana lagi, kami kehabisan ide."

"Waahh, biasa apanya paman? Ini terlihat sangat menggugah," sahut Chenle sambil masih terus memperhatikan isi piringnya.

"Betul, Paman ini jangan merendah begitu dong," tambah Haechan.

Paman Johnny tertawa kecil, "aku senang kalian menyanjung masakan kami, kalau begitu, cicipilah."

Spirit Of The DreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang