Pukul satu malam, dan Chenle tidak kunjung menutup matanya di atas ranjang untuk beristirahat. Mungkin ini efek sudah tertidur cukup lama di rumah Mark kemarin. Namun Chenle tetap saja jengkel. Matanya sudah terasa berat untuk tetap terbuka, namun saat ia mencoba tidur, matanya malah tidak bisa tertutup.
Disini lah ia sekarang, duduk di sebuah ruangan besar yang di sediakan untuk menonton acara televisi. Ruangan besar, yang sengaja di buat besar supaya bisa di gunakan untuk banyak orang. Tapi hanya Chenle yang duduk sendirian di sana sekarang, menonton acara olahraga tengah malam yang di tampilkan.
Sudah sejak satu jam lalu saat ada seorang maid yang menegurnya untuk segera istirahat, yang di abaikan Chenle, dan sekarang, rumahnya terasa besar dan sangat sepi.
Chenle menoleh kesana-kemari, mencari keberadaan pekerja di rumahnya. Namun tidak ada satu pun. Hal itu wajar, karena hanya ada dua orang maid yang bekerja pada malam itu. Dengan rumah yang besar, cukup bisa di katakan sebagai sebuah mansion, keberadaan dua orang bisa sedikit sulit untuk di temukan.
Harusnya biasa saja, namun entah kenapa Chenle merasa gelisah. Biasanya, akan ada Jisung yang menemaninya disaat-saat ia tidak bisa tidur dan berakhir bergadang semalaman. Akan tetapi malam ini, Chenle merasa enggan menghubungi Jisung saat tau ia tidak ikut bersama Jeno untuk mengantarkan pesanannya tadi.
Helaan napas kasar Chenle keluarkan. Mulai merasa jengkel karena setelah ia pikir-pikir, liburan yang ia sangka akan membuat hidupnya lebih tenang dengan banyak istirahat tidak terwujud sama sekali. Ia tidak pernah merasa tenang ataupun merasa beristirahat sejak keberangkatannya ke villa milik keluarga Jeno.
Bayangan tentang bagaimana indahnya hari tanpa tugas kuliah, alarm pagi, jadwal deadline, serta keindahan alam yang tidak pernah ia nikmati selama hidup di ibukota, hanya angan-angan belaka. Jauh di dalam hatinya, Chenle tidak ingin pulang secepat ini. Namun keadaan mendesak yang tidak bisa di telaah oleh akal sehat itu membuatnya mau tidak mau membuatnya kembali lagi.
Kembali lagi pada rutinitasnya sebagai pemuda kompetitif dan penuh ambisi, yang membuatnya begitu menggebu-gebu saat ayahnya menantangnya untuk mengurus beberapa hal yang berhubungan dengan perusahaan. Namun sungguh, tidak sekarang. Rasa menggebu-gebu yang terlalu banyak itu cukup membuat Chenle kewalahan, butuh liburan.
Kepala Chenle berdenyut lagi. Dia harus tidur, tapi bahkan untuk menutup matanya saja ia tidak bisa. Seperti saat ini, saat Chenle yang sudah lelah itu merebahkan tubuhnya di sofa ruang menonton yang luas itu.
Ia mencoba mengatur napasnya, mencoba salah satu cara agar ia bisa cepat tertidur. Namun saat akan menjemput alam mimpi, tiba-tiba saja, dari dalam kepalanya, dia mendengar bunyi bising yang sukar untuk di deskripsikan. Bunyi-bunyian itu sungguh bising, seperti berada tepat di telinganya. Namun saat Chenle bangun untuk memeriksa sekitar, semuanya aman terkendali dan tidak ada satu pun dari apapun yang ada disana membuat keributan.
Siapa yang berani? Hanya ada dua orang security dan maid yang bertugas, dan tidak terbesit untuk mereka membuat keributan di jam istirahat tuan mereka.
Chenle mengerang. Tidak ada pilihan lain, ia memilih untuk mengambil laptop dan tab miliknya untuk kembali bekerja, melihat perkembangan kantor yang berada di bawah tanggung jawabnya, seperti perkataannya kepada Jeno tadi.
Jarum jam berlalu, sudah pukul tiga pagi dan Chenle benar-benar tidak bisa berfikir dengan jernih. Percuma saja, mengerjakan pekerjaan dalam keadaan seperti ini akan sia-sia.
Jadi, kembali Chenle menutup laptopnya dan menarik selimut-yang tadi ia minta bawakan kepada salah satu maid-untuk menutup seluruh tubuhnya yang ia rebahkan di sofa.
Dan hasilnya? Tetap nihil. Chenle benar-benar tidak bisa tertidur. Saat kabut mimpi akan menjemput, ada saja sesuatu yang membuatnya kembali terbangun. Dan itu bukan hal yang besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spirit Of The Dread
HorrorRenjun tau, bahwa ada diantara sahabatnya yang di karuniai sebuah hal istimewa tentang bagaimana mereka bisa melihat dunia yang tidak bisa di jelaskan melalui logika manusia. Namun tetap saja, menjadi normal dan menjalani hidup dengan hal-hal biasa...