CONTENT/TRIGGER WARNING: suicide
Diharapkan untuk tetap bijak ya teman-teman, cerita ini hanya fiksi^^
***
Melihat Jeno yang sudah datang, Jaemin lantas mendudukkan dirinya di sebelah Renjun. Begitu pula Jeno yang mengambil duduk di depan mereka. Kedua pemuda itu lantas meletakkan apa yang mereka bawa di atas meja.
"Jja! Tadi ada sisa daging di kulkas, dan aku membuat ini. Daging...aku tidak tau namanya apa, tapi kata orang-orang ini resep khas Thailand. Ku pikir ini akan cocok di lidahmu," kata Jeno sembari meletakkan masing-masing mangkuk itu di hadapan Renjun dan Jaemin.
"Aku juga bawa ayam bakar! Tau bibi yang rumahnya di dekat kebun pinus itu? Dia memberikan ku beberapa potong saat lewat tadi. Wanginya sangat lezat," tambah Jaemin. Namun Renjun hanya diam, dia mendengarkan semua perkataan sahabatnya ini, namun dia masih belum bisa merespon apapun.
Melihat keterdiaman Renjun, Jeno dan Jaemin lantas saling pandang.
"Injunnie? Kau baik-baik saja? Atau kau makin pusing karena angin yang masuk ya?" Tanya Jaemin mengingat dia memang sengaja membuka jendela dan pintu lebar-lebar supaya suasana tetap segar.
"Tidak aku--" tenggorokan Renjun rasanya tercekat. "Kalian darimana?"
"Aku dari warung, Injunnie," jawab Jaemin.
"Aku dari dapur, habis memasak. Porsi makan mu terlalu sedikit sejak kemarin, makanya aku memasak sesuatu yang gurih untuk menambah nafsu makan mu. Apa ada yang menggangu mu tadi?" Balas Jeno dengan raut wajah khawatir.
"Tidak--aku..aku hanya..." Renjun jelas tidak bisa menyelesaikan perkataannya. "Aku hanya mengira kalau aku di tinggal sendiri," ucapnya akhirnya.
Jeno dan Jaemin saling lempar pandang mendengarnya.
"Tidak, Injunnie. Aku tadi membeli daun bawang, minuman isotonik, vitamin C, beberapa obat dan minuman kaleng lain untuk mu. Tidak kemana-mana lagi."
"Kau tidak apa kan? Benar tidak ada yang menggangu? Katakan saja. Kita sepakat bukan, untuk tidak menutupi apapun?" Bujuk Jeno lagi.
"Aku tadi...mendengar langkah kaki dari lantai atas, ku pikir itu kalian. Tapi mendapati kalian tidak ada yang di atas, cukup membuat ku terkejut," aku Renjun.
Jeno dan Jaemin sontak saja langsung melotot dan menoleh ke arah lantai. Saat Jeno akan berdiri untuk memeriksa, Renjun langsung menahan lengannya.
"Tidak, Jeno. Biarkan saja. Kita disini saja," ungkapnya dengan sorot khawatir.
Manik Jeno menoleh arah Jaemin yang hanya diam saja sambil menatapnya penuh peringatan.
"Hahh...baiklah. Kalau begitu kita makan saja ya? Supaya punya tenaga kalau-kalau makhluk menyebalkan itu datang lagi," ucap Jeno akhirnya.
"Makan yang banyak, Injunnie. Nanti selepas ini, kau harus minum obat dan vitamin C nya. Oke?" Tambah Jaemin.
Renjun hanya mengangguk dan mulai menyendok makanan ke dalam mulutnya. Keningnya sedikit mengernyit karena sensasi aneh yang dia dapatkan. Perpaduan antara lidahnya yang pahit dan kerongkongannya yang sakit membuatnya kesusahan menelan makanan hingga hampir muntah.
Melihat wajah kesakitan Renjun, Jeno dengan sigap mendekatkan gelas air putih, namun Renjun menolak dan memaksakan dirinya untuk makan.
"Jika tidak bisa tidak usah si paksa," kata Jeno cemas.
"Apa aku harus membelikan mu obat maag? Perut mu sakit? Nyeri?" Dan Jaemin sama cemasnya.
"Tidak apa-apa, mungkin karena aku hanya telat makan. Kalian tidak makan juga?" Jawab Renjun. Dan untuk itu, Jeno dan Jaemin lantas ikut memulai sesi makan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spirit Of The Dread
HorrorRenjun tau, bahwa ada diantara sahabatnya yang di karuniai sebuah hal istimewa tentang bagaimana mereka bisa melihat dunia yang tidak bisa di jelaskan melalui logika manusia. Namun tetap saja, menjadi normal dan menjalani hidup dengan hal-hal biasa...