[7] reverie

493 60 11
                                    

Tidur Chenle terusik saat sosok yang di peluknya bergerak resah. Dia terpaksa membuka matanya dan mendongak sedikit ke atas demi melihat wajah Renjun yang terlihat gelisah dalam tidurnya. Bahkan ada beberapa bulir keringat yang muncul di dahinya.

"Renjun hyung?" Dengan suara serak, Chenle berusaha memanggil. Dia berdehem sebentar sebelum memundurkan tubuhnya agar lebih leluasa melihat hyung senegaranya itu. Tidur berpelukan seperti ini sudah sangat terbiasa keduanya lakukan, tapi biasanya, Renjun lah yang akan terbangun lebih dulu, meninggalkan Chenle yang berakhir merengek mencarinya.

Namun kali ini berbeda, sedikit rasa takut menyelinap di hati Chenle sebab kondisi saat ini berbeda. Dia memegang sebelah bahu Renjun untuk dia guncang.

"Hyung...Gege! Renjun ge!"

Mata Renjun terbuka paksa, dia sontak menatap Chenle yang juga menatapnya penuh khawatir.

"Gege tidak apa? Mimpi buruk? Tidak nyenyak?" Tanya Chenle beruntun.

Renjun menghela nafas panjang sebentar sebelum mengubah posisinya menjadi duduk, membuat Chenle mau tidak mau juga ikut bangkit.

"Tidak apa-apa, gege hanya mimpi buruk karena ya...gege terlalu memikirkan banyak hal. Uhh..." Renjun mendesah di akhir perkataannya karena kepalanya berdenyut sakit akibat bangun dengan tiba-tiba.

Chenle ikut menghela nafas. "Gege...jangan sakit...kondisi semakin tidak baik. Gege juga jangan ikutan tidak baik," ucap Chenle sambil menelusup kan kepalanya di perut Renjun dan kembali berbaring di pahanya.

Renjun tersenyum kecil dan mengusap pelan rambut Chenle. "Iya, iya. Maaf membangunkan mu ya. Padahal masih terlalu pagi. Mark hyung dan Haechan saja belum bangun." Renjun melirik ke bawah ranjang.

Chenle menggumam tidak jelas sebelum menoleh ke arah Renjun lagi. "Kalau tau begini, aku tidur dengan mu saja sejak awal. Sumpah ge, sejak awal datang, aku tidak pernah tidur nyenyak kecuali tadi malam."

Chenle dan Renjun terdiam. Kondisi ini agak aneh sebenarnya. Sudah di jelaskan dari awal kalau Chenle dan Renjun adalah dua orang dengan pertahanan energi rendah yang mudah di ganggu. Renjun yang selalu membiarkan isi kepalanya kosong sehingga mudah di rasuki oleh makhluk gaib di sekitarnya dan Chenle yang terlalu mudah tersugesti.

Pokoknya, dua orang itu tidak bisa di tinggalkan berdua saja, makanya Jeno menempatkan dua orang juga untuk satu kamar dengan mereka. Makanya—juga, Chenle memilih untuk sekamar dengan Jeno agar setidaknya rasa takutnya tidak pernah timbul.

Namun sekarang, Chenle malah merasa lebih aman jika hanya berdua saja dengan Renjun.

Keduanya diam sampai suara perut Chenle berbunyi.

"Aaa~~hyung, aku lapar," ucap si bocah cina itu.

"Baiklah, baiklah. Bangkit sana, hyung buatkan makanan."

Chenle dan Renjun segera bangkit dari tempat tidur. Berjalan berhati-hati agar tidak membangunkan Mark dan Haechan yang masih lelap. Renjun tau, dua orang itu pasti berbincang berat sampai tengah malam tadi malam, jadi dia biarkan.

Saat sampai di dapur, Chenle lekas membuka jendela panjang yang terletak persis di samping wastafel, membiarkan embun dan udara pagi masuk dan memenuhi paru-parunya. Hal yang tidak bisa dia dapatkan saat tinggal di habitatnya di kota.

Sementara Renjun langsung membuka kulkas dan mengeluarkan bahan serta peralatan untuk membuat sarapan.

"Padahal ada banyak hal yang harusnya kita nikmati saat sampai disini." Chenle melirih sambil masih betah memandang keluar jendela sambil menumpu sikunya di kusen jendela.

Spirit Of The DreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang